Mentari pagi yang cerah telah menampakan sinarnya. Aku terbangun dari tidurku karena silau sinarnya mengenai wajahku.
"Hoaaamm.." aku menguap sambil sedikit menggeliat. Aku mengingat lagi kejadian semalam. Ternyata, aku belum ganti baju dari kemarin. Aku masih mengenakan baju seragam.
Tapi aku tak peduli. Kuraih handukku dan langsung mandi untuk bersiap pergi ke sekolah lagi. Hari ini aku lumayan semangat sekolah, karena aku bisa melihat kak Ferdy yang tampan dan si idiot Zein disana.
Untung saja hari ini MOS telah berakhir. Dan untungnya lagi, sekolah disini itu hanya mengadakan MOS satu hari saja. Tidak seperti sekolah lain yang biasanya tiga hari. Aku merasa lega karena tak akan ada kak Dio, kak Ferdy, kak Nando atau kakak OSIS lainnya yang memarahiku lagi.
Aku turun dari angkutan umum. Pagi ini aku tidak diantar oleh mama. Aku jalan sendiri menuju koridor sekolah dan menuju kelas yang ada dipojok dekat gudang itu. Di kelas belum ada siapa-siapa. Sepertinya aku datang terlalu pagi. Saat aku melihat arloji di tangan kananku, ternyata baru pukul enam tepat. Pantas saja, sekolah biasanya ramai pukul setengah tujuh.
Akhirnya aku duduk saja dibangku dan mulai mengeluarkan buku yang selalu aku bawa kemana-mana. Kutuliskan semua yang ada dalam pikiranku ke atas kertas yang masih kosong itu.
"Hai Slova.." suara itu mengangetkanku. Aku mendongak dan mendapati Zein sedang melihatku menulis. Dengan segera kututup bukuku dan menyembunyikannya dari pandangan Zein.
Aku menatapnya heran. "Sejak kapan kamu disini?"
"Baru aja." dia tersenyum.
"Oohh.." aku mengangguk-angguk. "Nggak baca tulisan aku kan?"
"Baca." jawabnya santai.
Aku kaget, "Bohong!"
Dia terkekeh. "Iya beneran."
"Apa isinya?"
"Nggak tau, hehe.."
"Dodol!" kataku kesal.
Zein pun duduk di bangkunya. Lima belas menit kemudian kelas sudah lumayan ramai. Dan saat mataku menyapu seluruh ruangan kelas, bola mataku menangkap ke arah jendela kelas yang sedang dikerumuni anak-anak cewek. Aku penasaran. Lalu mendatangi mereka.
"Lola, ada apa?" aku bertanya pada salah satu temanku yang baru saja aku kenal dua hari yang lalu.
"Tuh, lagi liatin geng hyena.." dagunya menunjuk kearah luar.
Keningku berkerut heran. Lalu aku berjinjit-jinjit ingin tahu apa yang mereka lihat. "Geng hyena? Siapa mereka?"
"Slova nggak tahu?" tanya Lola dengan nada sedikit tak percaya.
Aku menggeleng.
"Itu tuh, kak Dio cs.."
"Kak Dio, kak Nando, sama kak Ferdy?!" aku sedikit berteriak –kaget.
"Iya."
"Kenapa dibilang geng hyena?"
"Soalnya mereka bertiga buas kayak hyena."
Oh, aku tahu maksud dari yang dikatakan Lola. Kak Dio, kak Nando, dan kak Ferdy itu memang kakak kelas yang jahat, tukang bully, dan nggak punya perasaan. Ya, semacam hyena gitu deh. Buas.
Karena aku masih penasaran, akhirnya aku selip-selipan diantara anak cewek yang lainnya. Aku tau mereka pasti kesal. Tapi aku tak peduli. Aku ingin melihat kak Ferdy. Aku pun dapat melihat jelas ketiga geng hyena itu. Daaan, oh my God! Kak Ferdy tampan sekali!