Chapter 23

28 0 1
                                    

"Eeh? Hanya itu?" Hye Hoon memutar-mutar pulpen yang ia pegang dengan jari di tangan kanannya. "Tapi untunglah, ternyata aku tidak ketinggalan terlalu banyak." Hye Hoon menutup buku tulisnya yang tebal dan menaruh pulpen yang ia mainkan tadi diatas buku tulisnya.

"Ayo kita bicarakan sesuatu." Hye Hoon tersenyum. Senyuman yang tidak bisa ditebak.

Author : iyalah, orang bukan tebak-tebakan 😂

"Ber-gossip itu tidak baik." Celetuk Kwangmin, menahan tubuhnya dengan kedua tangan menyentuh lantai kamar beralas karpet halus dan lembut milik Hye Hoon.

"Sebenarnya, bukan bergossip, oppa," Arti sebenarnya dari senyuman Hye Hoon mulai terlihat. "Melainkan..." Sejenak, Hye Hoon menghentikan kalimatnya.

Author : caelah 😂 misterius amet ㅋㅋㅋ
Hye Hoon : kan biar...
Hilda : udah lanjut ceritanya buru -,-

"Melainkan... tentang pengakuan." Hye Hoon mencoba tersenyum ramah.

"Aku mau bantu noona dibawah, boleh kan?" Minwoo mengacungkan tangan kanannya. "Aku boleh pinjam kamar mandi?" Jae Yun juga mengacungkan tangan kanannya. Youngmin dan Kwangmin berusaha sibuk sendiri. Eun Mi dan Woo Mi saling lihat sambil menahan tawa.

"Memangnya apa yang kalian lakukan sih?" Eun Mi menahan tawa. "Ayolah, mengaku saja. Aku juga ingin dengar ceritanya." Woo Mi tertawa pelan.

"Aku tidak tahan lagi." Jae Yun memukul low table berukuran sedang yang ada didepannya. "Bagaimana kamu bisa tau?!"

"Hye Hoon knows everything." Hye Hoon mengibaskan rambutnya, berlagak sombong.

Jae Yun menjulurkan lidah. "Terserah apa katamu." Hye Hoon membalas Jae Yun dengan juluran lidah.

"Hee..? Padahal tadi aku sama Jae Yun udah berusaha ngumpat biar gak keliatan." Minwoo menahan badannya dengan kedua tangannya.

"Kalian sebut tadi mengumpat? Yakin?" Hye Hoon menggeleng. "Kalian benar-benar kelihatan kalau dilihat dari posisiku. Setiap aku melihat kearah belakang Yeon Ji, pasti aku melihat kalian." Hye Hoon melipat kedua tangan didepan dada.

Youngmin dan Kwangmin masih asyik sendiri. Minwoo dan Jae Yun saling lihat. "Baiklah, memang benar. Mianhae." Jae Yun lebih memilih pasrah.

"Apa yang sebenarnya kalian lakukan?" Hye Hoon masih melipat kedua tangan didepan dadanya.

"Tentu saja penasaran." Jae Yun menopang dagunya. "Bagaimana tidak penasaran? Kamu ke kantin bersama Yeon Ji." Minwoo menekan suaranya sedikit di nama 'Yeon Ji.'

"Yeon Ji tiba-tiba ingin bertanya sesuatu padaku, kita bertemu di hallway saat aku mau ke kelas. Tadinya dia bilang mau bicara denganku di belakang lapangan. Entah kenapa, aku ada bad feeling, kebetulan aku lagi haus. Jadi kuputuskan untuk ke kantin. Aku bilang padanya, kalau tidak mau ke kantin, berarti tidak jadi bicara. Akhirnya dia mengangguk dan kita pergi ke kantin. Saat aku menolaknya untuk pergi ke belakang lapangan, dia mulai terlihat gugup. Disitulah aku merasa logika-ku benar." Hye Hoon menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Logi..ka?" Minwoo ikut menopang dagunya.

Hye Hoon mengangguk. "Bisa jadi Yeon Ji bawa teman-temannya, lalu aku di.. semacam dilabrak? Ya.. aku tidak tau yang sebenarnya, tapi kan bisa jadi. Aku berpikir seperti itu karena Yeon Ji hanya terlihat sangat ramah saat aku sedang bersama Minwoo atau mungkin saat Minwoo hanya melihatku dari kejauhan? Tapi yang jelas, saat Minwoo sudah benar-benar tidak ada disekitarlu, sikap Yeon Ji tidak sangat-sangat ramah."

Him? or Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang