Bagian Pertama

943 17 3
                                    

Matahari sudah mulai menyinari paginya. Seperti biasa, aku harus berangkat sekolah. Kini aku duduk dikelas sebelas. Dan tidak terasa sudah mau lulus. Lulus adalah kata kata yang menakutkan untukku karena aku harus berpisah dengan 2 manusia bodoh yang sangat ku sayangi. Gak! Aku gak mau pisah.

Oya kenalin namaku Felin. Gadis dari keluarga sederhana. Dengan rambut diikat kuda kesukaanku. Tanpa lipstik dan bedak diwajahku. Sesederhana mungkin yang ku mau. Aku tinggal bersama kedua orang tuaku bersama abang dan adikku. Senang rasanya dapat membagi kisahku kali ini. Kisah dimana rasa itu mulai mati. Dan kamu akan tau bertapa besarnya pengorbananku untuk selalu menjaga kamu. Dalam diamku, aku sangat mencintaimu.

***

'Elinn' panggil Nadin sahabat bodohku yang pertama.

'Hai, gua duluan ya ada rapat' sautku sesambil melambaikan tangan, berlari menuju ruang OSIS di lantai 2.

Akan ada acara disekolahku, dan sebagai pengurus OSIS aku terlibat dalam kegiatan tersebut. Kali ini seperti biasa, aku selalu telat. Menyebalkan. Pasti dimarahin. Untungnya udah biasa. Sesampainya di depan ruang OSIS, aku melepas sepatuku dan memberanikan diri membuka pintu.

'Kreeek' bunyi suara pintu yang mulai terbuka sedikit.

Tak langsung masuk aku mengintip terlebih dahulu. Semua orang melihatku. Ku perlihatkan senyum terbaikku. Dengan tertunduk malu aku mulai masuk ke dalam ruangan. Duduk disamping Evin sahabat bodoh keduaku. Kami mulai berbisik-bisik kecil. Disana sudah penuh dengan anak futsal, yang akan membantu kegiatan kami. Ku lihat mereka satu persatu. Sampai berhenti pandanganku pada seorang laki-laki berkulit sawo matang, tubuhnya tinggi dan senyumnya manis.

'Eh!' ucap evin menepuk pundakku

'Vin, kaget gue' kataku perlahan

'Perhatiin kali lin' tegur evin yang sok-sokan galak.

'Iya' sautku.

Aku dan Evin sama-sama ikut OSIS. Dia suka galak, tapi sebenernya dia itu cengeng. Pokoknya nyebelin.

Satu jam berlalu, membuatku tidak bosan. Karena lakilaki itu. Biasanya aku cerewet dan tidak bisa diem. Tapi kali ini, aku harus terlihat feminim dan kalem seperti wanita pada umumnya.

Saat sedang memperhatikan laki-laki itu, sorotan mata kami bertemu. Ia tersenyum. Jantungku berdebar kencang. Aku juga membalas senyumnya. Dan untuk pertama kalinya, sebuah senyum menggetarkan hatiku.

***

Kali ini hujan turun. Banyak yang bilang hujan itu 1% air dan 99% kenangan. Duh, itulah yang diucapkan sama manusia-manusia galau seperti sahabatku Nadin.

'Hujan lin. Jadi inget mantan' kata Nadin bersender di pintu kelas.

'Apa hubungannya? Pacar lu pernah hanyut karena banjir atau gimana?' Ledekku

'Duh, susah ya. Ngomong sama orang yang gak pernah jatuh cinta!' kata Nadin sewot padaku.

Aku hanya meliriknya sambil menggelengkan kepalaku. Cinta itu seperti apa ya? Apa rasa senang bertemu dengan seseorang itu, dinamankan cinta juga?

Hujan mulai deras bercampur angin yang berhembus melewati hatiku. Disebrang sana ku lihat segerombolan anak futsal bersama laki-laki yang ku lirik kemarin. Dengan gitar yang ada digenggamannya ia terlihat lebih keren bagiku. Buram memang terlihat dari kejauhan.

'Eh! Liatin apalu?!' ucap Nadin

'Cowok yang main gitar itu siapa ya?' tanyaku pada Nadin

'Dia ain' saut Evin yang tiba-tiba saja berdiri disampingku

'Oh. Ain' kataku menahan senyum karena kini aku tau namanya

'Lu suka sama die' tanya Nadin

'Apasih! Sok tau lu' jawabku terus melihat ke sebrang kelas tempat kak Ain berada

Akhirnya aku tau namanya. Seorang laki-laki pertama yang membuatku jatuh cinta. Seorang laki-laki yang membuat detak jantungku berdebar sangat kencang untuk pertama kalinya. Mungkinkah cinta?

kamu (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang