3

33.3K 1.3K 92
                                    

Aris sedang memakan bekalnya ketika latihan basket istirahat selama 10 menit. Bary yang baru datang mengganggunya dengan meminta bekalnya.

"Bagi sob," kata Bary tiba-tiba datang.

"Ambil. Jangan banyak-banyak. Gue laper." kata Aris sambil memberikan bekalnya.

"Laper apa laper lu. Bilang aja naksir Renna." kata Bary sambil menyuap sesendok nasi.

"Otak lo jongkok, Bar? Gue udah bilang nggak suka cewek." kata Aris.

"Tapi lo nggak laku-laku." celetuk Bary.

Sontak Aris mengeplak kepala Bary. "Serah lo, Bar."

*

Sore itu hujan. Aris tidak membawa jas hujan. 'Anjir ujan, kalo gitu tadi bawa jas ujan. Gimana baliknya, waduh.' batin Aris sambil mengulurkan tangannya ke arah hujan yang membuat tangannya basah.

Tiba-tiba Renna lewat di sebrang koridor. Renna menoleh dan tidak sengaja mereka bertatapan. Aris tersenyum melihat Renna, dan Renna membalasnya.

Aris teringat bekal yang di bawakan oleh Renna. Seolah-olah Aris bergerak sendiri, Aris berlari menerpa derasnya hujan ke Renna di sebrang. Terlihat wajah Renna yang kaget ketika Aris sampai didepannya.

"Eh? Lo ngapain ujan-ujanan, Aris?" tanya Renna kaget.

Renna langsung menarik Aris yang kebasahan itu ke kelasnya dan mengeluarkan handuk dari dalam tas.

"Lo ngapain lari-lari lewatin tengah lapangan gitu? Nanti lo sakit," kata Renna sambil mengeringkan rambut Aris.

Aris hanya menunduk diam karena Renna sedang mengeringkan rambutnya. Ketika mata mereka bertemu, Renna langsung memalingkan wajah.

"Makasih, Renna." kata Aris sambil melanjutkan mengeringkan rambutnya. "Ah iya. Ini," Aris mengeluarkan kotak makan yang diberikan Renna tadi.

"Apa enak? Gue bisa buatin lagi besok kalo suka," kata Renna ragu-ragu.

"Enak banget. Tapi kayaknya nggak usah deh. Ah kalo lo mau buat lagi, buatin buat Bary aja. Dia suka tuh." kata Aris lalu mengelap wajahnya.

"Tapi gue suka elo."

Hening. Aris yang menunduk menutupi wajahnya dengan handuk itu, menurunkan handuknya dan menoleh ke arah Renna. Aris melihat wajah Renna yang memerah. 'Apa? Gimana maksudnya?' batin Aris.

"Maaf?" tanya Aris kebingungan.

"Gue suka sama lo," kata Renna sambil menatap Aris.

Tiba-tiba Renna berjalan mendekati badan Aris. Aris hanya bisa memundurkan punggung sedikit kebelakang karena di belakangnya ada sebuah meja.

"Em..Renna?" kata Aris ragu.

Jarak wajah mereka hanya beberapa jengkal. Renna sedikit berjinjit karena tinggi badan Aris 170, sedangkan Renna 162.

Aris mulai merasakan deru napas Renna semakin dekat. Belum sempat mengatakan apapun, bibir Renna sudah menempel di bibir Aris.

Degdeg.

Bibir hangat itu masih sekadar menempel di bibir Aris. Aris merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Aris langsung mendorong bahu Renna.

Aris sangat kaget melihat wajah Renna yang terlihat bersalah.

"Maaf," kata Renna semakin menunduk.

Aris tidak mengatakan apapun lalu berjalan keluar dari kelas.

'Dia ngapain? Maksudnya apaan, sih?' batin Aris.

*

Aris memutuskan menginap di rumah Bary, lalu duduk di depan Bary dengan wajah Bary yang penuh tanda tanya.

"Jadi, lo ngapain nginep disini?"

Aris masih terdiam, ia menarik dan mengembuskan napas perlahan. "Gue abis dicium," kata Aris dengan wajah yang kecewa.

"HAH? SERIUS LU SOB? MANTEP ADA YANG LAKU NIH SEKARANG." kata Bary antusias.

"....tapi sama cewek."

Ruangan itu hening seketika. Wajah Aris tidak mengekspresikan apapun. Bary yang awalnya diam akhirnya membuka mulut.

"Siapa?" tanya Bary.

Aris menghela nafas. "Renna."

"Hah? Renna? Renna yang itu? Yang cakep?" tanya Bary.

"Emang yang mana lagi, nyet?" kata Aris kesal. "Gue bingung, Bar. Dia bilang suka sama gue." lanjut Aris.

"Terus? Lo terima nggak?" tanya Bary.

"Lo gila? Lo mau gua dikeroyok laki satu sekolah? Lagian, gue juga nggak suka cewek. Gue masih normal." kata Aris.

"Untuk saat ini." celetuk Bary. "Kenapa lo ngga terima aja sih? Kasian kali." lanjut Bary.

"Kalo pun gue suka cewek, gua nggak kenal dia. Deket juga belom." kata Aris.

"Anjir lo bro. Lo nggak kenal Renna? Parah!" kata Bary.

"Lo kenal gue lebih lama, kenapa lo bingung?" Aris semakin kesal dengan Bary. Bukan jadi tempat curhat, malah menyalahkan Aris.

"Iya iya. Gue tau lo, mana suka sih lo main sama orang-orang famous. Walaupun lo sendiri famous. Yaudah lah. Sana gih, gelar matras gue."

*

Paginya mata panda Aris terlihat sangat bulat. Aris tidak bisa tidur semalaman. Di tempat loker, Aris melihat Renna yang sedang mengganti sepatunya.

Degdeg.

Aris sempat kaget dan sedikit mundur ke belakang. Renna menoleh ke arah Aris, tetapi Aris hanya melaluinya.

*

Jam ketiga adalah jam olahraga. Aris menguncir rambutnya dan bersiap untuk bermain sepak bola. Terlihat banyak anak perempuan di sekitar lapangan bola yang sedang berteriak memanggil nama Aris dan Bary.

Aris dan Bary yang disebut sebagai Duo Famous ini hanya tersenyum. Bedanya, Bary sambil melambai-lambai. Aris melihat Alicia yang sedang duduk di kursi bersama teman-temannya.

Yah, sebenarnya ini bukan pertandingan formal, hanya pertandingan antarkelas. Tapi mereka berdua dipaksa untuk ikut karena Aris dan Bary juga jago dalam sepak bola. Apalagi Aris.

Mata Aris menyusuri koridor dan menemukan sesosok perempuan yang tadi pagi dilewatinya begitu saja.

Renna.

Mata mereka bertemu. Tidak ada yang bergerak. Tidak ada yang berkedip. Wajah Renna masih terlihat bersalah atas apa yang terjadi kemarin. Aris menjadi bersalah karena langsung meninggalkan Renna begitu saja.

"WOI ARIS! AWAS!"

*

Jrengjreng~ makasih yang udah baca sampai chap ini walau ceritanya gajelas~~ :)
Btw, nanti bakal ada flasback nya Renna. Awal kenapa dia suka sama Aris. Wait for the next chap! Kalo ada kritik dan saran, leave the comment thanks! :D

My Charming GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang