Part 1.

3.6K 175 7
                                    

"Hei hei.. Cheers!" 

Jam 06.30. Time to breakfast. Bunda menyuruh kami untuk jadi banci kamera sebelum kami berangkat ke sekolah. Kami ; gue, Aleka dan Alexa. Pasti buat di posting di blog atau di twitter atau di facebook atau di ketiga-tiganya. Gak tau lagi deh kalo bunda punya akun Socmed yang lain.

"Duh, Ecis.. Smile dong!" pinta bunda ke gue.

"Alex, Bun.. Alex.." sahut gue.

Ecis, panggilan sayang bunda waktu gue kecil. Gue, Alexis Zahraan Marceau.

"Unyuan Ecis, bang.. Hihihi" timpal Alexa.

Alexandra Mazaya Marceau. Anak bungsu. Banci kamera, centil, cerewet, iseng, tapi ngangenin. Mirip sama bunda.

"Ayo, Bunda foto la.."

"Eh, eh, Ayah ikut dong!" potong ayah yang tiba-tiba datang dengan baju kantornya.

Ayah gue, Zahfran Georgie Marceau. Blasteran Perancis-Indonesia. Kakek gue orang Perancis dan kami, cucunya, mendapatkan marganya.

"Oke, satu..dua.. Cheers!" teriak bunda.

Memang beginilah keluarga gue tiap pagi. Kalo gue bilang tiap pagi, berarti tiap hari, kecuali hari minggu. Dan tiap pagi itu gue harus pura-pura pasang senyum biar bunda gak terus-terusan maksa gue buat senyum. Kalo gue gak senyum, hasil fotonya gak bagus. Kalo hasil fotonya gak bagus, bunda bakal terus-terusan ngefoto dan itu bakal bikin gue frustasi.

Gue gak suka di foto. Itu berarti gue gak suka senyum.

--------------------------------

"Saya sebagai kepala sekolah SMA Bakti Nusantara sangat bangga kepada salah satu murid bernama Aleka Zahraan Marceau yang mendapatkan medali emas dalam olimpiade matematika se...blablabla" itu kata Kepsek yang gue denger pas upacara tadi.

Iya, Leka, sodara kembar gue, habis dapet medali emas olimpiade matematika. Entah ini sudah keberapa kalinya. Gue gak ngurus. Gak peduli juga.

"Eh, Lex. Makanan kesukaan Leka apa sih?" tanya cewek berbehel yang nyamperin gue pas gue lagi asik-asiknya makan mie ayam di kantin.

Cewek centil, berisik, suka heboh sendiri, doyan shoping, fashionista and blablabla. Model-model cewek narsis dan kepo gitu deh. Dan bukan cuma satu tapi tiga! Ya, mereka semacam geng gitu. Gue lupa namanya siapa aja. Pokoknya, jangan macem-macem sama mereka kalo lo gak mau di bully sampe lo pengen pindah dari sekolah ini.

Actually, mereka kakak kelas gue. Gue tahu mereka dari majalah sekolah yang di bagiin sebulan lalu dan dari mulut-mulut gosipers di kelas gue. Katanya, mereka selalu ada di tiap terbitan majalah sekolah. Mereka semacam pengurusnya gitu deh. Masuk ke dalam murid- murid yang berpengaruh di sekolah.

"Trus, kalo ukuran sepatunya berapa? Sama kaya lo gak?" tanya si cewek berambut curly.

"Wait, wait! Dia gak punya cewek kan?" tanya si cewek berambut pendek dan berponi.

"Kalian siapa?" tanya gue pura-pura gak tahu.

"What? Elo gak tau kita?" tanya si cewek berambut pendek dan berponi dengan muka kaya abis keselek biji rambutan. Sekilo.

"Enggak" sahut gue dengan tampang wajah innocent.

Si cewek berbehel menatap tajam gue."Fortunately, lo kembarannya Leka. Cowok yang lagi naik daun di sekolah kita dan lo anak kelas 10 dan.."

"And your face not bad lah.." potong si cewek berambut curly.

Sekarang giliran si cewek berambut curly yang mendapat tatapan tajam dari kedua temannya.

RAIN and YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang