Chapter 10

38 7 0
                                    


Paginya, ayah memintaku untuk memakai masker dan jaket. Benar, aku masih sakit sekarang. Bahkan lebih parah daripada kemarin. Semoga saja orang tidak curiga padaku dengan pakaian seperti ini. Diluar, ayah sudah menunggu dengan mobil jeepnya yang ia sayangi. Sungguh, aku merasa senang bisa berlibur bersama kak Ferdy saat ini. Dan tadi malam aku sudah janji pada kak Ferdy untuk bertemu di bandara.

"Ayah, nggak kedinginan? Cuma pake baju sehelai doang?"

"Haha, anehan juga kamu! Kayak pencuri!"

"Orang ayah yang minta sendiri.."

"Oh iya, maaf."

"Ayo aah, cepeett!"

Ayah pun menyalakan mobilnya, tak lupa membawa tas bawaanku di bagasi. Dalam perjalan menuju bandara, aku tidak sabar ingin bertemu kak Ferdy. Membayangkannya saja aku sudah bahagia, apalagi nanti, akan menjadi kenyataan.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam, aku dan ayah telah sampai di bandara. Aku turun dari mobil, begitupula ayah yang langsung mengeluarkan tas bawaanku dari bagasi.

"Eh, temen kamu itu mana?" tanya ayah kemudian.

Oh, iya.. Kak Ferdy. "Bukan temen yah, kakak kelas.."

"Sama aja."

Aku langsung menyapu pandanganku ke seluruh bandara ini. Berharap bisa melihat kak Ferdy. Dan.. Benar saja, dengan cepat mataku bisa menangkap sosok kak Ferdy yang sedang membeli kopi.

"Itu yah!" aku menunjuk kak Ferdy.

Ayah memicingkan matanya, tampak menilik sosok kak Ferdy. "Panggil dulu sini.."

Mataku membulat, sangat kaget. Mau apa ayah sampai harus memanggil kak Ferdy segala? "Nggak usah yah.. Ngapain sih?" aku berdecak sebal.

"Kamu ini anak cewek, siapa tau kakak kelas kamu itu nggak bisa jagain kamu."

"Kak Ferdy baik kok yah!" belaku agar ayah tidak menyuruhku lagi untuk memanggilnya.

"Nurut sama ayah, cepet panggil!" paksa ayah, membuatku menyerah dan akhirnya pergi menghampiri kak Ferdy.

"Kak.." kutarik tangan kak Ferdy tiba-tiba.

"Eh?" kak Ferdy menatap tangannya yang ditarik olehku dengan linglung. "Siapa ya?"

Aku baru ingat, bahwa aku memakai masker. Pantas saja kak Ferdy kebingungan. Segera, aku menurunkan maskerku. "Ini Slova kak."

Kukira kak Ferdy akan memasang tampang dinginnya, tapi nyatanya tidak. Ia malah tertawa konyol. "Ngapain pake masker dan jaket setebel itu?" oh, sungguh! Ini pertama kalinya aku melihat kak Ferdy tertawa lepas dihadapanku. Benar-benar manis dan lucu.

"Gara-gara kemaren." kataku.

"Oh, ulah Nando sama Dio?"

Aku mengangguk. "Oh iya, ayah pengen ketemu kak Ferdy katanya." aku menarik tangan kak Ferdy menuju tempat ayah berdiri. Ayah sedang mengamatiku dari sana.

"Mau apa sih? Emangnya gue mau lamar lo, gitu? Gue bukan siapa-siapa lo!" mulailah Kak Ferdy seperti biasanya. Kali ini ia menepis tanganku kasar.

Aku langsung terperanjat –takut. Tapi disana, ayah masih menantiku. "Ayo kak, ayah cuma pengen tau kakak aja.. Nggak akan di apa-apain kok.." kataku memelas.

"Iya, tapi gue bukan siapa-siapa lo!" lagi-lagi kak Ferdy mengulang kalimat itu. Iya, aku tahu itu. Menyebalkan!

"Kali ini aja kak.."

Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang