Part 10.

1.8K 110 0
                                    

Bulan depan ujian semester. Rencana gue buat bales si Andara ditunda. Maybe, tertunda tepatnya.

Dan gue tetep deket sama Lala, seperti biasanya. Gak ada tanda-tanda bakalan lebih deket lagi.

Sedih gue.

But, it is doesn't matter lah. Kenal dan deket sama Lala aja gue udah bersyukur. Seneng banget sampe-sampe sekarang ini, minggu pagi ini, gue nonton film yang pemeran utamanya Lala. Udah lima kali nonton sih, tapi gue... Yah, gitu deh.

Gue masih santai di depan laptop sambil ngunyah kripik pedes yang level 5. Filmnya udah sampe klimaks, bentar lagi Lala muncul nih.

"Ah elah, film ini lagi ini lagi. Ajakin jalan kek, bang. Hari minggu juga nih. Masa bisanya cuma nontonin kak Lala di film doang. Ah payah lu. Payah!" ujar Alexa yang tau-tau udah ada di deket gue.

Gue tetep konsen nonton film tanpa menoleh ke Alexa, "Bacot lu,"

Alexa menghembuskan nafas kesal, "Abang gue payah, payah, payah!"

Gue diem. Pura-pura gak peduli sama omongan Alexa. Sebenarnya dalam hati ini sih nyelekit.

Apalah daya jika diri ini belum mampu memberanikan diri untuk mengajaknya berkencan. Pengecut. Iya. Memang.

Bacot, Lex! Maap!

"Uh, gue dicuekin!" bentak Alexa lalu keluar dari kamar gue.

Ah, gue lupa kalo ada Alexa.

Gue tetep bergeming. Mau nyahutin Alexa, ntar dia kepo. Mau curcol, ntar dia kepo juga. Ah, udahlah. Belum waktunya kali.

"Bang Andra..!" teriak Alexa. Gila. Suaranya toa banget.

Gue langsung berlari keluar kamar dan nengok ke bawah. Andra! That's Aliyandra! Oh hoho.

So? Gue balik lagi ke kamar. Ngelanjutin nonton film.

Pengen sih nemuin Andra, tapi bunda, ayah, Aleka sama Alexa pasti lagi cerewet-cerewetnya ngepoin Andra. Ntar aja deh.

--------------------------------

00.30

Gue kebangun. Biasanya kalo gue kebangun tengah malem gini, bakalan susah buat tidur lagi. Mana besok hari senin.

What the...

00.45

Gue ngulet di kasur.

00.50

Gue laper.

Oke, gue memutuskan untuk ke dapur. Setidaknya makan roti bisa nyumpel mulut cacing-cacing yang ada di perut gue.

"Laper?" tanya seseorang dari belakang gue.

Suaranya berat dan serak. Gue menghentikan aktifitas ngunyah gue.

Jujur gue deg-degan.

"Mau abang masakin gak?" tanyanya lagi.

Fyuh.. Andra. That is Andra.

"Masak apa?" tanya gue balik ketika Andra udah ada di depan gue.

Andra membuka kulkas dan mengerutkan keningnya, "Omelet?"

Sekarang gue yang mengerutkan kening, "Lo bisa?"

Andra mengangkat salah satu sudut bibirnya. Dia langsung mengambil telor, kornet dan mie instan dan memasaknya.

Gue cuma melongo ngeliatin Andra yang ngaduk-ngaduk telor.

"Lo sering bangun jam segini?" tanya Andra.

"Kadang," sahut gue.

Andra mengidupkan kompor, "Oh,"

"Lo kebangun?" tanya gue. Sekedar basa-basi aja sih.

"Habis nelpon cewek gue," jawab Andra.

"Jam segini?" tanya gue lagi.

Andra menoleh, "Cewek gue di London, Lex,"

"Cewek lo bule? Asli sana? Cakep kagak?" tanya gue untuk kesekian kalinya.

Oke, katakan gue kepo. Ya, gue memang kepo.

Andra tersenyum kecil, "Cewek gue blasteran. Bokapnya jerman, nyokapnya jepang. Bisa bayangin sendiri kan?"

Gue melotot, "Anjir. Cakep pasti,"

Andra tersenyum bangga. Gue liat-liat sih, Andra cakep. Ya, ayah kan masih ada keturunan bule dari grandpa. Cakep. Meskipun tetep cakepan gue.

Hahaha.

Najis lo, Lex!

Oke, maap!

"This is it!" kata Andra sambil nunjukin omeletnya ke gue.

Gue menelan ludah.

"Cewek lo gimana?" tanya Andra sambil memberikan piring ke gue.

Gue diam sebentar, "Gue jomblo,"

"Kata Alexa lo lagi deket sama artis. Kece juga lo," sahut Andra.

Gue tersentak, tapi cepat-cepat bersikap normal lagi. "Ah, enggak,"

Andra mendekatkan wajahnya ke gue, mencoba membaca mimik wajah gue.

Duh, kampret.

Gue mencoba tetap tenang, "What?"

"Kalo kelamaan, yang ada ntar lo kejebak friendzone," ujar Andra.

Deg!

Bener juga ya. Eh.

"Gue gak berani," kata gue.

Andra mengerutkan keningnya.

"Dia terlalu sempurna buat gue," kata gue lagi.

--------------------------------

"Oke, habis ujian semester kita langsung latian rutin. Tiap hari. Karna pertandingan yang kita hadapi gak main-main. Kalian mengerti?" ujar Pak Lucky.

"Mengerti, pak..." jawab gue dan anak ekskul bola lain.

"Alexis," panggil pak Lucky.

"Ya, pak?" sahut gue.

"Kamu yakin mau ikut?" tanya pak Lucky.

Gue mengerutkan dahi, "Yakin, pak!"

"Oke, saya perlu bicara dengan orang tua kamu," kata pak Lucky.

Hem?

--------------------------------

Lama gak update. Kira-kira ada yang nungguin gak yaaa? Gak ada ya? Yadeh :((

Still wait for your comment and vote..

Terimakasih readers kece! hihi

RAIN and YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang