7.1

25.4K 1K 8
                                    

Renna's POV -Flashback-
1

Hari itu hujan deras. Renna berdiri di halte bus menunggu bus terakhir datang. Jam sudah menunjukkan pukul 4:54 sore. Sudah hampir setengah jam tetapi bus terakhir belum juga datang. Renna mendengus melihat awan yang sepertinya hujan tidak akan berhenti selama sejam ke depan.

Saat itu Renna masih kelas 2 SMP. Tiba-tiba segerombolan anak SMA—yang entah dari mana— menghampiri Renna. Awalnya Renna tidak menghiraukan, tetapi mereka semakin mengganggu Renna. Renna mulai menjauh karena mereka berusaha memegang tangan Renna.

Renna sudah berusaha untuk menjauh dan mengelak, tetapi usaha Renna sia-sia. Mereka berempat dan Renna sendiri. Mereka memegang tangan Renna, bahkan menahan tubuhnya. Hampir saja baju Renna dibuka sebelum akhirnya seseorang datang dan berteriak.

"Ngapain lo, woi!"

Mereka berempat menoleh. Seperti sudah siap, mereka langsung menyerbu orang itu. Tapi apa yang dilihat Renna berbeda dengan apa yang dipikirkannya. Orang itu menang melawan empat orang. Sendiri.

Renna masih tersungkur di tanah. Orang itu datang mendekati Renna, tetapi Renna ketakutan. Renna sempat melihat orang itu melepas helmnya dan memberikan jaket yang ia gunakan.

"Nih. Pake buat nutupin badan. Jangan pake yang nembus pandang gitu. Nanti banyak yang iseng."

Lalu orang itu menarik gas motornya dan meninggalkan Renna. Seketika jantung Renna berdegub. Renna sadar bahwa dia jatuh cinta kepada orang itu. Walau Renna sadar bahwa orang itu adalah perempuan, bukan laki-laki.

*

Saat kenaikan kelas 3 SMP, Renna memutuskan untuk pindah sekolah ke sekolah perempuan itu. Betapa senangnya Renna ketika mengetahui bahwa Renna satu kelas dengan dia.

Namun, Renna melihat dia duduk dengan seorang laki-laki. Renna merasa bahwa laki-laki itu adalah pacarnya. Renna duduk di belakang, baris ketiga bangku keempat. Sedangkan dia duduk di baris kedua, bangku kedua.

Sesekali Renna melirik ke arah dia, dan kadang mata mereka bertemu. Namun, dia hanya menatap dan menoleh ke arah lain, Renna merasa diabaikan.

Lalu Renna penasaran, dia bertanya kepada teman sebangkunya. Namanya Kalista. "Em, Kal, mau nanya boleh?"

"Nanya apa, Ren?"

"Itu nama nya siapa?"

"Siapa? Aris?"

"Aris?"

"Iya, Aris. Aristia Natasha. Kenapa?"

"Em, sampingnya itu siapa?"

"Oh, Bary? Bary Daskian. Kenapa? Suka sama Bary, ya? Banyak sih yang suka sama Bary. Cuma kata anak-anak, Bary sama Aris pacaran."

Deg

Perasaan kecewa muncul di dalam diri Renna. Renna merasa sudah tidak ada harapan lagi karena mereka benar-benar sangat dekat. Seperti tidak ada kesempatan untuk mendekati Aris.

"Haha, muka lo kusut gitu pas tau Bary sama Aris pacaran. Mereka deket dari kelas satu sih. Sebenernya mereka dulu tuh rival, eh tapi malah jadi deket gitu."

Tiba-tiba Kalista mendekat dan memelankan suaranya sambil berbisik, "Ada beberapa yang bilang, kalo Aris sering ke apartemennya Bary," lalu melanjutkan, "katanya, Bary sama Aris pernah ngesex gitu."

Dunia Renna seketika hancur mendengarnya. Renna benar-benar patah hati. Tidak mampu berkata apapun, Renna hanya menoleh sekali dan melihat memang benar Aris dan Bary sangat dekat.

"Tapi gue sih percaya nggak percaya," lanjut Kalista. "Soalnya, pas ada yang nanyain gitu langsung ke mereka, si Aris langsung sinis trus Bary langsung bilang, 'kalo lo ngomong aneh-aneh soal gue sama Aris, siap-siap rahang lo patah.' gitu. Yah tapi gimana, abis mereka deket banget."

Renna merasa ada secercah harapan muncul. Entah apa itu, tetapi Renna merasa itu sebuah harapan.

*

Nyaris setahun berlalu, tetapi Renna tidak pernah merasa ada kedekatan yang pasti di antara dia dengan Aris. Renna hanya berani bertanya ataupun berkata sebatas pelajaran, dan dalam diskusi kelompok. Renna selalu menundukkan kepalanya tiap bertatapan dengan Aris karena Renna merasa bahwa Aris benar-benar melupakannya.

Kemudian Renna bertanya lagi ke Kalista. Kali ini Kalista benar-benar tertawa. "Aris pelupa? Bukan pelupa, dia nggak pernah bisa inget! Haha."

"Nih ya, dia tuh payah banget kalo ngehafal muka orang. Tapi kalo pelajaran, beh, jangan tanya. Dia cuma perlu denger apa yang orang omongin juga kecantol di otak!" kata Kalista menggebu-gebu.

Renna kaget dan itu jelas bisa terlihat. Aris adalah anak yang memang sangat pintar. Akhirnya Renna tahu, bahwa mungkin sebenarnya Aris tidak melupakannya, tapi Aris tidak hafal wajahnya apalagi saat itu hujan. Seulas senyuman terlintas di wajah Renna.

*

Hm aneh nggak ya flashback Renna? Kepikirannya sih gini... hahaha. Semoga nggak bosen sama cerita nya~ makasih~~ :)

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang