4. Closer

469 79 13
                                    

Tarikan Candy membuat Varo kewalahan mensejajarkan langkahnya. Ditambah dengan nyeri di sekujur tubuhnya.

"Woy! Pelan-pelan kali!"

Saat tiba di halaman belakang sekolah Candy menghempaskan tubuh Varo kekursi taman membuat Varo meringis merasakan pinggangnya yang nyeri.

'Gila nih cewek,' batinnya.

Varo memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Candy yang tertutup helaian rambutnya.

"Lah lo kenapa?" tanyanya heran karena perasaan tadi cewek ini begitu galak dan sombong. Dan sekarang malah tertunduk dengan bahu gemetar dan terisak.

Namun, isakannya semakin keras. Varo mengernyit, apa dia salah tanya? Batinnya. Varo tidak akan pernah mengerti tentang sikap cewek yang sedang seperti ini. Karena ia tidak mau tahu dan tidak juga peduli. Omong-omong sebadung-badungnya Varo ia tidak pernah main perempuan. Hanya saja kalau menyakiti sering tapi itu juga bukan murni kesalahan Varo. Toh ia tidak pernah memberikan harapan apapun kepada mereka. Salah mereka sendiri yang terlalu berharap besar kepada Varo.

Candy memukuli dada Varo dengan brutal antara sadar atau tidak. Yang pasti tak ada perlawanan dari Varo karena tubuhnya merasa nyeri ditambah dengan darah di hidungnya yang membuat ia kesulitan bernafas. Varo hanya meringis dan menganggap Candy semakin gila karena tubuhnya sudah sakit begini malah makin dipukulin. Baru Varo ingin membalas perlakuan cewek di depannya tapi langsung ia urungkan.

Brukkk....

Kali ini bukan suara pukulan lagi. Tapi suara tubuh Candy yang jatuh ke arah Varo. Membuatnya menggenggam erat kemeja Varo yang bernoda itu. Lalu menangis sesegukan di dada orang yang dulunya sering menjadi bahan gosipannya dengan Ana dan Salsa akibat tingkah nakalnya yang mengganggu banyak orang.

Candy menangis terisak di dada Varo sehingga membuat seragam putihnya basah dan memperlihatkan kaus dalamnya. Sedangkan Varo ia hanya terdiam bingung kemudian meringis lagi dan memejamkan matanya akibat Candy yang menekan dadanya bekas tendangan Kenan. Candy melepaskan pelukannya dan menatap wajah Varo yang masih terpejam. Entah keberanian dari mana ia mengusap darah dari hidung Varo.

Yang dirasakannya saat ini adalah kenapa ia bisa begitu bodoh meluapkan semua kekesalannya kepada Varo. Untung saja Varo yang terkenal buas tidak langsung menerkamnya. Tidak tahu saja Candy kalau Varo hampir melakukan itu.

Varo membuka matanya saat merasakan tangan gemetar Candy menghapus sisa noda darah di hidungnya dan menekan pelan luka-lukanya.

"Shhhh...," desis Varo saat merasakan ngilu di dadanya.

"Sorry, mana yang sakit? biar gue obati," tanya Candy cemas.

"Gak perlu, gue bisa sendiri "

"Pokoknya harus gue yang ngobati lo!" Bentak Candy sambil menarik baju Varo.

"Ssshhh... kok lo yang ngamuk udah gila, barbar lagi" desisnya lirih di ujung karena luka dibibirnya terasa perih.

"Lo bilang apa?!" Candy memelototkan matanya mendengar perkataan Varo.

"Gue gak ada ngomong, kuping lo kali yang bermasalah gara-gara nangisi cowok lo tadi," jawab Varo mencari aman. Bukannya takut tapi serius badannya sedang babak belur dan dia malas berdebat dengan cewek gila di depannya. Baru kali ini Varo bertemu dengan cewek sebarbar ini dan berani menantangnya. Biasa yang lainnya akan takut ataupun malu-malu tidak jelas.

"Dia bukan cowok gue bego. Gue benci sama lo!"

"Gue lebih benci sama lo!"

"Ayok gue obatin."

EASIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang