Know Me

160 9 0
                                    

Tapi tidak kali ini, panji yang merasa begitu sempurna akan dijodohkan dengan seorang gadis biasa-biasa saja, padahal gadis ini seorang cucu pengusaha wanita yang terbilang sangat kaya, Nenek Saras merupakan salah satu rekan bisnis papanya yang memang ia kenal, namun yang Panji dengar, cucunya (yang tidak pernah Panji tau) hampir tidak mengakui, bahkan membenci neneknya sendiri... entah apa masalah mereka

Pagi begitu cerah diterangi sinar mentari yang tak pelit membagi cahayanya, dan Seperti biasa, rutinitas pagi dirumah Arya Sasongko adalah sarapan bersama, Panji turun dari kamarnya menuju meja makan dengan wajah segar sehabis mandi, ketampanannya tak berkurang walau ia terlihat menekuk wajahnya kesal, Arya sasongko hanya menatap anak sulungnya tenang, ia pasti akan protes mengenai sesuatu, untung saja istrinya sudah pergi sejak pagi entah kemana, dan kedua Adik laki - laki Panji sudah pergi kesekolah mereka
masing - masing

"Pa.. jelaskan kenapa tiba - tiba aku akan dijodohkan!!" Panji menyapa Arya Sasongko tanpa basa - basi sambil menarik kursi dan duduk menghempaskan tubuhnya dengan kesal, sementara Arya Sasongko menyesap kopinya pelan sambil menikmatinya dalam - dalam dan membuat Panji semakin jengkel

"PA!!..." Panji bertambah jengkel karena merasa diacuhkan, bukannya menjawab laki - laki paruh baya dihadapannya malah masyik asyik berkutat dengan kopinya, terlihat sedang meresapi nikmatnya mirip adegan model iklan kopi ditelevisi yang sering muncul

"PA!!..."

"Mmmh..." Ish... Sudah tau Panji jengkel jawabannya cuma mmmh saja

"Ini bukan lagi ZAMAN SITI NURBAYA PA!"

Papanya kini malah terkekeh geli, Panji meringis, menatap senior dihadapannya yang sudah terlihat aneh

"Panji" akhirnya, Papanya sudah mulai normal kembali

"Selama ini.. Papa sudah cukup mendengar predikatmu sebagai lelaki hidung bolang"

Apa sih papanya ini, lagipula kata yang diucapkannya juga salah artikulasi mana ada hidung bolang, harusnyakan hidung belang... dan berbicara mengenai hidung belang, selain hidung mancungnya memang tidak belang, Panji lebih suka jika papanya menyebut ia Playboy, don juan, atau mungkin cassanova, ia memang menyukai wanita, terlebih wanita - wanita cantik, tapi ia tidak pernah menjanjikan komitmen dan memberikan harapan palsu pada mereka, bersenang - senang juga harus dari kedua belah pihakkan?

"Papa ini apa sih, aku bukan hidung belang!!"

"Siapa yang bilang hidung belang, papakan bilang hidung bolang, artinya kamu itu hanya bermain - main dengan wanita seperti bocah petualang"

Cukup sudah,  yang ingin dibahasnya adalah mengenai perjodohannya dengan cucu Nenek saras itu, bukan berdebat dengan papanya membahas hidung, belang dan bolang, apa sih papanya ini...

"Panji, kapan kamu akan menikah, usia kamu itu sudah menginjak 30 tahun, apa kamu mau hidup seperti ini selamanya, terus bermain-main tanpa tujuan" guratan halus diwajah papanya mulai terlihat,  menandakan usianya yang semakin beranjak, dan sepertinya laki-laki paruh baya ini sudah mulai terlihat lelah menghadapi kelakuan putra sulungnya, kali ini ditatapnya Panji dengan serius

"Jika kamu terus seperti ini, bagaimana papa bisa mengandalkan kamu untuk menggantikan papa menjadi penerus papa, dan bertanggung jawab untuk keluarga kita, menjaga mama kamu, dan kedua adik kamu" Panji masih terdiam, meraih roti tawar yang sudah tersaji dipiring, dan mengoleskan selai nanasnya malas-malasan

"Papa, apapun yang aku lakukan, semuanya masih dalam batasan yang normal, papa jangan mengkhawatirkan apapun" Arya Sasongko hanya menghela nafas panjang sambil meraih cangkir kopinya, lagi

"Hanya saja, aku masih nyaman dengan status lajangku saat ini"

"Panji, Papa tidak pernah melarang apapun yang ingin kamu lakukan selama kamu bertanggung jawab, papa hanya ingin yang terbaik untuk kehidupanmu kelak"

"Dan mengenai perjodohan ini, memang, ini bukan lagi zaman Siti Nurbaya, tapi memang ada ya zaman Siti Nurbaya, bukannya itu cuma karya sastra roman karangan Mara Rusli, lagipula kamukan tidak berada diposisi Si Siti, kamu juga bukan Samsul Bahri, dan tidak cukup terlalu tua untuk jadi Datuk Maringgi, jadi rasanya tidak pas  jika perjodohan ini dikait-kaitkan dengan zaman Siti Nurbaya"

Aish... mulai lagi, papanya berceloteh tidak penting perihal Siti Nurbaya, Samsul Bahri, dan Datuk Maringgi, Panji benar-benar menyesal menyamakan masalah perjodohannya yang klise seperti zaman Siti Nurbaya, bisa-bisa isi ceritanya akan Ia bahas juga, ini harus dihentikan

"Pa.."

"Baiklah kita kembali ketopik utama" Arya Sasongko mulai menyadari putra sulungnya yang terlihat jengkel

"Papa menjodohkan kamu dengan Keira, karena nenek saras adalah salah satu rekan bisnis sekaligus sahabat papa yang paling cukup dekat dengan keluarga kita"

Keira... jadi itu nama perempuan yang akan dijodohkan dengannya

"Kamu pasti pernah mendengar, Nenek Saras tidak dekat dengan cucunya sendiri, bahkan cucunya hampir tidak mengakui keberadaanya, papa hanya merasa kasihan, dimasa tuanya seperti ini, dia hidup sendirian, bahkan ditolak oleh cucunya sendiri, entah apa kesalahan yang pernah dia lakukan dimasa lalunya"

"Tapi dia tetap inginkan yang terbaik untuk cucu satu-satunya tersebut, dan sangat berharap bisa menjalin hubungan silaturahmi dan menjadi keluarga dengan menjodohkan Keira bersama kamu"

"Jadi selama perkenalanmu dengan Keira, nenek saras mempercayakan Keira padamu"

Apa Panji tidak salah dengar, mempercayakan perempuan itu dengan dirinya seperti menyuruh seekor kucing menjaga ikan didalam aquarium terbuka, kau tidak tau kapan kucing itu akan menerkam ikannya

"Hei... Papa tau apa yang ada didalam pikiran kotormu, Keira berbeda dari wanita-wanita yang kau kenal"

Panji hanya tersenyum meringis

"Papa hanya ingin membantu Nenek Saras, jika bukan karenanya, keluarga kita, dan bahkan kamu, mungkin tidak bisa hidup seperti sekarang ini"

Panji menyandarkan lemas tubuhnya kekursi, rotinya tidak disentuh lagi, dia tau Nenek Saras adalah orang yang pernah membantu papanya ketika bisnisnya hampir bangkrut dan jatuh, bahkan seorang Arya Sasongko yang hebat dimatanyapun, pernah mengalami masa sulit, tapi Nenek Saras membantu papanya tanpa syarat atau embel-embel apapun, papanya pasti merasa berhutang budi pada nenek Saras, lalu... kenapa cucunya tidak mau mengakuinya keberadaannya, sebagai satu-satunya cucu dan pewaris kekayaan neneknya, apa perempuan itu tidak berpikir panjang, Huh.. membuat dirinya penasaran saja

"Panji, kami tidak memaksa agar kalian harus menikah, kami hanya berharap yang terbaik untuk kalian berdua, jika memang kalian merasa cocok satu sama lain, kalian bisa meneruskan hingga kejenjang pernikahan, jika tidak bisa, tidak apa-apa, jadi semua terserah kalian" jelas Arya Sasongko, lalu beranjak bangkit dari duduknya dan meninggalkan Panji yang masih termenung dimeja makannya

"hmmm....baiklah" Sambil berpikir, panji berujar pada papanya

"Papa bilang ini terserah kamikan, kita lihat, apa dia bisa sesuai dengan selera panji putra sasongko" ucap panji sambil menyeringai licik.....

See U on Next Chapt...

-L-

MY LOVE OBSESSION(PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang