Gue pulang dengan langkah gontai. Lemes, males. Pulang sekolah tadi gue ke parkiran buat ambil motor dan motor Lala yang tadi parkir di sebelah motor gue udah gak ada. Mungkin udah pulang duluan.
Yah...
Hei! Kenapa jadi mikirin Lala? Baru juga kenal.
Dia lebih dulu kenal Leka, Lex.. Mungkin mereka udah lama kenal. Dan mungkin Lala lebih tertarik sama Aleka daripada cowok berantakan dan bodoh kaya lo! Sadar, Lex!
Gue mencoba untuk membuang jauh-jauh pikiran, mungkin lebih tepatnya, khayalan gue tentang Lala. Prisilla.
Gue berjalan menuju kamar gue. Setelah menaiki tangga, gue melewati kamar Alexa. Kamar gue sama Alexa memang bersebelahan.
Sayup-sayup gue mendengar suara isak tangis. Sebentar-sebentar hilang. Sebentar-sebentar terdengar lagi. Gue mengurungkan niat untuk masuk ke kamar. Gue denger lagi baik-baik. Masa siang-siang begini ada setan sih? Eh, kuntilanak kali ya. Suaranya cempreng.
Gue berjalan pelan melewati kamar Alexa dan benar saja, suara itu dari kamar Alexa. Alexa udah jadi kuntilanak? Ternyata selama ini adek gue kuntilanak? Sedih gue. Sedih.
Pelan-pelan gue membuka knop pintu kamar Alexa. Alexa diatas tempat tidur dan menangis terisak. Dia masih pakai seragam. Sebagai cowok sejati gue gak tega ngeliat cewek nangis. Terlebih lagi dia adek gue. Kampret! Siapa yang bikin kuntilanak, eh, adek gue nangis kaya gini?
"Lo kenapa, Xa?" tanya gue.
Alexa kaget dan cepat-cepat mengusap air matanya.
"Gak papa" katanya tanpa melihat gue.
"Cih! Ngibul lagi lo. Ada apa, dek? Sini cerita sama abang.." kata gue dengan sangat hati-hati dan sangat lembut.
Gue duduk di pinggir kasur. Alexa yang tadinya tiduran langsung bangun dan memeluk gue. Saat itu juga gue merasa jadi abang yang benar-benar abang. You know what i mean.
"Gue di putusin sama pacar gue, bang. Gue di selingkuhin. Sakit, bang.." ujar Alexa yang menangis di pelukan gue.
Gue kaget tapi cepat-cepat bertingkah normal lagi.
Gue mengelus punggungnya, "Pacar lo siapa? Bukannya lo masih belom boleh pacaran sama ayah dan bunda?"
Ya, Alexa memang belum boleh pacaran sebelum 18 tahun. Dan 18 tahun itu saat dia udah lulus SMA. Harusnya sih 17 tahun udah di bolehin, tapi karena dia anak cewek satu-satunya dan anak paling kecil, dia lebih mendapatkan perhatian ekstra.
"Ya, abang jangan ngasih tau bunda sama ayah.." jawab Alexa, lalu melepaskan pelukannya.
"Oke. Tapi, kasih tau gue siapa pacar lo." kata gue.
"Gue pacaran sama kak Rian, bang" sahut Alexa.
"Anak mana?" tanya gue.
"SMA Bakti Nusantara" jawab Alexa ragu-ragu.
Gue melotot. "LO PACARAN SAMA ANAK SMA, XA?" teriak gue, kaget.
Alexa menggigit bibir bawahnya, "Em.. Dia kelas 11 bang"
"LO PACARAN SAMA COWOK YANG SATU SEKOLAH SAMA GUE DAN DIA KAKAK KELAS GUE, XA?" gue gak bisa nurunin suara gue. Gue terlalu kaget. Ralat. Sangat kaget.
Bagaimana bisa Alexa yang masih 13 tahun, kelas 8, pacaran sama anak kelas 11? Bukan. Bukan masalah umurnya. Cuma.. Yah, gak etis lah.
"Abang jangan teriak-teriak nanti bunda denger" kata Alexa sambil narik-narik baju gue.
"Selama pacaran lo di apain aja sama Rian?" tanya gue agak berbisik. Gue gak mau adek gue satu-satunya ternodai oleh cowok brengsek kaya Rian yang udah bikin adek gue nangis kaya gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN and YOU
Teen FictionGimana rasanya punya kembaran yang ganteng, pinter, keren, famous dan punya banyak fans? Menyebalkan menurut Alexis. Jealous? Maybe. Karena hampir semua cewek deketin Alexis hanya untuk deket sama Aleka. Termasuk cewek yang dia suka. Bukan cuma kemb...