Chapter 22

48 6 7
                                    

Kak Ferdy terlihat begitu lesu. Ini pasti karena kejadian menyakitkan kemarin. Bahkan, aku sama sekali tidak melihat kak Dio dan kak Fira hari ini.

"Kak Fira sama kak Dio nggak ada kak?" tanyaku pada kak Ferdy saat kami berada ditaman sekolah.

Kak Ferdy mengangkat bahunya dengan enggan. "Peduli amat si."

Aku mengangguk mengerti, seharusnya aku tidak membicarakan lagi orang yang telah menyakiti kak Ferdy. Lalu, mau bagaimanapun aku harus kembali membuat kak Ferdy seperti dulu. Aku tidak mau melihatnya terus terpuruk seperti ini.

Ada satu pikiran yang terlintas dalam benakku. Ya, aku harus mengajak kak Ferdy jalan-jalan ke zona bermain. Seperti yang kak Ferdy lakukan padaku waktu itu.

"Kak, ayo ikut Slova." aku menarik tangan kak Ferdy dengan semangat, ia hanya megikutiku dengan pasrah. Dan aku harap kak Ferdy suka dengan ini.

Untungnya, ada salah satu mall yang dekat dengan sekolahku. Jadi aku hanya perlu menarik tangan kak Ferdy selama perjalanan, tanpa perlu naik kendaraan.

"Kak, ayo kita main ini.." aku membawa kak Ferdy ke salah satu mesim pump— mainan favoritnya. "Meskipun aku nggak bisa mainnya, aku bakal nantangin kak Ferdy. Berani nggak?" ajakku penuh antusias dan semangat. Tapi tetap saja raut wajah kak Ferdy kusut dan menyedihkan.

"Ayo kak.. Mau ya?" ajakku pantang menyerah. Pokoknya, aku harus membuat kak Ferdy ceria lagi. "Jadi gini, aku tantang, kalo aku dapet nilai lebih basar daripada kak Ferdy.. kakak harus—"

"Gue harus gendong lo, dan kalo nilai gue lebih besar, lo harus ikutin apa yang gue mau." potong kak Ferdy tiba-tiba. Ia tersenyum kembali, dan ini adalah senyuman jail yang membuatku gemas.

"Eh, kenapa gitu kak? Enak di kak Ferdy dong.."

"Lagian kalo peraturannya sama, gue yakin lo bakal tetep kalah." kak Ferdy meleletkan lidahnya pertanda mengejekku. Baiklah, ucapannya memang benar hihi. Lagipula aku hanya ingin kak Ferdy kembali tersenyum.

Kak Ferdy dan aku langsung naik keatas pad pump. "Oke, gue level 18, elo level 3 aja. Gimana?" tanya kak Ferdy, tapi matanya terfokus pada layar pump sambil memilih lagu.

"Oke." jawabku tidak masalah. Ini pasti akan mudah.

Dengan lihainya kak Ferdy menari diatas mesin pump. Sedangkan aku, antara menginjak dengan tidak. Meskipun kata kak Ferdy level tiga itu mudah, tapi bagiku tidak. Yang ada aku terus-terusan mengeluh pada kak Ferdy saat bermain. Lagu belum berakhir, aku sudah menyerah duluan dan duduk dikursi dekat mesin pump.

"Elo kok payah sih?" cibir kak Ferdy yang masih lihai bermain.

Aku nyengir kuda. "Susah kak, capek lagi."

Kak Ferdy ikut beringsut dari atas mesin pump, padahal lagu belum usai.

"Eh, kakak kok udahan juga?" tanyaku heran, kak Ferdy duduk disampingku.

"Percuma Slov, ini mah gue yang menang." ujarnya dengan nada mengejek. Baiklah, aku memang sudah pasti kalah. Intinya aku senang melihat kak Ferdy tersenyum lagi.

"Itu berarti, lo harus ikutin apa yang gue mau."

"Oke deh, apaan?" tanyaku langsung tanpa berbasa-basi lagi. Ini memang perjanjian kami dari awal.

Kak Ferdy tampak berpikir. "Yaa, apapun itu." ia mengangkat bahu.

"Berapa lama?"

Kak Ferdy mengulum senyum. "Selamanya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang