Pagi ini Candy sudah siap dengan seragam sekolah Moodnya benar-benar buruk. Kejadian kemarin masih terngiang-ngiang di kepalanya. Tidak tahu kenapa benar-benar kesal melihat Kenan. Jika alasannya karena cemburu. sepertinya itu adalah alasan terkonyol.
"Udah selesai makannya? Jangan kelamaan, nanti kamu telat ke sekolah." Suara Bia menyadarkan Candy dari lamunannya. Setelah meneguk habis susunya, Candy bangkit dari kursi dan berjalan kearah Bia, menyalim tangannya.
"Candy berangkat ya ma,"
Dia berjalan keluar rumah diikuti Bia. Sebelum masuk ke dalam mobil Candy sempat mencium pipi Bia yang sudah menjadi kebiasaan rutin.
"Hati-hati ya...."
Candy mengangguk hendak masuk kedalam mobilnya.
"Jangan lupa nanti baikan sama Kenan," sambung Bia.
Candy yang sedang sensitif mendengar nama Kenan, mendengus sambil mengangguk malas.
"Gak janji ya, Ma." Sahut Candy yang membuat Bia menggelengkan kepalanya.
*****
Suasana kantin sekolah saat jam istirahat selalu ramai. Tidak heran kalau banyak murid yang saling mendorong untuk mendapat pesanan mereka. Ibu kantin dan dua anggotanya akan kewalahan menanggapi kicauan para murid yang tidak sabar karena sudah kelaparan.
"Ngantri mesen makanan di kantin sama aja kayak ngantri sembako di kantor kelurahan," oceh Salsa yang baru datang dengan nampan berisi makanan di tangannya.
Ana yang mendengar ocehan Salsa terkekeh geli. Pasalnya setiap di kantin, dialah yang selalu mendapat tugas memesan makanan mereka. Dan kalimat yang dikeluarkan selalu sama dengan kalimat-kalimat sebelumnya.
"Halahhh kayak pernah ngantri sembako aja lo," celetuk Candy.
Salsa mendengus kesal sambil meletakkan nampan di atas meja mereka. Ana masih terkekeh melihat raut wajah Salsa yang tertekuk dengan keringat di dahinya. Omong-omong kantin memang sedang ramai sekali karena ini hari Jumat. Banyak kelas dengan jadwal olahraga. Pastinya setelah bel istirahat berbunyi mereka berbondong-bondong datang ke kantin untuk membeli minum atau mengisi perut yang kosong tanpa berniat kembali ke kelas karena lelah.
Ana merubah posisi duduknya yang tidak nyaman lalu mengambil semangkuk bakso yang sudah ia pesan tadi. Mulai mengambil saos, kecap, dan sambal untuk ia racik sendiri sesuai seleranya.
"Btw, lo masih kesel sama kejadian kemarin? Lo dari tadi pagi sensian jadi orang," tanya Ana sambil mengaduk kuah baksonya.
Salsa mengangguk setuju dengan perkataan Ana . Akhir-akhir ini, ralat maksudnya dari kejadian kemarin. Candy menjadi sensitif sama semua orang. Terutama Kenan dalang dari semua mood buruknya.
"Mungkin gara-gara si Kenan sama Angel yang jadi trending topik dari tadi pagi." Salsa menggigit bakso dari garpunya, menjawab dengan santai.
Ana menginjak kaki Salsa sampai sang empu tersedak kemudian meringis kesakitan. Salsa sudah siap-siap melontarkan makian kepada Ana. Namun, setelah menyadari suasana menjadi berubah Salsa mengurungkan niatnya -sementara-.
******
Flashback~
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Namun, Candy belum melihat tanda-tanda kehadiran Kenan di parkiran. Padahal sekolah sudah hampir sepi. Hanya tinggal beberapa orang, termasuk dirinya dan dua sahabatnya (Ana dan Salsa). Yang masih betah duduk di kantin sambil menunggu jemputan.
Sudah berulang kali ia menghubungi Kenan. Namun, hasilnya tetap sama tidak diangkat.
"Lo balik sama Kenan, kan?" tanya Ana yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Candy menggeleng lesu, "gak tau, gak aktif nomornya."
"Lo bedua lagi nunggu Rafi sama Theo kan? Sekalian tungguin gue, ya."
Salsa dan Ana mengangguk bersamaan.
"Sepertinya gue mencium aroma-aroma prenjon nih. Udah berapa lama sih lo sahabatan sama Kenan? Dari lo masih jadi zigot juga kalian udah ditakdirkan berduaan."
Candy memutar bola matanya. Salsa dan Ana semenjak pacaran selalu menyindir soal hubungannya dengan Kenan. Kalau dibilang 'kita cuman sahabatan'. Pasti mereka selalu jawab 'gak ada yang namanya persahabatan cewek sama cowok yang gak berakhir dengan percintaan.'
"Lo gak takut sama si Angel yang nempelin Kenan mulu," sambung Salsa.
"Dia uda bilang sama gue kalau dia gak suka sama Angel, yang terlalu lebay katanya," sungut Candy sambil mengangkat bahunya. Tidak Acuh.
"Ya... tapi Kenan juga cowok normal Can, mana tahan sama si Angel."
Kali ini bukan perkataan dari mulut ceplas-ceplos Salsa yang keluar. Tapi ini Ana yang mengatakan. Diantara mereka berdua Ana yang paling bisa dihandalkan dalam situasi perasaan.
"Bener tuh kata sih Ana. Liat ya Can untuk ukuran cewek seberapapun tingkat derajat kecabeannya itu anak, tetep aja dia cantik, semok, bohay. Cowok sekarang tuh ya aduhh... Liat body begituan mana mungkin bisa nolak, ya gak Na?" Sambung Salsa dengan menggebu.
"Ya biarin lah Kenan mau sama siapa . Bukan urusan gue!" Sahut Candy dengan nada judes.
Lama-lama bisa gila meladeni celotehan dua temannya. Dia mengedarkan arah pandangnya mendengus berulang kali merutuki Kenan yang sebenarnya niat atau tidak untuk pulang bersamanya.
Akhir-akhir ini Kenan lama keluar dari lapangan basket. Alasannya sebentar lagi akan ada pertandingan besar antar sekolah. Candy memaklumi hal itu, dan bilang dirinya untuk naik angkutan umum saja daripada harus menunggu Kenan yang lama.
Tapi Kenan langsung melarangnya dengan alasan dia akan berusaha untuk pulang lebih awal dibanding yang lain. Jangan sampai Candy naik angkutan umum, soalnya Candy itu rada bego soal jalan. Pernah naik taksi aja nyasar gara-gara dia lupa jalan ke arah rumahnya. Berakhir dengan Kenan yang panik sendiri mencari Candy karena takut cewek yang satu itu diculik. Bisa-bisa Kenan kehilangan masa depannya dibuat Om Rahman, Ayahnya Candy. Soalnya Candy sudah mutlak dititipkan padanya dari mereka kecil.
Setelah menunggu sekitar 30 menit akhirnya Kenan keluar dari lapangan. Candy yang sedang duduk di meja kantin yang bersebrangan dengan lapangan ingin memanggil Kenan. Namun belum sempat dia bersuara bibirnya langsung kembali terkatup rapat.
Karena di depan sana Kenan tengah bercengkrama dengan cewek yang Candy bahkan muak melihat wajahnya, Angel. Kenan telihat tertawa sebelum mengacak rambut cewek di depannya yang tengah membawa handuk dan minuman. Wajahnya memerah terlihat sekali tengah salah tingkah. Dan itu membuat Candy nyaris muntah.
Ana dan Salsa yang melihat kejadian itu tengah melirik satu sama lain. Memperhatikan raut wajah Candy yang siap meledak karena memerah menahan amarah. Candy punya kebiasaan unik kalau menahan kesal wajahnya akan memerah begitupun juga matanya. Teman-temannya sudah hafal betul, mankannya kalau Candy sudah seperti itu mereka akan mencari jarak aman sejauh mungkin.
"Can?" panggil Anna.
"Kan apa gue bilang, benci aja bisa jadi cinta. Apalagi mereka." Ana menyenggol lengan Salsa yang asal nyeletuk tanpa tahu itu bikin nyelekit.
"Benci jadi cinta itu kebanyakan cuman ada di film-film drama romantis. Kalau di dunia nyata kebanyakan cinta jadi benci gara-gara uda jadi mantan." jawabnya ketus sambil melempar kotak susunya ke sembarang arah.
"Siapa bilang? Buktinya gue sama Mich-"
Candy menggebrak meja kantin dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua membuat Salsa yang ingin menceritakan hubungannya yang masih baik dengan sang mantan bungkam seketika. Lalu melirik ke arah Ana yang dibalas dengan tatapan 'Lo sih, mampuskan!'
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
EASIER
Teen FictionBersahabat dengan Kenan dan semua perasaannya yang mulai berubah ke cowok itu sudah membuat Candy lelah. Ditambah dia dipertemukan dengan Alvaro, cowok bahan gosip satu sekolahan karena tingkahnya yang luar biasa. Candy yang sedang berusaha menyangk...