Bel pulang sekolah membuat Candy gelisah. Biasanya, ia yang paling berharap waktu bergerak cepat agar waktu pulang tiba. Tapi sekarang, Candy ingin waktu berhenti saja. Sehingga tidak akan ada bel pulang dan ia tidak perlu berjumpa dengan si 'menyebalkan' Varo.
Candy berjalan dengan kedua sahabatnya yang sedari tadi sibuk menceramahinya yang berani-beraninya berurusan dengan si Varo. Sampai mereka menjabarkan kasus-kasus manusia yang berurusan dengan Varo yang berakhir kapok dan trauma berdekatan dengan cowok itu.
"Can..., si Varo tuh...." Salsa tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menunjuk Varo yang datang bersama gerombolannya.
Candy memutar kedua bola matanya padahal tadi Candy berharap kepala Varo terbentur keras suatu benda dan menderita amnesia agar melupakan janjinya.
"Kan apa gue bilang Can, tamat kedamaian masa SMA lo," ringis Ana prihatin. Padahal Candy yang merasakan hanya mengangkat bahunya tidak acuh. Soalnya Varo gak seseram itu kok. Buktinya kemarin setelah dari UKS itu Varo belum ada melukainya seujung rambutpun. Omong-omong kemarin Candy masih pulang dan pergi dengan supir pribadinya bukan dengan Kenan lagi. Tentunya Bia tahu kenapa anaknya itu pergi selalu lebih awal untuk menghindari Kenan yang masih menjemputnya setiap pagi.
Varo dan gengnya dengan gaya arogannya berhenti tepat di hadapan mereka bertiga. Ana dan Salsa sudah was-was sedangkan Candy mendengus keras. Perasaan akhir-akhir ini Candy sial mulu hidupnya.
"Masih ingat sama janji lo kan, permen?" tanya Varo dengan senyuman miring.
"Apa lo bilang? permen?!" teriak Candy yang tidak terima namanya diubah menjadi Permen. Orang tuanya sudah bagus memberinya nama Candy. Dan dengan seenak jidatnya si Varo menggantinya dengan Permen?
"Sssshhh... hobi lo ya, kalau gak nangis pasti teriak-teriak gak jelas."
Varo mengusap telinganya lalu tanpa izin dari Candy. Tiba-tiba Varo langsung menarik lengan Candy membuatnya tertarik tanpa sempat memberontak.
"Candy mau dibawa ke mana tuh sama si Varo? firasat gue kok gak enak ya," ucap Salsa melihat Candy yang ditarik paksa oleh Varo.
"Hai Salsa kan?"
Salsa melirik orang yang menegurnya. Hans playboy ulung yang sifatnya tidak jauh berbeda seperti Varo. Teman satu gengnya Varo sekaligus teman sekelasnya. Padahal sudah 2 tahun mereka sekelas. Kenapa masih bertanya lagi soal namanya.
"Kenapa? Mau modusin gue? Sorry gue uda punya pacar," ketus Salsa dan menarik lengan Ana pergi meninggalkan ketiganya.
Alvin dan Bimo tertawa terbahak-bahak Melihat Hans. Hans ditolak seorang cewek, bro! Alvin menepuk pundak Hans lalu merangkulnya. "Sabar bro, pesona buaya lo berarti makin menipis auranya. Lo harus nguatin susuk lo lagi." Dan itu sukses membuat tawa Bimo kembali meledak.
Bibir hans tertarik membentuk senyuman remeh. "Tapi liat aja, jangan panggil gue Hans kalau gue enggak bisa buat dia bertekuk lutut. Karena uda beraninya nolak gue."
*****
"Lo sebenarnya mau beli seragam sekolah apa mau belanja baju, sih? perasaan gue yang cewek aja gak doyan belanja! Lagian kalau beli seragam sekolah itu ya di koperasi bukan malah ke mall. Dasar cowok gila!"
Candy kesal setengah mati dibuat Varo. Karena bukannya ke koperasi membeli baju sekolah. Ini malah ke mall alasannya, karena ia ingin mencari baju yang lain. Dan sudah satu jam lamanya Candy duduk di bangku toko baju salah satu mall. Ditambah perutnya yang sedari tadi sudah berteriak meminta diisi.
"Udah, ayo!" ajak Varo setelah selesai dengan acara memilih bajunya. Candy berjalan lesu tubuhnya lemas karena belum terisi makanan. Niat memaki-maki Varo pun ia urungkan sementara karena tenaganya yang tidak mencukupi.
*****
Varo menelan ludahnya. Selera makannya hilang saat melihat Candy yang melahap makanannya dengan ganas.
"nwaehpa ngyeiatin weh muahkan? loeh gwak muahkan," Candy berucap tidak jelas karena mulutnya sedang terisi penuh makanan.
"Issshhh... Jorok banget lo jadi cewek!"
"Sorry..." Candy menarik tisu di depannya. "Gue laper malah tadi pagi gak sempet sarapan." Lalu mengelap bibirnya dengan tisu.
Varo menggelengkan kepalanya. Setelah selesai makan mereka berjalan-jalan ke sekitar mall. Awalnya Candy menolak. Tapi, karena Varo mengancamnya dengan tidak mengantarkannya pulang jadi Candy mengalah. Dia pun mengakui dirinya yang rada bego kalau soal jalanan. Kalau ia meminta supir menjemputnya tamatlah riwayatnya apabila Mamanya tahu dia berkeluyuran langsung ke Mall setelah pulang sekolah. Dan sekarang malah Candy yang terlihat paling bersemangat.
"Lo cemen banget sih, masa nusuk pas kegituan aja gak bisa. Payah lo," ejek Candy kepada Varo yang terus gagal untuk menusuk pas ke benda di kotak mesin mainan.
"Lo bawel banget, lo kira gampang, mana kartunya?!"
Candy mengerucutkan bibirnya dan menyerahkan kartu gamenya. Sampai akhirnya kotak bewarna pink tertusuk dan jatuh kebawah. Candy bersorak senang begitupun dengan Varo.
"Yeayy... apatuh isinya?"
Candy mengambil kotak yang jatuh tadi dari bawah kotak mesin mainan yang bisa dibuka untuk mengambil hadiah.
"Gantungan kunci?"
Candy nyaris membuangnya karena Candy tidak suka dengan benda yang menurutnya tidak penting itu. Tapi Varo mengambil benda itu dari tangan Candy. Otak minimnya bekerja cepat begitu saja terlintas untuk menggoda cewek dengan gelar sinting di hadapannya. Pertama ia menggantung gantungan kunci berbentuk kunci itu di tasnya. Dan kedua ia menggantungkan yang berbentuk hati di tas milik Candy.
"Apa-apaannih?!" tanya Candy saat Varo selesai memasang gantungan kunci itu di kancing resleting tasnya dengan wajah yang menyebalkan.
"Gapapa, biar couplean kek orang-orang." Varo menaik-turunkan kedua alisnya..
Candy bergidik jijik. "Najis tai!"
Varo terbahak membuat Candy gemas menarik-narik rambutnya. Varo meringis kesakitan sedangkan Candy masih dengan makiannya. Menjadi tontonan lagi, mungkin itu sudah biasa bagi mereka.
tbccc....
KAMU SEDANG MEMBACA
EASIER
Teen FictionBersahabat dengan Kenan dan semua perasaannya yang mulai berubah ke cowok itu sudah membuat Candy lelah. Ditambah dia dipertemukan dengan Alvaro, cowok bahan gosip satu sekolahan karena tingkahnya yang luar biasa. Candy yang sedang berusaha menyangk...