6. Baikan

364 48 14
                                    

Mereka pulang saat jam menunjukkan pukul 5 sore. Candy belum izin kepada Mamanya. Dan dia akan mendapatkan masalah besar setelah ini.

"Ini semua tuh gara-gara lo!"

Mereka sedang berada di atas motor. Tapi Candy terus berteriak di telinganya dan memukul kepalanya yang terbungkus dengam helm. Dan demi apapun itu sakit. Telianganya menjadi pengang.

Varo berusaha menghentikan motornya dan Candy langsung meloncat dari atas motor saat sudah tiba di perkarangan rumahnya. Varo sedikit hilang kendali dan hampir terjatuh. Sang pembuat ulah hanya memasang wajah datar.

"Bosen hidup lo?!" celetuk Varo.

Candy membuang wajahnya kesal. Kalau saja tidak ingat dengan tasnya yang ada bersama Varo mungkin Candy sudah meninggalkannya sekarang juga.

Candy mengulurkan tangannya. Dan Varo malah mengernyit heran sebelum celetukan Candy terdengar, "Tas gue, dodol!"

Varo berdecak menyerahkan tas punggung Candy. Tanpa ucapan selamat tinggal ataupun terimakasih Candy meninggalkannya. Varo menggeleng-gelengkan kepalanya. Kalau saja bukan karena satu penasaran. Varo tidak akan sudi egonya tertindas cewek gila yang satu itu.

*****

Candy terlalu naif untuk mengakui hari ini ia benar-benar terhibur. Sejenak Kenan terlupakan dari pikirannya. Tunggu, Kenan? Kenapa ia jadi memikirkan Kenan lagi sampai-sampai dia merasa sedang berhalusinasi sekarang. Apa karena sangkin merindukan Kenan. Tunggu-tunggu kenapa pula dia merindukan Kenan itu. Tapi itu betulan seperti Kenan yang berdiri di depan teras rumahnya.

Kepalanya menunduk mengotak-atik ponsel di tangannya. Dia mendongak dan menyadari Candy yang berdiri di jarak 5 meter darinya. Entah ekspresi apa yang sekarang Kenan tunjukkan kepadanya. Sulit terbaca. Candy memutar tubuhnya ke belakang. Varo sudah pergi, untunglah. Lalu kemudian berjalan mendekat ke arah Kenan.

"L-lo udah lama?" tanyanya dengan nada canggun, tidak biasanya mereka seperti ini.

Kenan menggaruk tengkuknya tidak kalah merasa canggung juga. "Enggak juga, baru dari pulang sekolah tadi."

Candy mengatup rapat mulutnya. Dari jam 1? Sekarang jam 5. Berarti Kenan sudah menunggunya selama 4 jam! Candy benar-benar merasa bersalah dibuatnya.

"Gue tadinya khawatir lo belum pulang ke rumah. Tapi, begitu ngeliat lo dalam kondisi baik-baik aja gue legah."

Kenan mengacak sekilas rambut Candy lalu pergi meninggalkannya begitu saja.

"Ndy...."

Panggilan Kenan membuat Candy menoleh. Kenan masih berdiri membelakanginya.

"Ada satu hal lagi--," Kenan menggantung ucapannya. Dan entah kenapa jantung Candy berdegup cepat mungkin akibat rasa bersalahnya dan juga egonya untuk berpura-pura tidak peduli.

"Minyak mobil gue abis gara-gara keliling kota nyariin lo. Besok lo harus gantian ngisi minyak," sambung Kenan lalu terkekeh.

Candy mengerucutkan bibirnya. Dia menyesal menunggu kelanjutannya. Sampai harus menahan mati-matian rasa gelisahnya. Candy menghampiri Kenan memukul kepala Kenan hingga sang empu meringis kesakitan. Saat Kenan berbalik Candy langsung menghambur kepelukannya. Perasaan nyaman dan hangat itu menjalar di keduanya.

"Maaf...." Kenan semakin mengeratkan pelukannya.

"Jujur... gue gak bisa lama-lama dieman sama lo. Gak dengar kebawelan lo sehari aja kok gue rasa hidup gue hampa," ucap Kenan dengan dagu yang bertumpu di puncak kepala Candy. Ini sudah menjadi kebiasaan mereka dari kecil apabila bertengkar maka mereka akan berpelukan. Awalnya karena dulu saat kecil Sang mama lah yang menyuruh keduanya berpelukan saat bertengkar. Tapi malah terbawa terus hingga sekarang.

"Jadi lo bilang gue bawel?!"

"Loh kok ga nyadar, emang lo kapan kalemnya?" Ejek Kenan sambil terkekeh yang dihadiahi cubitan di perutnya.

"Aduh!!! Sakit woy!"

Bilangnya aja sakit tapi bukannya menjauh malah semakin mengeratkan pelukan keduanya. Menggoyangkan pelukan mereka dengan pelan. Kalau sudah begini Candy menjadi jinak. Biasa dia yang jijik kalau lihat orang pacaran peluk-pelukan begitu. Tapi kalau dia yang dipeluk Kenan rasanya nyaman gak ada jijik-jijiknya malah dia senang. Candynya aja yang belum pernah merasakan hangatnya pelukan orang yang dicintai mankannya dia sok jijik. Tapi pelukan Kenan nyaman begini bukan berarti dia cintakan? Melonggarkan pelukannya, Kenan melihat Candy yang malah memejamkan matanya.

"Kenapa Ndy?"

Candy malah terkejut mendengar pertanyaan itu lalu menggeleng kuat-kuat, "gapapa kok." Jawabnya sambil tercengir.

"Gue kira lo juga...."

Candy mendongakkan kepalanya dengan alis berkerut. "Juga apa?"

"Jangan sok berpikir, muka lo jelek kalau sok serius gitu," ejek Kenan sambil menarik hidung Candy yang memerah.

"Rese lo ah, ganggu momen aja." Candy mencubit perut Kenan pelan.

Tapi Kenan selalu menunjukkan reaksi yang berlebihan. "Adaww! Sakit woy!" ucapnya sambil meringis mengusap perutnya yang terkena cubitan. Walaupun pelan Candy menyubit sedikit kulitnya saja dengan kuku dan itu perih.

"Lebay banget lo, perut keras gitu juga dicubit sedikit malah ngeringis, gak guna itu 6 kotak," ejek Candy sekaligus menghadiahi tepukan di perut Kenan.

Omong-omong Kenan punya 6 kotak diperutnya atau nama lainnya abs a.k.a sixpack. Ya begitulah, semenjak memasuki SMA Kenan punya hobi ngegym bersama teman-temannya. Ditambah dia juga bermain basket alhasil roti sobek itu terbentuk walau tidak terlalu terlihat jelas seperti model-model tapi itu juga seksi kok.

Candy pernah melihat sendiri soalnya, dulu kalau Kenan buka baju Candy itu terlalu biasa tapi sekarang Kenan tanpa baju itu buat Candy jantungan. Gatau kenapa mungkin karena mereka sama-sama sudah besar ya. Tapi beda dengan Kenan yang masih tak tau malu untuk membuka baju di hadapannya. Untung iman Candy kuat.

Tbccc...

EASIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang