13

17K 828 14
                                    

Alicia's POV 

Alicia mengekori Bary dari belakangnya ke dalam apartemen. Lantai 5. Kata Bary, "Nggak mau tinggi-tinggi, nanti kalau gue jatuh trus muka gue hancur gimana? Nggak keren dong pas dikubur." Hal itu mampu membuat Alicia tertawa sambil membayangkannya.

"Oke, masuk." Bary langsung membuka pintu setiba di flatnya, masih berdiri di mulut pintu. "Masuk aja, gue mau ke bawah dulu. Beli snack."

Alicia mengangguk dan Bary segera menutup pintunya kembali. Terlihat Aris sedang duduk di karpet di depan televisi. Ia tidak menoleh sedikit pun dari televisi. Padahal sedari tadi channel nya terus-terusan diganti. Apa dia tidak sadar? Alicia mendekatkan dirinya dan berusaha untuk membuka suara. Kenapa ia segugup ini?

"Aris."

Tidak ada balasan. Aris masih bergeming di depan televisi. Menegok pun tidak. Dengan kesal, Alicia mengatur nafas, mengambil bantal sofa dan kembali bersuara.

"Aris!" Alicia melemparkan bantal sofa sambil berteriak. Suara Alicia sedikit lebih keras. Ia hanya sanggup memanggil orang sekeras itu hanya kepada Aris. Sedari dulu. Aris pun menoleh. Wajahnya terlihat kaget. Sedikit pucat.

"Kenapa?"

Suaranya terdengar kaget dan sedikit...takut?

"'Kenapa' apanya?" Alicia memiringkan kepalanya sedikit ke kanan. "Ya, aku nyariin kamu dodol. Kenapa nggak masuk?"

Tiba-tiba Aris memeluk tubuh Alicia. Tubuhnya sangat dingin. Masih seperti sifatnya yang dulu; dingin. Namun ia merindukan sentuhan dingin Aris. Lalu Alicia dengan cepat tersadar dan tidak ingin berlarut dalam nostalgia.

"Eh? Aris, kamu kenapa?"

Alicia sengaja tidak membalas pelukannya. Ia tidak ingin berlarut dalam dekapan tubuh dingin Aris yang sangat ia rindukan. Tiba-tiba Aris melepaskan pelukannya. Aris memegang bahu Alicia. Genggaman itu terasa agak kencang, Alicia bisa merasakan itu. Aris menatapnya. Tatapan yang membius. Namun, tiba-tiba Aris mendekatkan wajahnya ke wajah Alicia. Dia menempelkan bibirnya ke bibir Alicia.

Alicia membatu.

Tapi Aris tidak melanjutkan aktivitasnya. Tidak melakukan apapun. Hanya menempelkan bibirnya ke Alicia.

Hanya sekadar menempel.

Sedikit kecewa. Apa? Kecewa? Tidak. Bukan itu. Ia malah harus menghentiknan kegiatan sahabatnya itu. Sahabat? Sejak kapan ia mengakui bahwa Aris adalah sahabatnya?

Setelah cukup lama menempel, Aris melepaskan bibirnya dari bibir Alicia.

"Maaf."

Aris menunduk sambil menjauhkan wajahnya dari wajah Alicia. Alicia masih menatap tanpa berkedip. Sedangkan Aris masih memegang bahunya. Mencoba untuk mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mencerna. dan ia sadar bahwa Aris telah menciumnya.

"Alicia."

Suara berat penuh kesedihan itu menusuk hati Alicia. Ia sadar dan akhirnya menatap Aris yang penuh dengan kesedihan saat menatap mata Alicia. Ada apa?

"Aku cinta kamu."

Ada sesuatu yang menancap tepat di hati Alicia. Ia merasa jantungnya mau copot. Lemas namun.... senang? Bibir Alicia mengatup tak mampu berkata apapun. Aris masih menatapnya, namun kali ini lebih tegas. "Aku cinta kamu, Alicia."

Alicia masih bergeming.  Matanya memanas. Air mata mengalir di pipinya. Pipinya terasa panas seraya air mata mengalir dengan deras. "Kenapa?" Suara Alicia sedikit sesegukan. Ia melihat ekspresi wajah Aris berubah panik dan khawatir.

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang