1

65.7K 2K 48
                                    

Matahari menyinari tubuh kurus Aris disepanjang jalan. Jaket yang dipakainya tidak berpengaruh untuk melindunginya. Pagi itu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Aris tahu bahwa dia benar-benar sudah terlambat dan bersedia jika dihukum.

Aris mempercepat laju motor Ninja hitamnya hingga sampai di depan pagar belakang sekolah.

Tak sampai setengah jam Aris pun tiba. Ia memberhentikan motornya beberapa meter di depan pagar dan melepas helm full facenya saat melihat gurunya yang tua itu berdiri di depan gerbang.

Namanya Pak Dani. Guru konseling tua yang sangat menyebalkan. Umurnya sekitar 40 tahun. Wajahnya yang sudah bosan melihat Aris yang datang terlambat itu hanya bisa mendengus sambil menggelengkan kepala.

Aris hanya diam tertunduk selama beberapa menit, tidak berani melihat wajah pak Dani yang sudah memerah.

"Ehm..m-maaf pak saya telat...lagi." kata Aris sambil mengusap tengkuknya.

Pak Dani hanya meghela napas berat melihat kelakuan Aris yang selalu terlambat. Entah sudah berapa banyak.

"Saya harus menghukum kamu gimana lagi?" tanya nya sambil menggelengkan kepala.

"Kalau gitu saya nggak usah dihukum, Pak." celetuk Aris.

Wajah pak Dani sudah mulai terlihat geram dan memerah. Sebelum pak Dani bergerak, Aris sudah bergerak turun dari motornya.

"E-eh, i-iya pak, iya! Ngapain aja deh, pak! Apa aja saya lakuin!" kata Aris dengan panik.

Pak Dani yang melihat itu tersenyum masam lalu berkata, "Oke. Sepulang sekolah nanti, kamu bersihin kamar mandi cewek. Jangan kabur atau kamu saya catet di buku hitam!"

"Eit eit. Iya pak, iya! Tenang aja nggak usah panik." kata Aris.

Pak Dani hanya menggelengkan kepelanya. "Sudahlah, sana bawa masuk motor raksasamu itu."

"Siap pak!" kata Aris sambil menaikki sepeda motornya lagi dengan bergegas.

*

Sepulang sekolah Aris benar-benar membersihkan kamar mandi sendirian.

"Gila bro. Kamar mandi cewek luas gini. Mana gua belom ganti baju." kata Aris sambil menghadap cermin di hadapannya.

Kemudian Aris mengambil pakaian ganti di lokernya dan membawanya ke kamar mandi. Saat hendak melepas baju, seseorang datang.

Ckrek

Bunyi suara pintu membuat Aris menoleh. Keempat mata itu saling pandang. Aris menghentikan pekerjaannya yang sedang memakai setengah baju itu. Tak ada yang bergerak. Namun tiba-tiba cewek itu berteriak.

"Eh- AAAAA."

"Ssstt. Ngapain sih teriak, oi oi." sahut Aris dan segera memakai bajunya lalu membungkam mulut cewek itu.

"Ngapain shock? Gua juga cewek, lo nggak usah panik. Gua tau postur gua kurus kerempeng gini, nggak ada dadanya. Tapi nggak usah teriak napa." kata Aris sambil menghela nafas.

Cewek itu diam. Wajahnya sedikit merah. Mungkin karena Aris membungkam mulutnya.

"Sori ya gue ngagetin lo. Gue lagi ganti baju, supaya seragam gue nggak kotor." kata Aris sambil melanjutkan kegiatannya; mengepel lantai.

Cewek itu hanya mengangguk pelan dan keluar lagi. Aris yang melihatnya bingung.

'Tuh cewek kenapa? Aneh.' batin Aris.

*

Selesai mengepel lantai, Aris segera membereskan peralatan, mengganti bajunya lagi lalu bergegas pulang.

Sebelum pulang, ia mengecek kelas Alicia. Alicia adalah teman Aris dari SD. Dulu, Alicia selalu dibully oleh teman-temannya. Aris sangat membenci satu banding banyak. Semenjak kejadian Aris membela Alicia, Alicia selalu berada disisi Aris. Hingga sekarang.

Tapi ruangan itu kosong. Mungkin sudah pulang dengan teman-temannya. Bary pun juga tidak ada di kelasnya tadi.

Dan Bary. Bary adalah teman SMP Aris. Bary adalah teman seperkelahiannya dari dulu. Tiap ada masalah dengan Aris, Bary selalu menolongnya. Begitu juga sebaliknya.

Aris memutuskan untuk langsung pulang. Saat dijalan pulang, Aris melihat cewek tadi yang ia temui di kamar mandi, dikelilingi oleh beberapa laki-laki. Aris mendegus melihatnya. Malas rasanya. Tapi kasihan anak itu.

Akhirnya Aris memberhentikan motornya dipinggir jalan, jauh dari mereka dan menghampiri mereka.

"Coy, ngapain nih bro? Ikutan dong." kata Aris sambil menepuk salah satu pundak orang itu.

Orang itu terkejut dan sedikit menjauh. Dengan muka bengis salah satu dari mereka berkata, "Hah? Ngapain lo, mau kita godain juga?" lalu mereka serentak tertawa.

Aris yang benar-benar muak langsung menarik cewek itu menjauh. Namun, orang yang tadi berbicara menarik pundak Aris.

"Mau kemana lo? Itu santepan gua."

"The hell santepan lo? Dia temen gua, nggak usah macem-macem. Mau bonyok lo?" kata Aris dengan nada tinggi.

Tanpa ada ancang-ancang orang itu melayangkan satu tinjuan di hidung Aris. Hidung Aris berdarah. Aris sudah benar-benar kesal. Ia melepaskan genggamannya dari cewek itu dan langsung meninju orang yang meninjunya tadi.

Dengan geram Aris memukul orang itu habis-habisan. Saat Aris ingin melayangkan tinjuan terakhirnya, cewek itu memegang tangan Aris.

Aris menoleh. Wajah cewek itu terlihat sedih. Aris panik dan menghentikan pukulan itu. Ia meninggalkan mereka sambil menatap wajah geram dengan tatapan 'jangan pernah lo ngelakuin itu lagi', lalu pergi bersama cewek itu.

Saat motor mulai melaju, cewek itu bersuara. "Um, hidung lo gimana? Apa masih berdarah? Ah, iya gue nyaris lupa. Makasih banyak."

Aris hanya tertawa pelan. "Nggak masalah. Bukan masalah besar. Lo tau, itu urusan kecil. Gue pernah berantem sama satu sekolah cuma berdua sama Bary."

"Gue tau."

"Apa? Lo ngomong sesuatu?" tanya Aris sambil menoleh sekilas dari spion motor.

"Ah, nggak. Eh, lo mau nganterin gue pulang ke rumah gue?" tanya cewek itu.

"Ya, gitu deh. Dimana rumah lo? Ah ngomong-ngomong, gue Aris." kata Aris.

"Eh, gue Renna." jawabnya.

"Oke, Renna. Rumah lo dimana?"

*

Another first nonstraight lesbian love story :)
Well, i'm not into lesbian that much, so ini gak ero. Yah paling kissing dikit ada. Jangan protes, kalo nggak suka tinggalin, kalo suka kasih kritik dan saran! Makasih! :D

edit: sedang masa merapikan kata dan kalimat supaya enak dibaca dan sesuai ya.. bisa skip aja tiap ada notif update atau yang lainnya. thx a lot.

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang