Part 11.

1.9K 99 4
                                    

"Hai, Cis!" sapa cewek yang tiba-tiba nongol di depan gue.

Anjir. Kenapa dia muncul lagi?

"Hai," sahut gue.

"Mau ke kelas? Bareng yuk!" ajak Keyla.

"Gue mau nunggu temen," kata gue.

Keyla merangkul lengan gue, "Udahlah gak usah di tunggu. Sama gue aja,"

Ini apa-apaan coba?

"Key, lepasin," pinta gue.

Keyla malah makin menjadi. Sekarang dia memeluk dada gue.

"Key, apa-apaan sih lo!" bentak gue sambil mendorong Keyla.

Gue yakin gue mendorong Keyla dengan wajar. Tapi, kenapa Keyla malah jatoh? O ow..

"Lo jahat, Lex! Lo berani-beraninya dorong cewek sampe kaya gini," kata Andara.

Wait! Sejak kapan ada Andara disini?

Dan tiba-tiba murid-murid lain dateng mengelilingi kami. Keyla menangis. Semakin lama tangisannya semakin kenceng.

"Ada apa nih?" tanya salah satu dari mereka.

"Nih, Alexis! Dorong Keyla sampe jatoh dan luka gini," sahut Sandra.

What? Keyla luka? Jelas-jelas dia pura-pura jatoh kenapa bisa ada luka di sikunya?

"Wah, parah lo! Beraninya sama cewek," kata suara yang gue gak kenal orangnya.

Gue pengen membela diri. Tapi tiap gue membuka mulut, Andara selalu nyamber. Gak ngasih gue kesempatan buat ngomong. Wtf. Gue merasa dijebak.

"Ada apa ini rame-rame?" tanya pak Galih yang tiba-tiba nerobos kerumunan.

"Alexis, pak! Dorong Keyla sampe kaya gini!" sahut Andara sambil nunjukin Keyla yang masih nangis.

"Alex, ikut bapak sekarang," kata pak Galih.

Gue berusaha tenang, "Ya, pak,"

--------------------------------

Sekarang ditangan gue sudah ada amplop putih yang tertutup rapi.

Amplop ini isinya bukan duit. Bukan. Amplop ini isinya kertas. Kertas yang ada tulisannya. Tulisan kalo gue di skors. Dua hari.

Gue gak papa kalo di hukum. Ngepel aula lima kali bolak-balik pun juga gak papa. Tapi, skors?

Sebenernya sih gak ngaruh sama reputasi gue. Dari dulu gue udah di anggep badboy. Di skors bukan hal yang bakalan membuat gue down. Lagipula, gue merasa gue gak bersalah. Gue tau Andara and the gank lagi menjebak gue tanpa gue tau maksudnya apa. Dan mereka berhasil. Gak adil.

Tapi, kapan hidup pernah adil?

Pertama kali gue dapet skors waktu SMP. Kelas 8 . Lebih parah. Gue di skors seminggu gara-gara ikut tawuran anak SMA.

Tapi, itu bukan karna gue sok atau pengen ngelakuin itu. Itu karna gue marah. Marah banget. Marah sama keadaan, marah sama orang-orang disekitar gue, marah sama diri gue sendiri. Itu yang bikin gue seperti ini. Terlanjur dianggap anak gak bener dan gue biarin orang-orang terus beranggapan seperti itu. Gue benci sama diri gue sendiri.

Gue sadar gue belum ngelupain dia. Dia yang bikin gue marah. Dia yang bikin gue seperti ini. Gue gak mau nyebut-nyebut dia lagi. Cukup!

"Sabar.." kata bunda yang udah ada di sebelah gue. Gue tersadar dari lamunan.

Gue tersenyum kepaksa menatap bunda.

"Bunda tau kamu gak bakal ngelakuin itu. Bunda percaya sama kamu," kata bunda lagi sambil mengusap rambut gue.

Gue tersenyum lalu mengangguk, "Makasih bun,"

"Udah makan, cis?" tanya bunda.

"Belum, bunda," jawab gue.

"Makan dulu yuk. Habis itu minum obat. Obatnya masih ada kan?" tanya bunda.

Gue mengangguk. Gue mengekori bunda menuju dapur. Setelah mendapat amplop tadi, gue langsung dipulangkan. Sekarang baru jam 12 siang. Alexa sama Leka belum pulang sekolah. Andra gak tau kemana.

"Bun.." panggil gue ketika bunda menuangkan nasi ke piring gue.

"Hem," sahut bunda.

"Alex kan sakitnya sebulan lalu, kenapa masih minum obat sebanyak itu?" tanya gue. Mengingat obat yang harus gue telen 3 kali sehari. 5 butir tiap 1 kali, jadi kalo 3 kali berarti 15 butir obat yang ada diperut gue perhari.

Gara-gara itu gue sering mual. Berat badan gue turun. Tapi, sakit mag gue ilang. Biasanya seminggu bisa berkali-kali gue sakit mag. Gue gak pernah bilang karna gue pikir itu mag biasa. Dan tiap minum obat mag, sakitnya sembuh.

"Yah, pemulihan dari sakit kamu yang kemarin, Cis," sahut bunda.

"Itu kan udah lama, bun. Alex sakit apa sih, bun?" tanya gue.

Bunda menarik nafas panjang, "Kamu gak papa. Udah ayo lanjutin makannya," sahut bunda.

Dan kami diam dalam pikiran masing-masing. Gue tau ada yang salah sama badan gue.

--------------------------------

Gue gak tau harus gimana. Mau gimana. Rasanya gue pengen tiba-tiba ilang dan sendiri. Gue pengen diatas awan. Tidur dan gak ada yang ganggu.

Cobaan datang terlalu bertubi-tubi. Ah elah, bahasa gue.

Belum selesai satu masalah, dateng lagi yang lainnya. Apa ini terlalu mendadak? Atau gue yang terlambat tau?

Gue yang selalu dianggap gak bener, jutek, bego, gak punya temen, di skors gara-gara gank cewek aneh, selalu di banding-bandingin sama kembaran gue yang almost perfect, de el el.

Belum lagi soal Lala. Belum lagi soal masa lalu gue.

Ya Allah, hambamu yang tampan tiada tara ini butuh pertolongan. Tolong..

Gue berkali-kali menarik dan menghembuskan napas panjang. Meredam emosi.

Kanker lambung. Parahkah?

--------------------------------

Wuuuu..

Bukan berarti ini sad ending ya. Yah bukan berarti happy ending juga sih. Yah tunggu endingnya aja deh. Author juga msh nyari inspirasi. Kalian ada saran gak? Comment yah.

Part berikutnya kita main ujan-ujanan. Sesuai judul. Haha. Oke gak lucu.

Terima kasih yah. Please vote dan comment. yah yah yah? ;)

RAIN and YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang