12

17.5K 734 21
                                    

Ada beberapa alasan mengapa Aris sedikit menjauhi Alicia. Pertama, Alicia sudah besar, sudah mengerti mana yang baik dan tidak. Kedua, Alicia tidak perlu selalu di awasi karena dia memang sudah besar, dan alasan yang paling utama; kedua orangtua Alicia tahu bahwa Aris mempunyai rasa yang berlebih terhadap Alicia.

"Cuy, bengong aja." Bary menyolek Aris. Bary. Rival nya selama SMP dan orang yang pernah menembaknya pekan lalu. Namun entah sejak kapan mereka menjadi sahabat. "Mikirin Renna?"

"Alicia." Aris duduk kembali dari posisi tidurnya, sadar bahwa sang pemilik apartemen telah kembali. Mereka sedang berada di apartemen milik Bary. Tiap sabtu malam jika Aris tidak ada kerjaan, ia akan ke apartemen Bary. Walau sudah berpacarab dengan Renna, orangtuanha tidak mengetahuinya sama sekali.

"Kenapa sama Alicia? Kangen?" Bary duduk di samping Aris menatap televisi yang menyala namun diabaikan. "Dulu aja disiasiain, sekarang kangen 'kan lu."

"Gue yang disiasian deh kayaknya." Aris tertawa hambar. "Dulu gue naksir dia banget. Tapi kayaknya orangtuanya tau gue ada rasa simpati berlebih. Yah, namanya dulu bocah, nggak ngerti. Pas mereka ajak ngobrol gue, ternyata itu maksudnya cinta."

Mata Bary terbelalak. "Saik nih, jadi Alicia cinta pertama lo?" Bary memegang dagunya dan manggut-manggut. "Renna gimana? Buat gue?"

"Asal aja lo." Aris tertawa miris menatap Bary. Aris kembali menatap televisi di depannya. Entah apa yang dibicarakan pembawa acara itu. Pikirannya kabur.

"Terus, lo ngapain mikirin Alicia? Tunggu, jangan bilang Renna cuma pelampiasan aja? Padahal lo masih naksir Alicia?"

Aris mengerjap tersadar. Badannya reflek menoleh Bary dengan tatapan kaget. Wajahnya pucat, entah mengapa. Sekujur tubuhnya menegang, Aris tidak mampu berfikir.

"Lo kenapa sob?"

Mulut Aris terbuka. Ingin berkata namun entah apa yang ingin dikeluarkannya.

"Oke gue anggap itu bener."

*

Aris memutuskan untuk membolos dan menginap di apartemen Bary dengan catatan; jangan ngeberantak kulkas. Aris sudah mengatakan bahwa jangan katakan apapun jika Alicia bertanya karena ia tahu, bahwa Alicia akan sangat berisik dengan bertanya hingga mendapat jawaban.

Bary melihat Alicia sedang menghampirinya ke arah bangkunya di kantin. Ia sadar, namun pura-pura tidak melihat dan menghindar. Namun apa daya, Alicia tiba-tiba berada di belakangnya menarik seragam Bary.

Bary menoleh menatap Alicia dengan tatapan kaget. "Ih, ih. Apaan sih. Malu ah, jadi enak."

Alicia melepaskan genggamannya dari baju Bary. "Ih apaan sih, Bar!" Lalu memukul punggung Bary pelan. Sangat pelan.

"Kenapa, Lis?" Bary menatap Alicia dengan wajah yang pura-pura tidak tahu. "Kangen gue?"

"No way." Alicia menatap sekeliling Bary dengan tatapan mencari. "Aris?"

"Nggak sama gue."

"Maksud kamu nggak masuk 'kan?"

'Ih nih anak kalem amat. Aku-kamu-an segala' batin Bary.

"Tuh tau." Bary meminum jus jeruk nya sambil menatap Alicia sekilas. "Mau?"

"Aku telponin Aris nggak nyambung. Ponselnya mati." Alicia tidak menggubris perkataan terakhir Bary.

"Di flat gue."

"Apa?"

"Nanti pulang ikut gue aja. Jangan bilang siapa-siapa."

*

Alicia sudah menunggu Bary di parkiran selama sekitar 10 menit. Belum terlihat tanda-tabda kedatangan Bary. Alicia menatap layar telponnya. Ada satu pesan dari Aris.

Udah pulang?
[ Received 15:08]

Senyuman di wajah Alicia mengembang begitu saja. Mengapa? Karena semenjak mereka SMA, mereka tidak pernah mengirim pesan.

"Uy." Tepukan Bary membuat Alicia terbangun dari lamunannya. "Kenapa, Lis?" Bary menatap layar telponnya yang masih dipegang. "Pantesan. Tumbenan ya, Aris ngirim pesan." Bary naik ke atas motornya dan memakai helm. "Yuk, ntar ke buru sore. Balesnya nanti aja nunggu ketemu langsung."

*

Aris sedang duduk di sofa sambil mengganti saluran televisi berkali-kali. Tidak ada yang menarik menurutnya. Kenapa? Karena ia sedang memikirkan Alicia. Bukan Renna. Bahkan ia belum membalas rentetan pesan dari Renna sejak pagi. Sudah sekitar 5 miss call dari Renna namun tidak digubris. Pesan yang dikirimkan ke Alicia pun belum ada balasan. Aris masih diam di tempat walau pintu sudah terbuka. Ia tahu bahwa itu pasti Bary. Siapa lagi?

"Aris."

Aris tidak menggubris. Suaranya seperti Alicia. Mungkin Bary iseng.

"Aris!"

Sebuah bantal sofa melayang tepat sasaran ke kepala belakang Aris. Aris menoleh. Ia mendapati Alicia berdiri di sana. Kenapa?

"Kenapa?" Tanpa sadar suara batinnya keluar begitu saja.

"'Kenapa' apanya?" Alicia memiringkan kepalanya sedikit ke kanan. "Ya, aku nyariin kamu, dodol. Kenapa nggak masuk?"

Aris berdiri dan langsung memeluk Alicia. Badannya hangat. Ia sangat merindukan tubuh ini. Tubuh hangat Alicia.

"Eh? Aris, kamu kenapa?"

Alicia tidak membalas pelukannya. Namun pelukan Aris semakin kuat, seakan takut kalau ia lepas, Alicia akan lenyap. Tiba-tiba Aris melepaskan pelukannya. Masih memegang kedua bahu Alicia. Ia menatap Alicia sejenak, lalu mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya ke Alicia.

*****

 Wgwgwg akhirnya. Gue udah update 2 chap sekaligus yak. Jangan lanjut-lanjut doangan cuy, gue butuh saran kalau emang masih belom greget. Btw, gue jatuh cinta sedikit sama Aris, untung gue fleksibel. /digampar/

Dan gue mau bikin ending yang greget. Soalnya bentar lagi mau gue kelarin makanya gue kasih tau. Btw, next chap Alicia pov dannn...gue private! (Huuuuu... *ditimpuk kerang*)

Bukan buat nyari followers qaqa. buat nyari tau yang suka sama cerita saya siapa, yang nungguin siapa wgwgwg.

Vomment dan follow nya cuy! :>

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang