2

42.9K 1.5K 41
                                    

Sesampainya di rumah, Aris membersihkan darah kering di hidungnya tadi sebelum akhirnya menghempaskan badannya di atas kasur. Ia merasa bahwa hidungnya sedikit retak dan sangat sakit.

"Hah. Sakit banget. Ponsel gue dimana ya?" kata Aris sambil mengecek tasnya.

Dua pesan dari Alicia.

Alicia: "Hey, kamu dimana?"  [Received 15:08]

Alicia: "Aris, aku pulang duluan ya sama temenku. Kamu jangan pulang kemaleman."  [Received 15:48]

Aris hanya tertawa pelan melihat pesan singkat dari Alicia. "Emangnya gue anak kecil ya, Alicia?"

Aris mengganti bajunya dan langsung tertidur pulas di kasurnya.

*

Hari itu masih sangat pagi. Rumah Aris sangat berisik. Terdengar ayahnya berteriak entah apa yang diteriakinya.

Aris beranjak dari kasur dan membuka pintu lalu berteriak, "INI MASIH PAGI. DEMI TUHAN, KALIAN BERISIK BANGET." Kemudian Aris membanting pintunya.

*

Aris sungguh depresi mendengar ayahnya yang entah mengapa berteriak-teriak dan memutuskan untuk datang lebih awal ke sekolah.

'Astaga. Ini masih pagi banget, 'kan?' batin Aris ketika sesampainya di dalam kelas.

Waktu menunjukkan pukul 6.15 pagi. Kelas masih sepi. Hanya beberapa murid rajin yang sudah datang. Ketika hendak meletakkan kepalanya di atas meja, seseorang memanggil namanya.

"Aris!"

'Alice.' batin Aris.

Aris hanya tersenyum manis ke arah Alicia. 'Astaga, Alicia. Lo nggak bisa liat apa gue mau tidur?' batin Aris dengan senyum yang masih mengembang.

"Tumben banget. Nggak nyesel aku ke kelas kamu." kata Alicia dengan semangat.

"Ada apa?" tanya Aris singkat.

"Em..sebenernya..."

Aris masih terdiam menunggu kelanjutan perkataan Alicia. Lalu Alicia melanjutkan.

"Nanti pulang kamu sibuk nggak? Mau nemenin aku belanja?" tanya Alicia.

"Nggak tanpa baju ganti." kata Aris sambil menundukkan kepalanya yang masih mengantuk.

"ARISTIA NATASHA!!!"

Aris sontak langsung berdiri dan mencari sumber suara. Ternyata Bary yang memanggilnya. 'Brengsek. Pasti tuh orang juga pengen bilang tumben dateng pagi." batin Aris.

"APAAN NYET?" teriak Aris.

Bary hanya tertawa dan berkata, "Anjrit lo kenapa? Liat tuh muka lo kaget gitu." kata Bary yang melanjutkan tertawanya lalu terdiam seolah berpikir.

"LAH BENER JUGA NYET, KOK LO DATENG PAGI?" wajah Bary benar-benar kaget dan langsung mendatangi Aris.

"Capek gue ngeladenin lo, Bar." kata Aris langsung menundukkan kepalanya lagi.

"Alicia. Gua nggak janji. Gua ada latihan basket hari ini." kata Aris sambil mendesah pelan.

"Em, yaudah nggak apa kok. Jangan dipaksa." kata Alicia sedikit kecewa.

"Sama gua aja." celetuk Bary.

"NGGAK, BAR. NGGAK AKAN. LO PASTI BAKAL MACEM-MACEM SAMA ALICE." teriak Aris sambil berdiri.

Lalu hening. Bary melongo menatap Aris.

"LO KENAPA, RIS? KAYAK COWOKNYA AJA. EH, EMAKNYA." kata Bary sambil tertawa keras.

Aris mendengus dan menatap Alicia sekilas. Wajah Alicia sedikit memerah. 'Kenapa?' batin Aris.

"Udah bro, lo berisik. Masih ada setengah jam buat gue tidur. Alice, kamu balik ke kelas gih." lanjut Aris sambil mengusap kepala Alicia.

Alicia pun menghilang dari kelas. Baru saja akan tertidur pulas, Bary berbicara kepada Aris.

"Ris," kata Bary sambil mencolek-colek lengan Aris.

"Apaan lagi sih?" Aris menoleh ke arah Bary yang masih menidurkan kepalanya di atas meja.

"Alicia kayaknya naksir elu deh." kata Bary pelan.

"Hah? Dia cewek, gue cewek. Gue udah anggep dia adek. Lagian, mana mungkin oi." kata Aris dengan serius.

"Yaudah, terserah sih. Tapi kalo lo liat, tadi Alicia mukanya merah pas gue ledekin lu, dan pas lu nepok kepalanya. Yaudeh sono tidur." kata Bary lalu berjalan keluar.

Aris terdiam. 'Masa sih? Kita kan sama-sama cewek. Anjir nih Bary nggak bener. Ngaco aja si monyet.' batin Aris kemudian tidur terlelap.

*

Jam istirahat ternyata telah berbunyi. Bary tidak membangunkan Aris sama sekali yang sedari tadi tidur pulas. "Bary monyet. Kenapa nggak bangunin gue sih?" tanya Aris dengan ketus.

"Lo tidur pules bro. Lo nggak sadarkan pala lo gue elus-elus?" kata Bary dengan wajah datar.

".....hah? Ngarang lo." kata Aris tidak percaya.

"Serah. Tanya Chandra, noh. Dia duduk dibelakag kita," kata Bary lalu mengobrol dengan temannya yang lain.

Wajah Aris sedikit memanas. 'Apaan sih? Dia sobat gue, dia sobat gue.' batin Aris sambil menggelengkan kepala.

*

Bel pulang berbunyi. Aris berdiri keluar dari kelas namun langkahnya terhenti ketika melihat Renna di depan pintu.

"Oh. Renna? Ada apa?" tanya Aris kebingungan.

"Em... lo ada latihan basket?" tanya Renna dengan ragu.

"Ya, kenapa emangnya?" tanya Aris lagi.

Renna memberikan Aris sebuah kotak bekal. Aris memandang kotak bekal itu dengan bingung.

"Apaan nih? Buat siapa?" tanya Aris yang makin kebingungan.

"Itu but elo, Aris. Ucapan terima kasih dari gue buat yang kemarin." kata Renna.

"Serius? Haha, lo tau banget gue laper. Makasih banyak," kata Aris sambil menepuk kepala Renna.

Bary yang tak sengaja melihat itu langsung menyeletuk, "Buset, muka merah amat neng."

Aris langsug melirik ke wajah Renna yang menunduk. 'Merah..emang merah wajahnya. Kenapa?' batin Aris.

"Kenapa, Ren?" tanya Aris.

"Buset ini anak masih nanya kenapa. Parah lu sob. Peka oi peka," kata Bary sambil melambai ke tengah lapangan.

Aris melirik lagi wajah Renna. Memang benar, wajah Renna sangat merah terlihat jelas walau menunduk.

"Ehm, kalo gitu gue latihan dulu ya. Makasih." kata Aris sambil berlalu.

'Dia bener-bener merah muka nya. Kenapa? Duh, kok gue degdegan gini. Hah, kacau kepala gue. Apaan sih gue, kenapa?' batin Aris bingung.

*

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang