▶Typo Everywhere
▶Happy Reading Everyone ;)
⬇⬇⬇
Berada didalam keadaan bersama dengannya sekarang membuatku mengingat kenangan masa indah kita di masa lalu, tapi mengingat itu semua membuatku sakit dan dadaku terasa sesak. Mengingat dirinya lebih memilih laki-laki lain dibanding diriku untuk menjadi pasangannya. Perempuan itu adalah Mila, dia adalah perempuan yang sangat aku cintai. Dialah cinta pertamaku. Ya... meskipun aku tau saat itu kita masih merasakan yang namanya Cinta Monyet. bagaimana tidak? seorang anak SD yang mencintai perempuan dan selalu menghiburnya dikala ia sedih, membuatnya tertawa dan selalu berada didekatnya. Tetapi kenapa balasan dia kepada ku malah berbanding terbalik. Sejak dia memilih temanku untuk menjadi pacarnya, ya... memang aku tahu saat itu aku belum mengutarakan semua perasaanku terhadapnya karena lebih baik menyembunyikan semuanya dalam diam. Aku takut jika dia mengetahuinya nanti dia malah tidak menerimaku dan karena mereka pacaran, temanku meminta Mila untuk menjauh dariku karena dia tidak suka jika Mila dekat dengan aku. Dengan gampangnya Mila menuruti kemauannya, tidak aku sangka Mila bisa dengan mudah melepaskanku sebagai sahabatnya yang sudah dekat beberapa lama demi dia yang baru beberapa hari menjadi pacarnya. kejadian itu sangat menyakitkan, aku sangat mengingat kapan dan dimana kejadian itu terjadi. Sejak saat itu aku ingin melupakan perempuan yang telah membuat luka dihatiku dan kenangan yang kita rasakan berdua. Entah jalan tuhan atau hanya kebetulan aku kembali bertemu dengannya saat memasuki Sekolah Menengah Atas, jujur aku sangat ingin melupakannya namun, rasa itu sedikit demi sedikit kembali muncul manakala aku melihat wajahnya padahal aku sedang mendekati temannya karena ingin menekan perasaanku terhadapnya dulu (asal kalian tau, selama aku pacaran sebelumnya pada saat aku masih SMP sejujurnya aku masih mengingatnya, entah karena apa(?) Tapi memang itu yang aku rasakan sampai sekarang...) Beruntung saat kami pertama masuk sekolah ia sama sekali tidak mengenali diriku mungkin karena perubahan didirikulah yang membuat dia tidak mengenaliku. Karena kejadian dimasa lalulah yang membuat aku tidak ingin bersikap baik kepadanya meskipun hatiku selalu bertolak belakang jika aku bersikap seenaknya sama dia.
Tetapi melihat keadaan nya seperti tadi kehujanan membuat hatiku terenyuh untuk menolongnya, aku sangat ingin merengkuhnya didalam pelukanku namun, keinginan itu harus segera ku tepis karena tidak mungkin aku melakukan hal itu.
Dan yang anehnya sekarang adalah tatapan kedua mata bulatnya yang menatap ku dengan intens, aku sempat mencuri pandang untuk melihat wajahnya ketika aku meniupi kedua tangannya. tatapan yang begitu mendalam dan menurutku tatapan itu sangat memancarkan kebahagiaan di dalamnya. 'Apa arti dari tatapan itu?' batinku dengan sejuta rasa penasaran. tapi dengan segera aku tepis rasa penasaran itu karena tujuanku dari awal adalah ingin melupakannya dan tidak ingin berurusan lagi dengan dia meskipun kami satu sekolahan meskipun di dalam hati kecilku masih ada keinginan untuk bersamanya. Tapi kalau untuk kedepannya entahlah biar saja tuhan yang memberi jalan cerita hidupku sesuai skenario yang telah dibuat olehnya.
"Kenapa lu bisa ada di tempat kaya gini, Mil?" Ucapku dengan nada yang terbilang sangat datar, sejujurnya aku tidak ingin bersikap seperti ini tapi mau bagaimana lagi ini semua adalah konsekuen dari pilihan yang aku ambil .
Terlihat dari raut mukanya dia sangat kelelahan dan seperti banyak sekali beban yang ia sembunyikan. Aku sangat tau Mila, dia perempuan yang tidak akan pernah menceritakan masalah hatinya kepada siapapun! Karena yang ku tahu dia lebih suka mencurahkan semuanya di buku Dairynya. Dia menatapku lagi, sama seperti sebelumnya dia kembali menunjukkan tatapan seperti biasanya. Walaupun sedikit berbeda karena matanya yang sembab. 'Mungkin dia sudah menangis dalam waktu yang lama' pikirku.
"Gue cuma lagi pengen menyendiri, Vin... gue mau numpahin semuanya disini..." ucapnya begitu lirih, raut mukanya terlihat begitu menyedihkan. Ingin rasanya aku memeluknya, namun dengan cepat aku hapus rasa inginku itu.
"Menyendiri bukan berarti lu harus menyiksa diri lu sendiri kan?"
"Gue gak peduli lagi sama diri gue vin... bahkan hidup gue, semuanya udah hancur! gue pikir tadi gue mati kedinginan" ucapnya diselingi dengan tetesan airmata yang keluar dari pelupuk matanya. Sebenarnya apa yang terjadi sekarang sama dia?
"Bodoh! Kenapa pikiran lu bisa sepicik itu?! ada kalanya didalam hidup itu sebuah masalah menghampiri kita, tapi semuanya akan berakhir indah kalau kita mau menghadapi dan mencoba menyelesaikannya bukan untuk menghindarinya dengan cara yang malah merugikan diri kita sendiri" ujarku mencoba memberi penjelasan terhadap dirinya, baru kali ini semenjak kami satu sekolah di SMA aku berbicara dengan banyak kalimat terhadap Mila. Dorongan dari hati kecilku lah yang tidak ingin melihat keadaannya yang seperti ini.
Setelah mendengar penjelasan dariku dia hanya diam, dan kembali meneteskan airmata yang tanpa izin terus-menerus keluar dari kedua pelupuk matanya. Aku menoleh ke arahnya, sungguh menyakitkan melihat keadaannya sekarang.
"Lebih baik gue anter lu pulang,Mil" Ucapku sembari menyentuh lengannya.
"Gausah Vin.... gue bisa pulang sendiri" ucapnya lirih dalam tangisnya.
"lu gak mungkin nyetir dalam keadaan kaya gini! Jadi gue aja yang nganter lu" ucapku dan sepertinya dia hanya diam, itu berarti dia menuruti kemauanku.
Aku menyalahkan mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang, hujan sudah tidak sederas tadi. Sejak tadi aku menoleh ke arah Mila, ia hanya diam menikmati airmatanya yang terus berlomba-lomba untuk turun.
'Seandainya kamu tidak menyakitiku dulu, ingin rasanya aku memelukmu mil... berusaha menenangkanmu disaat seperti ini... membuatmu tersenyum... sebenernya apa yang membuat kamu tersiksa seperti ini?' gumamku dalam hati sambil sesekali menoleh ke arah Mila.
Tak lama aku mendengar nafas tubuh Mila yang sudah teratur, sepertinya ia tertidur karena kelelahan. aku terus fokus untuk menyetir dan sesekali mengusap pipinya yang masih basah akibat ia menangis tadi.
"Aku sangat merindukanmu Mil... dulu saat kamu seperti ini aku selalu berada disampingmu, menemanimu ketika kamu sedih.. membuatmu tersenyum bahkan sampai tertawa dan membantu melupakan sejenak masalahmu meskipun ku tahu itu hanya sementara, kenangan-kenangan itulah yang takkan pernah kulupakan bersamamu... aku sangat merindukan kebersamaan kita berdua Mil..." ucapku dalam hati dan menatap wajah cantiknya dengan lekat, tak terasa se-bulir air mata menetes dari pelupuk mataku. Dengan gerakan cepat aku pun langsung menghapus air mata itu.
Setelah itu aku langsung menyalakan mobilnya dan mengantarnya pulang tapi tunggu dulu, aku kan tidak tahu rumah nya Mila yang sekarang dimana? aku memang dulu sering main ke rumahnya tapikan itu yang di daerah Bogor, sudah pasti Mila sudah pindah rumah ke Jakarta.
akhirnya aku memutuskan membawanya ke apartement ku yang kebetulan tidak jauh dari taman ini, mengingat kondisi tubuh Mila yang sudah sangat kelelahan pasti dia butuh istirahat. Tanpa menunggu lagi aku pun langsung tancap gas menuju apartement.
To Be Continue...
Ps: Happy sunday guys... met weekend 😄, mau tau donk pendapat kalian tentang ceritanya gimana? Gak jelas yaa? harap maklum! Authornya masih amatiran. ceritanya pasaran ya? Insyaallah bakal aku usahain beda dari yg lain. Dapet feel nya atau enggak? Semoga dapet yaa feelnya dan semoga alurnya tidak mengecewakan yang membacanya😄😄
Btw, minta kritik dan sarannya donk biar aku bisa lebih ngoreksi lagi ceritanya karena cerita yang aku buat ini masih jauh dari kata sempurna dan masih butuh komentar yg membangun untuk memperbaiki ceritanya.Please, Don't forget for vomment guys!!!
❌Don't be a silent Readers!❌
Tanggerang Selatan, 22-05-2016
By.Afifahach
KAMU SEDANG MEMBACA
"LOVE in Silence"
RandomAku terlalu MENCINTAINYA!! Namun, aku hanya bisa menyembunyikan semuanya dalam diam. Aku terlalu takut untuk mengungkapkan semua apa yang ku rasa terhadapnya... - Carmila Alguera Sejujurnya jauh dilubuk hatiku aku masih menyimpan perasaan itu kepada...