8

23.3K 1K 11
                                    

Hari sudah sore saat mereka berada di apartemen Bary. Mereka memutuskan untuk kabur dan berhasil.

"Tadi itu cowok lo?" kata Bary.

"Mantan gue." kata Renna.

"Kenapa dia masih ngejar lo kalo udah mantan?"

"Dia psycho."

"Dia yang psycho apa lo yang gatel?"

Reflek Aris memukul kepala Bary. Bary menoleh dan hanya bengong. Lalu Bary tertawa kencang.

"Hahaha anjir lo sob. Naksir Renna banget kayaknya nih." ceplos Bary.

"Bukan gitu, Bar. Maksud gue tuh.." kata Aris menoleh ke arah Renna.

Renna tertawa kecil dan wajahnya sedikit merah. Aris meletakkan tangannya di kepala Renna dan mengelusnya. Renna menoleh memasang wajah kaget dan tersenyum ke arah Aris.

Deg

Aris merasa jantungnya benar-benar akan lepas. Jantungnya berdegub sangat cepat. 'Apa bener...gue suka...ah masa sih? Nggak Ris, nggak.' batin Aris.

"Yaudah deh gue masakin makanan, gue ke dapur dulu. Ren, lo bisa masak nggak? Kalo bisa bantuin gue. Aris nggak becus kalo masak." kata Bary.

"Anjir lo monyet. Gue bisa.. Yah nggak jago sih.. Seenggaknya gue bisa masak nasi goreng!" kata Aris membela diri.

"Lain kali, masakin buat gue ya, Ris." kata Renna sambil tersenyum lalu berjalan ke dapur.

Ini sudah kesekian kalinya jantung Aris berdegub kenjang. Wajah Aris sudah memerah, lalu dia menutupi wajahnya.

"Lo napa, Ris?" kata Bary sambil tertawa.

*

Sudah seminggu semenjak kejadian itu berlalu dan di sinilah Aris dan Bary berdiri. Di ruang BK. Di ruangan Bu Intan. Entah mengapa wajah mereka tidak panik karena mereka tau bahwa pasti ada saja yang bakal ngasih tau, atau mungkin Bu Intan punya indra keenam!

"Jadi, apa kalian tau kenapa kalian di sini?" tanya Bu Intan.

"Jawab, Ris."

"Elu aja napa, Bar."

"Yaelah jawaban kita sama ini."

"Astaga kalian!" kata Bu Intan tiba-tiba meninggi.

Aris dan Bary berhenti bermain sikut-sikutan dan menahan tertawa. Lalu mereka kembali diam karena Bu Intan terlihat menatap dengan serius.

"Bary Daskian dan Aristia Natasha," kata Bu Intan sambil memegang berkas murid.

"Bary. Kamu ini, udah nggak ada prestasi akademik, berantem terus." kata Bu Intan menatap Bary. Lalu menoleh bergantian ke Aris.

"Aris. Nilai kamu bagus-bagus, kamu anak berprestasi di akademik maupun non akademik. Kamu juga kan perempuan, jangan lah berantem. Nggak bagus!" kata Bu Intan lalu mendesah pelan.

"Kalian pacaran, 'kan?" kata Bu Intan tiba-tiba yang membuat Aris dan Bary menatap Bu Intan kaget.

Sontak Aris dan Bary tertawa walau tidak kencang. "Astaga, Ibu. Gosip dari mana lagi? Saya udah bosen denger ginian, Bu, dari SMP." kata Bary lalu kembali tenang.

"Jadi kalian nggak pacaran? Banyak yang bilang kalian pacaran. Abis kalian kemana-mana bareng." kata Bu Intan.

"Kecuali kamar mandi, Bu." sahut Aris iseng.

"Ya itu Ibu juga tau, Ris! Kamu aneh-aneh aja. Terus, kalian mau dihukum apa? Aris tiap pagi udah di hukum Pak Dani gara-gara telat mulu." kata Bu Intan sambil membuka berkas-berkas hukuman.

"Nah, Ibu tau. Kalian jadi asisten Ibu di ruang BK untuk ngedata murid-murid. Seluruh murid." kata Bu Intan tersenyum.

Entah mengapa Aris merasa kata 'seluruh murid' adalah kalimat penekanan yang wajib dipatuhi. Aris dan Bary hanya bisa diam dan berwajah kecut mendengar hukuman yang diberikan oleh Bu Intan.

"Sampe kapan, Bu? Saya kan sibuk, biasa, artis." sahut Bary.

"Kayaknya kamu paling lama deh, Bar." kata Bu Intan meledek.

"Astaga, Ibu! Nggak bu, saya bercanda! Yah bu..." kata Bary merengek.

"Makanya nggak usah nanya-nanya sampe kapan. Udah sana kalian kembali ke kelas." kata Bu Intan sambil mengusir.

*

Bel istirahat hampir selesai dan Aris memutuskan untuk mengintip ke kelas XII IPS 1, kelas Renna. Aris celingak-celinguk namun Aris tidak melihat ada nya Renna di kelas. Saat hendak berbalik badan dan kembali ke kelas, Aris berpapasan dengan Renna.

"Hei," sapa Aris.

"Hei. Ada apa, Aris?" tanya Renna.

"Ren, gue ke kelas duluan ya! Nggak mau ganggu!" kata teman Renna yang sudah berjalan ke kelas.

"Heh! Apaan sih!" sahut Renna sambil tersenyum lalu menoleh ke Aris. "Ada apa?" tanya Renna.

"Em..nanti pulang sama siapa?" tanya Aris gugup.

"Sama temen, kenapa Ris?" tanya Renna.

"Em..k-kalo baliknya sama gue, gimana Ren?" kata Aris menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Aris melihat Renna yang terdiam namun masih menatap Aris. "K-kalo nggak mau nggak-"

"Oke," kata Renna tersenyum. "Di parkiran belakang, ya." Lalu berjalan ke kelasnya.

Aris tidak berpaling mengikuti arah Renna namun malah tersenyum lebar dan berteriak sambil berlari di koridor. Sesampainya di depan kelas, Aris berteriak, "BAR! ASIK DONG!" Lalu menghampiri Bary di bangkunya.

"Apaan sih monyet?" tanya Bary bingung.

Aris mengatur napasnya dan berkata, "Gue balik bareng Renna." Lalu dia berdeham dan melanjutkan, "Kayaknya gue mau nembak Renna deh."

"Lah, kan dia udah nembak lo duluan. Langsung terima lah." kata Bary meneloyor kepala Aris.

"Oh iya. Ah, tapi nggak seru. Gue juga harus bilang, Bar." kata Aris lalu tertawa.

*

Makasih masih dibaca sampe sini walau alurnya makin ngaco dan sempet ada kesalahan letak..
Btw, sepertinya saya akan melanjutjan untuk menghiatuskan cerita ini untuk sementara..berhubung saya belum tau bakal kayak apa endingnya, jadi saya nyari inspirasi dulu siapa tau dapet ending yang bagus :")
Kritik dan saran terbuka...jangan lupa vote vote vote nya ya, makasih!

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang