Chapter 10

118 7 1
                                    

"Heyy!" sapa eonnie ku dari dalam mobil

"Ahaha kita bertemu lagi." Woo Mi berusaha menjawab sapaan eonnie ku

"Ah, justru aku malah senang. Jangan sungkan-sungkan untuk datang ke rumah yaa, anggap saja rumah sendiri"

"Gomawo Eonnie" ucap Eun Mi

"Hihi, kita kan teman." Sun Min menyalakan mesin mobil.

"Eonnie, sebelumnya kita makan dulu, ya!"

"Tentu saja!" Sun Min membentuk pistol kecil dengan tangan kanannya.

Sun Min melajukan mobil dan keadaan di mobil benar-benar sunyi, belum ada yang menciptakan topik untuk dibahas.

"Jadi siapa yang sedang deket deket sama Hoonnie?" Sun Min akhirnya memecah keheningan.

Terkejut. Kami bertiga saling lihat-lihatan

"Mianhae, maksudku anak laki-laki" Lanjut Eonnie

"Aah~ maksud Eonnie.. Youngmin, Kwangmin dan Minwoo?" Jawab Woo Mi

"Kalau mereka... memang sudah dekat dengan Hoonnie dari dulu kecil bukan?"

"Berdasarkan novel-novel yang aku baca.. banyak sekali kisah cinta romantis sahabat lama, tapi tentu sahabat nya yaa laki-laki dengan perempuan" Ucap Eun Mi seketika

Kebetulan, lampu lalu lintas sedang memancarkan warna merah. Mobil berhenti. Aku, Woo Mi dan Eonnie melihat Eun Mi dengan ekspresi bingung dan juga sedikit serius

"You know what I mean..?" Jawab Eun Mi untuk tatapan kami bertiga. Setelah jawaban Eun Mi. Mereka bertiga menatapku dengan ekspresi.. yang membuat badanku bergetar gugup mungkin

"Ah! Eonnie! Udah lampu hijau!" Aku berusaha mengalihkan perhatian

"Ya.. bisa saja bukan?? Hoonnie?" Woo Mi mengangkat pembicaraan

'Akh.. kenapa harus diungkit lagiii' Batinku

"A-aku tidak suka merekaa! Stop teasing me!!" Aku hanya bisa berharap wajahku tidak memerah

"Aku sih yakin kalo mereka bertiga ada perasaan sama Hoonnie.. sayangnya Hoonnie gak peka-an nih kayaknya" Kurasa Woo Mi menyindir ku

"hmph" Aku hanya menatap keluar jendela mobil

"Haha! Maaf maaf~" ucap Woo Mi

~•~

"Thank You Eonnie.. udah dianterin pulang" Woo Mi melambaikan tangan dengan senyum ceria diwajahnya

"Bye Bye!" Eun Mi melambaikan tangannya pada aku dan Eonnie

"Sampai ketemu besok~" Eonnie menjalankan pelan mobilnya. Sedangkan aku masih melambaikan tangan

"Eonnie" Aku membuyarkan keheningan

"Ne?"

"Um.. gak jadi deh"

"Ish, to the point aja"

"Eonnie punya love story saat masih SMA?"

"Aku.. entahlah, jangan dibahas"

"Eonnie mah emang selalu misterius!"

"Bukannya harus?"

"Kenapa?" Jawabku heran

"Aku gak mau kamu banyak pikiran, cukup pikirkan pelajaran dan kisah ceritamu saja"

"Aku kan udah besar, aku bisa manage pikiranku dan juga rahasia"

"Bagiku, kamu masih kecil. Tapi kalo rahasianya ada untuk kebaikan kamu, akan Eonnie kasih tau kok"

"Jadi love story Eonnie gak baik buat aku? Gitu?" Jawabku polos

"Iihh! Bukan gituu jugaa!! Kamu iniii!!"

"Ampun-ampunn!! Sorry!" Aku tertawa.

Suasana kembali hening...

"Oya Eonnie" Aku kembali membuyarkan keheningan

"Apa lagi?"

"I wonder.. apakah kita punya saudara laki-laki? Seperti.. seorang kakak laki-laki?"

"Sudah jelas tidak ada bukan?"

"Y-ya.. aku kan cuma bertanya"

"Dari tadi kamu nanyain yang aneh-aneh deh, kenapa sih?" Jawab Eonnie heran

"Aku.. sering mimpi buruk.. mungkin gak seburuk itu.. tapi.. seperti.. ada kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaanku.. biasanya kalau aku mimpi buruk seperti ini, berarti ada hal lain yang gak aku ketahui"

"Kamu ini paranormal ya?"

"Yak! Eonnie! Aku serius!"

"Mungkin hanya pikiranmu.."

"Eonnie!"

"Kali ini, aku akan berkata jujur. Okay? Tentang love story ku.. aku dulu punya boyfriend. Banyak yang mengagumiku karena prestasiku, saat dia menyatakan perasaannya padaku.. kuterima. Karena, selama ini aku rasa cara berpikirnya dia sama denganku. Memang benar... tapi entah kenapa, lama-kelamaan aku merasa takut akan kenapa-napa. Dia bilang padaku kalau semuanya tidak akan apa-apa. Ya, aku percaya padanya. Sampai wisuda pun tiba, aku masih percaya padanya. Lalu..."

"Lalu apa?"

"Apa yang kamu mimpikan, Hoonnie?"

"Yang kulihat hanya sekilas.. ada orang tertabrak dan suasana menjadi kacau"

"Esoknya setelah acara wisuda, aku dan dia berencana untuk bertemu di cafe. Saat Eonnie hampir sampai di cafe, suara Ambulance terdengar keras di telinga Eonnie. Eonnie juga melihat banyak orang di sana. Eonnie lari kearah kerumunan orang itu untuk menghilangkan rasa penasaran. Banyak barang-barang kecil tergeletak di jalan itu. Yang Eonnie lihat pertama ialah Hand Phone yang menyala. Saat kulihat Hand Phone itu, aku melihat fotoku"

"Jadi Hand Phone itu.."

"Ya, hand phone itu milik pacar Eonnie. Aku segera mencari rumah sakit terdekat sekitar sana. Aku mencari-cari, sampai pada akhirnya aku mendengar suara kasur beroda yang sedang didorong kencang. Aku mendatanginya dengan cepat. Dan dugaanku benar, Eonnie melihat tubuh pacar Eonnie yang tidak sadarkan diri. Salah satu dokter menanyaiku, apakah aku mengenalnya. Aku menjawab kalau dia pacarku, dokter itu berusaha membuatku tenang dan aku disuruh menunggu. Beberapa menit berlalu, seorang dokter keluar dari ruang emergency dan berkata padaku kalau pacarku selamat, aku mengucapkan sangat terima kasih pada dokter tersebut. Aku segera melihat kondisi pacarku. Aku duduk disebelahnya, tak lama.. matanya terbuka. Kamu tau apa yang kudapat?"

"Apa, eonnie?"

"Dia tidak mengenali aku sama sekali, dia hanya mengingat keluarganya. Saat pertanyaan 'Siapa kamu?' Terlontar dari mulutnya, air mata mulai membasahi pipiku dengan deras. Kujawab pertanyaannya 'Ini aku, Sun Min. Choi Sun Min. Pacarmu' Tapi dia tetap tidak mengenaliku. Aku hanya mengucapkan 'Maaf, aku telat datang.. Jika saja aku cepat datang, kamu tidak akan melupakanku. Terima kasih atas semuanya.. kenangan yang telah kamu berikan padaku..' Aku melepas kalung darinya yang kupakai. Kutaruh kalung itu, fotoku dengannya yang berukuran kecil dan Hand Phonenya di atas selimut yang dia pakai. Aku mengecup pipinya sebentar dan pergi meninggalkannya"

"Lalu? Setelah itu Eonnie bagaimana? Oya, apa aku ada disana?"

"Kamu sedang di.. aku lupa kamu dimana, yang jelas saat itu aku di Seoul, sedangkan kamu bersama Eomma. Setelah keluar dari kamar untuk pasien, aku kaget, mama dan adiknya pacar Eonnie sedang lari kearah Eonnie. Mereka terlihat panik, mereka bertanya padaku, aku menjawab kalau dia tidak apa-apa. Aku juga bilang kalau dia tidak mengenaliku, jadi mamanya akan berusaha sebisa mungkin agar dia mengingatku. Aku mengucapkan terima kasih, dan pergi. Saat aku mau pergi kuliah di luar negeri, aku sempat pamit dengan mamanya. Sampai sekarang aku masih belum tau keadaannya sekarang"

"..." Aku melihat setetes air mata yang membasahi pipi Eonnie "Maaf Eonnie, aku memaksamu untuk menceritakannya"

"Gwanchanayo" Eonnie mengusap air mata yang ada di pipinya

Him? or Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang