11. Sakit

434 70 23
                                    

Kenan berjalan dengan gontai di sepanjang koridor sekolah. Tubuhnya sedari pagi sebenarnya sudah tidak enak, kepalanya sedikit berdenyut. Angel sudah lebih dulu pulang dikarenakan ada les biola. Tentu saja Kenan tahu jadwal pacarnya itu ditambah dengan Candy yang katanya sedang ada tugas kelompok di rumah temannya. Kenan sedang sendiri sekarang karena teman-teman setimnya sudah lebih dahulu pulang sebelum berpamitan kepada kapten mereka.

Drrrtt...
Drrrttt...

Getaran ponsel di saku celananya membuat Kenan menghentikan langkahnya. Samar-samar ia membaca call number di ponselnya. Lalu alisnya mengernyit sebelum menggeser tombol hijau di slidenya.

"Halo!" Kenan mengurut pelipisnya.

"Lo dimana, Nan?"

"Ma--sssih di-ii sekolahh sshh," lirih Kenan.

"Halo Nan! Kenan! Lo baik-baik aja, kan? KENAN! jangan buat gue panik, gue kesana, lo tunggu di sana!"

Tutt... Tutt...

Kenan menjatuhkan ponselnya. Bahkan suara di seberang sana hanya samar-samar di dengarnya. Kenan meringis, tubuhnya bertopang pada dinding. Sebenarnya latihan sudah dari dua jam yang lalu selesai. Tapi Kenan rasanya enggan untuk pulang karena kepalanya yang terus berdenyut. Takut jika ia paksakan berkendara nantinya akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Saat benar-benar sudah tidak sanggup lagi Kenan menjatuhkan tubuhnya. Bersandar di dinding sambil meluruskan kakinya. Dahinya mengernyit saat sakit itu datang lagi. Derap langkah kaki cepat terdengar samar. Kenan mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang datang. Kenan tersenyum kecil saat orang itu datang dengan wajah khawatir. Kenan tidak bisa mendengar jelas perkataannya. Hanya wajah paniknya saja yang Kenan lihat dan air mata yang mengalir begitu saja.

"I'm okay, Ndy...," lirihnya sebelum akhirnya tertidur dan tenggelam dalam pusaran hitam bersama dengan rasa sakit itu.

*****

Kenan merasa tubuhnya terasa berat. Kelopak matanya mulai terbuka dan dia menemukan dirinya dalam ruangan bercat putih dengan tirai hijau di sisi kanannya. Dia meringis pelan merasakan kepalanya berat untuk ditolehkan. Dia masih ingat saat di koridor tadi dia pingsan lalu seseorang menolongnya. Dalam bayangannya orang itu adalah Candy karena Kenan tahu persis bagaimana suara kekhawatiran yang terakhir kali dia dengar sebelum kehilangan kesadaran.

Manik coklatnya bergerak pelan ke samping ranjang. Kosong. Dia tidak menemukan seorang pun di sisinya. Kemana Candy? Pikirnya sebelum pintu putih itu berdecit kemudian terbuka menampakkan seseorang.

Kenan mengernyit karena bukan Candy yang dia lihat. "Varo? ngapain lo di sini?" tanyanya.

Sama halnya dengan Varo dia juga sedikit terkejut mendapati Kenan yang telah sadar. "Eh, udah bangun lo," ujar Varo sambil meletakkan kresek berisi buah-buahan di nakas samping ranjang.

"Ck, gue nanya lo ngapain di sini? Candy mana?" Kenan mendengus.

"Oh, cewek lo lagi pulang bentar baru aja. Kasihan dia ngeliatin lo kayak gak bernyawa," jawab Varo sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa rumah sakit.

"Udah berapa lama gue..."

"3 jam."

Varo bergerak mengambil bungkusan tadi. Mengambil buah Pir kemudian menggigitnya. Matanya beralih kepada Kenan yang menatapnya. Sebenarnya Kenan masih bingung kenapa ada Varo dan Candy yang bersamaan. Tapi Kenan segera menepis segala pikiran buruknya dan nanti dia akan menanyakannya pada Candy langsung.

"Kenapa? Lo mau?" Varo menyodorkan buah yang baru ia gigit seperbagian.

Kenan berdecak. "Boleh, tapi yang baru. Gak bekas gigitan lo," ketusnya.

EASIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang