5

26.8K 1.2K 27
                                    

"Kalo gue bilang gue suka sama lo, gimana?"

Aris hanya bisa melamun menatap wajah Bary yang serius. 'Ada yang salah.' batin Aris. Beberapa detik kemudian Bary mengehela napas.

"Tidur, gih. Besok jangan telat." kata Bary berjalan ke dapur.

*

Benar saja. Maksud Bary jangan telat adalah tidak ada yang membangunkannya pagi itu. Bary sudah tidak ada di ruangan manapun. Aris bergegas mandi dan berpakaian lalu mencari taksi.

Aris menghela napas panjang karena tepat saat ia sampai, gerbang nyaris ditutup. Aris berlari di koridor menuju kelasnya. Apa yang dilihatnya sungguh aneh. Bary berpindah posisi menjadi duduk dengan Chandra di belakang, sedangkan Revo maju ke depan duduk di sebelah Aris. Aris masuk dan hanya menaruh ranselnya. Kemudian pergi.

*

Aris berada di kantin sepagian. Kondisi kantin masih cukup ramai walau sekarang bel pelajaran kedua sudah berbunyi. Tiba-tiba Alicia menghampiri Aris. Dia tidak berkata apa-apa tapi hanya duduk sambil memperhatikan.

"Apa?" tanya Aris yang secara tidak sadar sedikit ketus.

"Kamu kenapa? Aku salah ya? Kok nanya nya ketus gitu?" kata Alicia dengan nada yang pelan.

"Ah nggak. Sori sori. Gue lagi ada masalah sama Bary." kata Aris sambil mengambil makanan yang dipesannya dari ibu kantin.

"Kenapa?" tanya Alicia bingung.

Aris diam. Tidak bersuara. Sambil mengunyah makanannya yang sudah disuap, Aris berpikir dalam hati, 'Nggak mungkin kan gue ngasih tau Alicia?'

"Biasa, konflik game. Ntar juga baikan kok, tenang aja." kata Aris.

Alicia mengelus kepala Aris. Aris kaget dan hanya tersenyum. Tiba-tiba Renna lewat dan tidak sengaja mata mereka bertemu. Reflek tangan Aris menarik tangan Alicia. 'Eh? Kenapa gue panik?' batin Aris.

Aris berdiri meninggalkan Alicia sendiri. Langkah kakinya mengejar Renna yang sedang berjalan di depannya bersama teman-temannya.

"Ren,"

Tangan Aris mengambil lengan Renna. Tanpa berkata apa-apa lagi, Aris membawa Renna. Aris bergerak mengikuti langkah kakinya yang entah kemana.

Lalu mereka berhenti di tempat loker. Mata Aris menatap mata Renna lekat-lekat. Tangan Aris belum melepaskan genggamannya. Renna terlihat sedikit takut. Aris merasa ada sesuatu yang aneh. Jantungnya berdegub lebih kencang dari biasanya. 'Kenapa?' batin Aris.

"Ren, Em.. gue.." kata Aris terbata-bata.

"Gue mau minta maaf. Kelakuan gue yang salah. Maaf." kata Aris menunduk lalu melepaskan genggamannya.

Tiba-tiba Renna memeluknya. Pelukan Renna terasa hangat. Aris ingin melepaskannya, tapi perasaan aneh menjalar ke tubuhnya. Tangan Aris menepuk kepala Renna. Renna kaget dan menoleh ke atas menghadap ke wajah Aris.

Perlahan Renna mulai mendekatkan wajahnya ke Aris. Aris tidak bisa begerak karena Renna masih memeluknya. Wajah Renna semakin dekat dan bibir Renna mendarat tepat dibibir Aris.

Degdeg.

Degub jantung Aris lebih kencang. Pelukan dan ditambah bibir hangat Renna membuat Aris merasa nyaman. Seolah-olah badan Aris begerak sendiri, tangan Aris membalas pelukan Renna dan memperdalam ciuman mereka.

Renna yang terlihat kaget sempat berhenti, membuat Aris melepas ciumannya. Aris melepas pelukannya dan mendorong badan Renna dari pelukannya.

"Em, s-sori, Ren. Gue nggak bermaksud-"

Belum selesai berbicara, bibir Aris sudah dibungkam oleh bibir Renna. Renna melingkarkan tangannya di leher Aris, memperdalam ciumannya. Aris sempat kaget, lalu memeluk pinggang Renna dengan erat.

Aris mendorong badan Renna ke loker. Renna sedikit terhentak karena badannya terasa sakit. Tiba-tiba Renna membuka mulutnya dan membiarkan Aris mengeksplor mulut Renna dengan lidahnya.

Lidah mereka sekarang beradu. Banyak saliva yang keluar dari mulut Renna. Tangan Aris tidak tinggal diam. Tiba-tiba tangannya bergerak ke dalam baju Renna. Renna sedikit kaget karena tangan Aris semakin ke atas.

Napas Renna mulai habis. Renna melepaskan ciumannya dengan nafas yang tidak beraturan. Berbeda dengan Aris, ia hanya mengatur napasnya sedikit.

Tiba-tiba Aris sadar bahwa Renna nyaris ditelanjangi nya. Reflek Aris membenarkan baju Renna dan berkata, "M-maaf, Ren." Lalu Aris pergi meninggalkan Renna.

*

Di dalam kelas Aris hanya diam meletakkan kepalanya di atas meja. Aris benar-benar bingung apa yang dilakukannya barusan.

"Kenapa sob?"

Aris menolah tanpa beranjak dari posisinya. Bary. Bary duduk disampingnya memandang dengan wajah penasaran.

Aris hanya menatap Bary. Belum ingin berkata apapun. Bary yang mengerti langsung duduk di sampingnya dan mengelus kepala Aris. "Kalo udah pengen cerita, cerita aja." kata Bary sambil tersenyum.

*

Sepulang sekolah, Aris langsung mengambil motornya yang ditinggalkan di bengkel. Setelah mengambil motor, Aris langsung bergegas jalan. Selama perjalanan Aris sungguh tidak fokus. Hampir berkali-kali dia tertabrak dan terserempet.

Tiba-tiba segerombolan motor datang menghalangi Aris. Ia melepas helm dan nematikan mesin, lalu turun dari motor. 'Duh, apaan lagi nih astaga.' batin Aris.

"Woi. Ngapain lo deketin Renna?" tanya salah seorang dari mereka.

Sepertinya orang yang berbicara itu adalah ketuanya. Dari caranya berjalan ke depan dan berbicara, sangat terlihat jelas bahwa dia ketuanya.

"Deketin? Emang lo siapanya Renna? Duh, gini deh. Gua nggak mau nyari ribut. Mau lo apa, hah?" tanya Aris.

"Kok lo nyolot sih? Ngajak berantem lo?" kata orang tersebut.

'Kok ngajak berantem sih? Nih orang sakit kali.' batin Aris.

"Emang lo siapanya?" tanya Aris lagi.

Orang tersebut mendengus mengejek lalu berkata, "Gue pacarnya."

*

Makasih banyak udah baca sampai chap ini....bener bener nggak ngerti mau kayak apa cerita nya :'D
Kalo ada kritik dan saran, kasih tau aja, biar bisa di remake lebih baik :)
No bad comment please, you arent even a judge. Thanks :)

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang