6

25.4K 1.1K 15
                                    

"Gue pacarnya."

Aris diam. Tidak berkata apapun. 'Buat apa Renna nyium gue kalo dia udah punya pacar?' batin Aris.

Tanpa ada ancang-ancang mereka menyerbu Aris. Aris yang belum memasang kuda-kuda itu terpukul oleh mereka yang membawa senjata hingga babak belur.

*

Aris jalan sempoyongan ke depan pintu apartemen Bary. Pintu tidak bisa terbuka menandakan Bary belum pulang. Aris duduk di bawah, depan pintu masuk. Aris hanya bisa meringis kesakitan. 'Kayaknya rahang gue patah deh. Brengsek!' batin Aris kesal.

Aris memejamkan mata berusaha untuk tidur menghilangkan rasa sakit. Aris mendengar langkah seseorang tapi tidak ingin membuka mata.

"Aris?"

Aris membuka mata dan menoleh. Itu Bary. Aris hanya bisa tersenyum kecil sambil meringis menahan sakit.

"Anjir, lo kenapa? Siapa yang buat lo babak belur, hah? Kenapa lo nggak nelpon gue sih?" kata Bary sambil mengangkat Aris perlahan untuk berdiri lalu membuka pintu.

"....yang kemaren." kata Aris pelan.

"Berapa banyak?" kata Bary sambil meletakkan Aris di sofa.

"Lebih banyak dari kemaren. Gue nggak sempet ngitungin. Mereka juga bawa senjata." kata Aris sambil merenggangkan seluruh badan.

"Bangsat! Tuh orang ngapain lagi sih? Nggak ada kerjaan apa?" kata Bary sambil membersihkan kotak obat yang diambil dari dapur.

"Akh. Pelan-pelan sob. Ck, dia bilang dia pacarnya Renna." ucap Aris.

"Hah? Nggak salah lo? Kok bisa-bisanya si Renna nyium lo kalo dia udah punya cowok? Brengsek juga tuh cewek." emosi Bary lalu berdiri dan berjalan ke dapur.

"Nggak bisa diem aja sob, harus ditanya. Besok gua samperin." lanjut Bary.

"Nggak usah, Bar. Lo jangan tambah nyari masalah." ucap Aris cepat.

"Siapa tau lo cuma di adu domba. Siapa yang tau?" tanya Bary ketus.

Aris tidak menjawab lagi. Perkataan Bary ada benarnya. Mungkin besok Aris harus bertanya kepada Renna supaya jelas.

*

"Nggak ada."

Dua kata itu yang terucap menjelaskan bahwa Renna tidak ada di kelasnya siang itu. Aris dan Bary sudah berkeliling sekolah, tetapi tidak menemukan Renna.

"Kan. Lo nggak percaya sih, Ris!" kata Bary kesal.

"Kita belom tau gimananya, Bar." kata Aris sambil duduk.

Sekarang mereka di kantin. Bary membeli kopi dan mengambil sebatang rokoknya.

"Mau sob?" kata Bary menawarkan.

Aris tidak biasanya merokok. Tapi kali itu dia mengambil sebatang rokok yang ditawarkan Bary. Tiba-tiba Alicia datang menghampiri.

"Aris!"

Teriakan Alicia membuat nyaris seisi kantin menoleh ke arahnya. Alicia mengambil paksa rokoknya dan membuangnya ke lantai. Reflek Aris berdiri.

"Lo ngapain sih, hah? Ngambil rokok gua seenak jidat lo. Lo siapa, hah?" kata Aris membentak Alicia.

Ya. Tepat sesuai perkiraan Aris. Alicia kaget dan menangis. Alicia masih seperti anak kecil. Sisi itu yang membuat Aris muak.

Alicia menahan nangis dan pergi meninggalkan Aris. Aris benar-benar tidak peduli dengan Alicia dan mengambil sebatang rokok lagi dari Bary.

*

Saat pulang sekolah tiba-tiba Aris menerima pesan dari nomor tidak dikenal.

From: 08XXXXXXXXX

"Kalo lo mau Renna balik, lo dateng ke alamat di bawah ini. Jangan bawa temen lo, dateng sendiri."

"Ris, jangan nekat lo!" kata Bary.

"Gue disuruh dateng sendiri, Bar." kata Aris

"Gue tau Ris, secara nggak langsung lo udah mulai suka sama Renna. Tapi gue nggak bisa ninggalin lo gitu aja, lo sobat gue." kata Bary.

"Hah? Nggak kok!" ucap Aris panik. "Em, yaudah Bar, atur aja. Asal jangan ketauan." kata Aris gugup.

*

Aris menarik gas dengan kecepatan 60km/jam ke alamat yang diberikan. Sesampainya Aris di tempat tujuan-tempat itu terlihat seperti gedung lama, gedung yang tak terpakai-Aris tidak melihat adanya siapapun. Bary yang di belakang bersembunyi juga nampak kebingungan saat Aris menoleh.

"Woi! Lo nggak bawa temen kan?"

Aris mencari sumber suara. Di atas. Bersama Renna. Wajah Renna tidak menandakan takut atau panik. 'Apa jangan-jangan...ah, nggak mungkin.' batin Aris.

"Lo bisa liat sendiri, nyet. Banyak bacot lo. Sini balikin Renna." teriak Aris.

"Balikin? Renna cewek gue. Lo ngapain deketin cewek gue? Pake nyium segala."

'Bangsat! Berarti bener gua dijebak.' batin Aris.

Aris melihat ke Renna. Seketika wajah Renna berubah panik, takut, waswas. 'Kenapa? Kenapa dia panik? Gue makin bingung.' batin Aris resah.

Terlihat Renna yang berusaha melepaskan pegangannya dari orang itu. Setelah berhasil lepas, terlihat mereka bertengkar.

"Gue suka sama Aris! Kenapa sih lo masih aja deketin gue, Bam?!" teriak Renna ke orang itu.

Degdeg

'Renna beneran suka sama gue? Tapi dia sadarkan, kita sama-sama cewek?' batin Aris.

Tapi Aris merasa ada yang aneh. Suatu tempat ditubuhnya merasa senang, tetapi takut. Aris meletakkan motornya dan berlari ke dalam gedung.

Saat Aris sampai diatas, tepat di depan mereka, Aris berkata, "Lepasin Renna. Jangan sampe gue main kasar."

"Lo berani? Gue nggak takut. Lo sendiri woi, sadar!" kata orang itu yang diketahui Aris namanya Bam. Mungkin Ibam..

"Nggak bos, dia sama gue."

Tiba-tiba terdengar suara dari belakang. Benar saja, Bary datang menyusul. "Mana bisa gue ngeliatan sobat gue yang kece ini bonyok kedua kalinya. Nggak ada sejarah bonyok dua kali sob." kata Bary menepuk pundak Aris.

Renna berlari ke arah Aris dan memeluk Aris. "Tenang. Gue bisa berantem kok." kata Renna sambil tersenyum.

Aris melepaskan pelukannya, lalu berkata, "Bisa?"

Renna hanya mengangguk. Lalu tiba-tiba si Bam itu menyuruh anak buahnya keluar dan menyerang mereka. Benar saja, Renna memang bisa berkelahi. Gerakannya lihai. Hampir semua pukulan ditepis. Tapi kuda-kudanya seperti bukan kuda-kuda biasa.

"Anjir. Hebat juga si Renna." kata Bary.

Aris hanya tersenyum. Aris merasakan sesuatu yang semakin aneh menjalar tubuhnya. 'Apa gue beneran suka sama Renna juga?' tanyanya dalam hati.

*

Pfft. Maaf aneh nan gajelas. Belum dapet inspirasi yang bagus :") Terimakasih banyak udah baca sampe sini.... vote jangan lupa! XD
Kalo ada saran dan kritik, leave a comment, but not bad comment~ :)

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang