11

19.4K 770 9
                                    

Aris' POV -Flashback-

Aris menatap langit-langit berwarna putih. Suara-suara yang agak asing terdengar di sekitar tempat itu. Di samping terdapat botol yang menggantung, menyambung ke tangannya dengan selang. Aris terkaget melihat seorang gadis tidur di sampingnya dengan posisi duduk yang sangat tidak nyaman. Ingin rasanya membangunkannya, namun terlihat gadis itu tidur pulas. Seulas senyum samar terpapar di wajah Aris sambil memejamkan matanya sejenak.

"Sudah sadar?"

Suara gadis itu sangat lembut. Memberikan kehangatan yang belum pernah dirasakan Aris. Semenjak ibunya meninggal dan ditelantarkam oleh ayahnya saat kelas 3 SD, Aris menjadi anak yang cukup liar. Aris terpaksa berhenti sekolah semenjak orangtuanya meninggalkannya. Siapa yang akan membiayainya? Bahkan untuk hidup sudah cukup sulit.

"Ya ampun. Aku khawatir banget. Aku panggil dokter dulu ya."

Gadis itu berjalan meninggalkan Aris keluar ruangan. Kemudian dokter datang dan memeriksa keadaan Aris.

Aris mengingat-ingat apa yang membawanya ke sini. Saat itu hujan deras, seorang laki-laki —anak yang sepantaran dengan Aris— dikeroyok disudut halte oleh beberapa anak yang terlihat lebih tua darinya. Anak itu nyaris babak belur jika saja Aris tidak datang, namun Aris kalah banyak dan ia yang babak belur. Untungnya beberapa menit kemudian, seorang gadis datang bersama seroang laki-laki dewasa sebelum Aris benar-benar semakin parah.

Ya, begitulah. Aris pun terbaring di atas kasur sebuah rumah sakit.

Dokter memeriksa Aris; kepala, badan, detak jantung, pergelangan tangan dan kaki. Terdengar samar bahwa dokter berkata Aris baik-baik saja. Gadis itu menghampirinya lagi dengan wajah tersenyum.

"Alicia."

Gadis itu memeperkenalkan namanya. Alicia. Nama yang cantik.

"Aris."

Dan semenjak itulah, keluarga Alicia mengangkat Aris menjadi keluarga Alicia. Namun di sekolah dasar Aris masih menjauhi Alicia. Entah karena apa, Aris merasa bahwa Aris tidak pantas dekat dengan Alicia.

Namun situasi berubah. Alicia dibully oleh beberapa temannya. Alicia sendiri, mereka berlima. Apa-apaan? Aris masih sekadar melihat, apa yang akan dilakukan. Dan parah, sangat kejam. Mereka menyiram Alicia dengan air yang mereka bawa. Alicia di posisi tersudutkan. Aris datang mendekatkan diri, menepuk pundak orang itu namun tidak berniat berkata. Mereka tersentak kaget. Tatapan dingin dan membunuh Aris membuat mereka nyaris menangis sembelum akhirnya kabur. Alicia menunduk. Meringis, kediginan. Suaranya sesegukan, tidak mampu berkata. "Ayo, pulang."

*

Sudah 5 tahun berlalu. Sekarang Aris sudah kelas 2 SMP dan seharusnya satu sekolah dengan Alicia. Namun ia menolak untuk melanjutkan di sekolah yang cukup mewah itu dan memutuskan pindah ke sekolah biasa. Penampilannya tidak bisa di ubah; tomboy dan pendiam. Namun sifatnya sedikit melunak. Selama bersama Alicia, Aris menjadi pelindung Alicia. Selama beberapa tahun terakhir ini, Aris pun berubah menjadi anak yang aktif berbicara dan sedikit terbuka.

"Coba tolong pelankan suara kalian! Ya, silahkan masuk."

Seorang anak laki-laki —tingginya hampir setinggi Aris, kurang lebih 170— berambut sedikit ke coklatan dengan wajah polos celingak celinguk menatap kelas. Anak perempuan menatap kagum melihatnya.

"Baryan Anggoro. Bary aja." Anak itu tersenyun dan sedikit menundukan kepalanya. Kemudian ekspresi wajahnya berubah seperti awal lagi dan terlihat ia akan memulai berbicara lagi.

"Cowok paling keren dari sekolah elit. Pindah karena terpaksa. Makasih."

Satu kelas hanya terdiam menatap anak baru itu, bahkan guru pun juga diam karena ucapannya. Namun sesaat setelah hening yang cukup panjang dan anak baru itu menatap guru yang ada di depan, guru tersebut mempersilahlan anak itu duduk.

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang