Jam setengah tiga pagi. Gue masih belum bisa tidur. Gue agak kepikiran sama kata-kata gue ke bunda tadi.
Sebenernya gue gak sebel sama bunda. Ya, gue sadar diri. Gue emang jauh dari Aleka. Aleka selalu bisa berprestasi dan ngebanggain ayah sama bunda. Gue? Gak ada. Gue biasa-biasa aja.
Gue nengok ke sebelah. Leka tidurnya pules banget. Gue pernah mikir, kalo gue pengen nutup muka Aleka pake bantal biar dia gak bisa nafas. Atau diam-diam gue masukin racun tikus ke mulutnya pas dia tidur. Atau nyekek dia. Tapi, dia kembaran gue. Percaya atau enggak selalu ada chemistry di antara kita. Oke, lebay.
Gue akan bercerita dikit. Tiap gue sakit, flu misalnya, Leka juga bakalan sakit. Atau seperti minggu lalu, jari gue luka gara-gara cutter, jari Leka juga luka kena pisau. Ini berlaku sebaliknya. Udah dari kecil. Jadi, kalo Leka mati mungkin gue juga bakalan mati, entah karena apa.
Hahaha. Gue bercanda..
Gue emang ada chemistry sama Aleka tapi gak segitunya juga kali. Kena deh.
Oke, gak lucu. Maap.
Mungkin gue mikir begitu gara-gara dulu gue pernah punya dendam sama Aleka. Mungkin sampe sekarang. Sakit? Banget. Dan itu yang membuat gue tertutup seperti ini.
--------------------------------
"Bunda..! Bang Andra telpon!" teriak Alexa kaya kucing ke injek ekornya. Cempreng banget.
Bunda yang duduk di meja makan langsung ngacir ke kamar Alexa. Ninggalin gue dan ayah. Aleka masih ada di kamar. Tau. Dandan kali.
Ah, ya. Gue lupa soal Andra. Namanya Aliyandra Reza Marceau. Anak paling tua. Lagi kuliah di London. Gue gak deket sama dia. Jarak umur kami juga lumayan jauh. Palingan Bunda sama Alexa yang sering telponan.
"Nanti kalo kamu lulus mau ikutin Aliyandra atau gimana?" tanya ayah. Ngagetin gue yang lagi ngunyah roti.
FYI, dulu ayah juga kuliah di London. Andra ngikutin jejak ayah. Ayah seorang dosen di universitas negeri dan seorang konsultan perusahaan. Ayah emang cerewet tapi bukan cerewet kaya emak-emak. Ya masih wajarlah.
"Alex kuliah di Indonesia aja, yah" jawab gue.
Ayah meminum kopinya pelan-pelan. Kayanya lagi mikir.
"Katanya kamu mau jadi pemain timnas sepak bola?" tanya ayah lagi.
Ya, itu cita-cita gue dari kecil. Tapi, pas kelas 8 gue berhenti. Bukan gue yang mau berhenti tapi bunda yang nyuruh gara-gara kaki gue retak pas di pertandingan. Sejak saat itu gue gak pernah main bola lagi. Gue gak nyangka ayah masih inget.
"Gak di bolehin main lagi sama bunda, yah" sahut gue.
"Bunda gak ngebolehin kalo bunda tau kan? Kalo bunda gak tau?" kata ayah. Gue pikir itu bukan pertanyaan. Itu seperti... Ah, you know what i mean.
Gue melihat ayah. Ayah mengangguk yang artinya ayah setuju dengan cita-cita gue. Saat itu juga gue merasa sayang banget sama ayah.
"Hei, Leka ngelewatin sesuatu gak?" tanya Leka yang tiba-tiba dateng. Nurunin napsu makan gue aja.
"Bunda sama Alexa mana?" lanjut Leka.
"Di kamar Alexa, Andra telpon" sahut ayah.
Terdengar suara ketawa dari bunda dan Alexa. Pasti bakal lama banget mereka nelponnya. Bunda sama Alexa itu sama. Cerewetnya, narsisnya, isengnya.
Oh, ya gue belum ngasih tau kan keisengannya bunda? Bunda pernah masukin foto gue di twitternya waktu gue lagi tidur dengan menulis "This is my sweety, Alexis". Gue gak masalah sama fotonya, tapi kenapa bunda harus pake kata "sweety"? Followers bunda ada puluhan ribu, gak kebayang berapa mention yang masuk ke twitter gue waktu bunda masukin foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN and YOU
Teen FictionGimana rasanya punya kembaran yang ganteng, pinter, keren, famous dan punya banyak fans? Menyebalkan menurut Alexis. Jealous? Maybe. Karena hampir semua cewek deketin Alexis hanya untuk deket sama Aleka. Termasuk cewek yang dia suka. Bukan cuma kemb...