Edisi revisi yaa, happy reading!
Aku menginjakan kaki di halaman sekolah baruku. Menurutku pemandangannya cukup indah dan menyejukan. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1 km dari rumah. Aku mengambil jurusan IPA, walaupun sebenarnya aku tak menyukainya. Kedua orang tuaku yang memaksanya.
Aku masuk kedalam kelas yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Yaitu kelas X-IPA3. Kelas itu terdapat di lantai bawah, pojok dekat gudang sekolah. Setelah aku masuk, aku mencari tempat duduk yang masih kosong. Ada satu tempat duduk yang mencuri perhatianku, letaknya di depan dekat jendela.
Aku pun duduk di bangku itu dan enggan berkenalan dengan siapapun. Hingga akhirnya, ada yang menyentuh pundakku dari belakang dan bertanya, "Nama kamu siapa?" itu adalah seorang laki-laki yang menurutku cukup tampan dan manis.
"Slova." jawabku singkat tanpa bertanya kembali pada laki-laki itu.
"Aku Zein," ujarnya tanpa aku tanya terlebih dahulu.
Aku membalasnya dengan seulas senyum saja.
"Kamu manis kalo senyum." katanya lagi.
"Makasih." kataku canggung.
"Sama-sama cantik." dia menyeringai lebar memperlihatkan giginya yang ternyata gingsul.
Oh, sungguh! Laki-laki ini sangat menyebalkan. Kami baru kenal, tapi sikapnya malah membuatku risih sendiri.
"Ngomong-ngomong, nama kamu bagus." ujarnya lagi yang langsung dilanjutkan tawa olehku. Zein bingung melihat sikapku. Karena aku bisa melihat dari raut wajahnya, seperti bertanya, "Ada apa? Kenapa tiba-tiba ketawa?"
Aku berhenti tertawa. "Nama aku biasa aja." ucapku singkat dan langsung membalikan tubuhku kearah depan seperti posisi awal dudukku.
"Kamu lucu deh," Zein berbisik kearah telingaku.
Aku merinding mendengarnya. Maksudnya apa sih? Aku benar-benar kesal dibuatnya.
"Serius Slova, kamu lucu.." katanya lagi membuatku makin kesal.
"Maksud kamu apa sih?"
"Nggak apa-apa kok." jawabnya ringan.
Sialan! Memangnya aku ini cewek apa? Seenaknya digitu-gituin!
Karena aku terlanjur kesal, aku langsung mengeluarkan buku dan menulis apapun yang ada di otakku.
Cowok menyebalkan itu kembali bertanya, "Kamu nulis apa?" aku tak menghiraukannya. "Slova, nulis apa?" tanyanya lagi.
Aku menghembuskan napas berat. "Apa aja lah, gimana kamu." jawabku tanpa menoleh kearahnya.
"Kamu suka buat cerita?" dia bertanya lagi. Pertanyaan yang tidak sealur dengan jawabanku tadi. Aku hanya menjawab dengan anggukan agar cepat.
"Kalo aku suka bacanya aja." dia memberitahuku tanpa aku tanya.
Aku menoleh kearahnya, "Oh ya?" kataku basa-basi, walaupun sebenarnya aku malas meladeni dia. Cowok aneh memang.
"Iya!" katanya semangat. "Aku suka baca cerita tentang memecahkan misteri! Itu rame banget, Slova!" kali ini dia sedikit berteriak, karena saking semangatnya.
Aku tersenyum basa-basi, "Bagus."
"Kamu suka baca cerita juga?" tanyanya lagi. Tapi, belum sempat aku menjawabnya, bel tanda upacara pembukaan tahun pelajaran baru telah berbunyi. Aku segera merapikan buku milikku dan beranjak pergi menuju lapang upacara.
"Bareng aku ya Slova." Zein menggenggam tanganku tiba-tiba.
Aku bingung, tapi aku langsung mengangguk dan tersenyum saja kearahnya.
Kami berdua pergi ke lapang upacara dengan tangan yang masih berpegangan.
~~~~~
Aku pulang sendiri dengan naik angkutan umum. Sebelumnya, Zein menawarkan agar aku pulang bersamanya. Tapi aku menolaknya. Berkali-kali ia memohon, tetap saja aku tidak mau. Hingga akhirnya dia pun menyerah. Aku menolak ajakan Zein karena aku masih harus tetap berhati-hati terhadapnya. Aku baru kenal Zein beberapa jam saja. Aku tak ingin hal buruk terjadi.
Hari ini aku cukup lelah. Kuhempaskan tubuhku keatas kasur sambil menatap langit-langit kamarku. Kupejamkan mataku sebentar. Sekelebat bayangan Zein melintas di pikiranku. Ucapannya, wajahnya yang tampan dan manis, sikapnya yang baik, aneh dan perhatiannya membuatku senyum-senyum sendiri. Aku tahu, dia sangat menyebalkan! Tapi, setelah aku banyak mengobrol dengannya, dia bisa membuatku nyaman. Lima menit.. Sepuluh menit.. Lima belas menit.. Hingga akhirnya aku tak sadar telah menyebut namanya, Zein Adelio. Setelah itu, aku tertidur dan masuk alam mimpi.
~~~~~