15. Pulang

189 15 0
                                    

Setelah keributan tadi, Candy dan Varo berakhir di taman lantai atas Mall dekat parkiran mobil. Candy tengah menatap malas Varo yang sejak 20 menit tadi terus menghisap rokoknya. Mungkin ini sudah batang ketiga yang dihisapnya. Lama-lama dia bosan juga melihat orang di depannya yang tengah asik mendzhalimi diri sendiri dengan merokok. Jelas-jelas berbahaya masih saja digunakan.

"Heh! udah belum galaunya?" Tanyanya sambil hendak berjalan mendekati Varo.

Varo melirik Candy sambil menjauhkan rokoknya, "jangan dekat-dekat gue lagi ngerokok."

Candy mendengus mendengarnya, "cepetan kenapa gue laper."

Varo berdecak, cewek keras kepala di depannya malah semakin mendekat. Jadi dengan sengaja ia menyesap kuat rokoknya dan menghembuskannya tepat di wajah Candy.

"UHUKK UHUKK! GILA LO YA?! PEROKOK PASIF ITU LEBIH BERBAHAYA DIBANDING PEROKOK AKTIF SETAN!"

Candy menjauh sambil mengibas-ngibaskan tangannya dan menutupi hidungnya. Menatap Varo dengan wajah memerah, omong-omong Candy ini sangat sensitif dengan segala macam asap.

"Siapa suruh deket-deket," jawab Varo santai sambil mematikan dan membuang rokoknya.

Emosinya sudah mulai stabil walaupun niat ingin membunuh pria brengsek yang dulunya ia panggil Papi itu masih ada. Apalagi ingin menghancurkan perempuan jalang yang tidak ada jerahnya itu. Kepalanya masih pusing akibat menahan emosi tadi.

"Lama banget lo ngegalaunya, cacing gue udah dangdutan dari tadi."

"Yang nyuruh lo nungguin gue siapa?"

Astaga, Candy benar-benar ingin menunjang cowok di depannya dari lantai paling atas gedung ini.

"Setan lo!"

Candy melangkahnya kakinya kesal ingin pergi jauh-jauh dari cowok di hadapannya ini. Kalau perlu sampai rumah Candy akan mandi kembang 7 warna untuk menghilangkan kesialan dalam hidupnya supaya tidak bertemu Varo.

Tapi dia tidak sadar kalau sepatunya tidak terikat dengan baik. Berakhir menginjaknya dan terjerembab ke depan.

"Aduhhh.... Mama!" Ringisnya langsung terduduk melihat kedua telapak tangannya yang memerah.

Varo hampir meledakkan tawanya melihat cewek di depannya yang baru saja sedang cosplay jadi cicak, menemplok pada lantai mall.

Mata candy sudah berkaca-kaca perih sekali ini tangan sama dengkulnya. Varo hanya berjalan melewatinya tanpa niat membantu membuat Candy membulatkan matanya. Menarik celana Varo membuat sang empu berhenti dan melihat ke bawahnya dengan sebelah alis terangkat.

"Bantuin bego!"

"Males."

Oh, benar-benar Candy kesal setengah mati mendengarnya. Matanya sudah berkaca-kaca dia kesal ditambah lutut dan tangannya semakin perih.

"MAMAAA!!" Teriaknya sambil menangis keras. Air matanya benar-benar jatuh dengan wajah memerah masih memegangi celana Varo.

Varo terkejut mendengarnya, ini Candy menangis meraung-raung. Ditambah tiba-tiba banyak orang yang melihat ke arahnya dengan tatapan seolah-olah Varo baru merusak anak orang.

"Heh heh, kok lo malah nangis sih?!" ucapnya berjongkok di hadapan Candy.

Tapi Candy masih menangis meraung kuat membuat orang-orang menatapnya iba dan seolah-olah menyalahkan Varo. Varo panik sendiri dibuatnya.

*****

Berakhir Candy yang masih sesenggukan dengan Varo yang tengah mengobati ke dua kaki dan telapak tangannya yang lecet di dekat parkiran motor lantai bawah.

"Pelan-pelan, sakit bego!"

Varo berdecak sebenarnya dia malas melakukan hal kemanusiaan ini. Tapi Candy dari tadi terus menangis meraung-raung membuat Varo pusing.

"Sabar! Mankannya jadi orang jangan kebanyakan gaya, bisa-bisanya nginjek kaki sendiri," ucap Varo setelah menempelkan plester hasil pemberian orang-orang tadi pada lukanya.

Varo berdiri kemudian merenggangkan pinggangnya yang terasa kaku. Omong-omong dia menggendong Candy dari lantai atas sampai bawah sini. Tentunya masih diikutin dengan beberapa orang yang menatapnya. Memastikan kalau Varo benar-benar bertanggung jawab. Mengingatnya membuat Varo mendengus inikan bukan salahnya.

"Duhh... encok pinggang gue abis gendong anakan gajah."

"Apa lo bilang?!"

"Gada, udah gue mau pulang."

Varo hendak pulang setelah bertanggung jawab dengan apa yang sama sekali bukan salahnya. Candy menarik jaketnya sambil menatapnya dengan tatapan seperti anak kucing kehilangan induk.

"Apa lagi?"

"Anterin gue pulang dong, gue pulangnya sama siapa?"

"Loh mana gue tau, lo bisa ke sini sendiri ya pulang sendiri lah," balas Varo sambil mengibas-ngibaskan jaketnya yang masih digenggam Candy agar terlepas.

"Hp gue lowbat, kaki gue sakit, gue ga bisa jalan buat ambil taksi."

Varo menghela nafasnya, melihat wajah Candy yang tengah tidak berdaya ini. Sebenarnya Varo malas namun ya sudahlah untuk kali ini saja seumur hidupnya dia peduli pada cewek ini, pikirnya.

"Tunggu, gue ambil motor dulu."

Candy bersorak dalam hati mendengarnya. Sebenarnya Candy juga jijik pada dirinya yang sok tidak berdaya ini. Tapi mau gimana lagi dia juga tidak berani pulang sendiri dengan kondisi hp lowbat. Karena trauma dengan dirinya yang dulu hampir dilarikan supir taksi.

*****

Candy sudah duduk manis di motor Varo. Dia mengenakan jaket cowok itu untuk menutupi pahanya karena roknya yang tersingkap saat dia naik. Varo menjalankan motornya dengan kecepatan sedang karena cewek itu kembali cerewet dan memukul helmnya dari belakang saat kecepatannya bertambah.

"HEHH HATI-HATI DONG! LO LAGI BAWA ANAK GADIS ORANG!" Teriak Candy saat Varo baru saja menyalip truk di depannya.

Candy yang jantungan di belakang melihatnya. Varo hanya berdecak, memang tidak tau diuntung ini cewek, pikirnya.

Saat memasuki jalanan sepi tiba-tiba mereka di hadang oleh lima motor. Varo otomatis menghentikan motornya melihat ada tujuh orang yang baru saja turun dari motor itu. Mereka membuka helmnya dan Varo berdecih mengetahui siapa orang yang berjalan dengan tampang songong di depannya.

Beda dengan Candy yang terkejut tiba-tiba dihadang begini. Apalagi wajah-wajah orang di depannya ini terlihat seram.

"HEH! TURUN LO BANGSAT!" Ucap orang yang berdiri paling depan.

Varo mematikan motornya memberi gestur pada Candy untuk turun. Dan Candy yang masih kaget bercampur takut menurut.

"Mau apa lo?"

Varo melepaskan helmnya sebelum menaruhnya di atas motor. Cowok paling depan itu tersenyum miring.

"Punya nyali juga lo sendiri," ucapnya yang dibalas tawa dengan teman-temannya yang lain.

"Cupu beraninya keroyokan."

Omong-omong melihat dari seragamnya sepertinya Candy kenal. Mereka terlihat seperti murid SMA Harapan 1 yang dulu pernah terlibat tawuran dengan sekolahnya. Tentunya dengan rombongan Varo, dkk.

"Hajar!" Perintah cowok yang paling depan dan mereka semua langsung menyerang Varo.

Candy kaget bukan main, tubuhnya bergetar melihat Varo yang tengah dikeroyok orang-orang di depannya. Varo sebisa mungkin mencoba menangkis pukulan dari mereka. Namun, sejago-jagonya Varo dalam bela diri jumlah ini tentu saja bukan lawannya.

Ia kelelahan dan berulang kali mendapat pukulan. Ditambah dari mereka ada yang membawa balok. Tubuhnya sakit sudah babak belur terjatuh di tanah namun tetap mencoba melawan.

Candy tidak tahu harus apa. Hpnya lowbat dan jalanan ini sepi. Meminta tolongpun percuma karena tidak ada yang akan datang. Dia menjerit saat seseorang hendak menikam Varo dari belakang.

"VAROO AWASSS!!"

TBCC....

EASIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang