Duapuluh

111 2 0
                                    

*tett* ujian hari pertama dimulai. Aku sudah belajar sungguh sungguh kemarin. Meskipun aku sedikit OON dalam bahasa inggris. Tapi sepertinya aku masih punya teman depan dan belakang serta disampingku. Haha. Ssttt gak ada yg tau :D

***

Seminggu lamanya ujian ini berlangsung. Masuklah hari dimana waktunya remedial dan classmetting. Waktuku tinggal 3 hari lagi disini. Karena seluruh nilai mencukupi, aku akan berpamitan hari ini. Aku tidak bisa berpamitan pada Nadin. Karena ia masih marah padaku.

Kusempatkan waktuku untuk berpamitan dirapat osis. Ku lihat seluruh teman temanku. Rasanya air mata ini ingin menetes, sudah tak terbendung lagi. Aku berdiri perlahan, dan mulai berkata

'Maaf, gua mau bilang sesuatu bentar' kataku

'Ada apa lin?' Tanya ketua osis

'Jadi gini, gua harus pergi 3 hari dari sekarang. Gua mau pamit. Maaf kalau gua punya salah sama kalian semua. Maaf ya' ucapku perlahan sambil menahan air mataku

'What?!' Saut kusdi

'Fel lu bercanda? Ini gak lucu' sambung mona

'Iya, gua serius. Gua harus pergi' kataku tersenyum

Anak anak langsung berdiri dan memelukku. Sesekali mereka menangis. Ini keputusan yang sulit, tapi tak ada cara lain selain ini. Aku tersenyum dan mengatakan pada mereka bahwa aku minta maaf. Sahabat laki laki terutama Evin hanya diam di salah satu bangku. Mereka semua memelukku dan kalian tau? Pelukan mampu membuat seseorang jauh lebih kuat.

Mereka masih saja tak terima akan kepergianku yang mendadak. Mereka terus memelukku dan mengatakan 'lu parah, kenapa dadakan. Gua pasti kangen lu lin' terus begitu. Membuat langkahku semakin berat untuk pergi. 1 jam lamanya mereka masih saja terus memeluk dan berkata. Aku hanya bisa tersenyum. Entah apa yang bisa ku lakukan selain tersenyum pada mereka.

'Udah ya. Gua harus balik. Gua mau siap siap' kataku

'Iya. Hati hati lin. Kabarin gue kalau udah sampe' ucap seorang temanku.

Aku tersenyum meninggalkan ruang OSIS.

***

Tiba saatnya.

Ini hari dimana semuanya akan berubah. Sore nanti aku akan meninggalkan kota dimana aku dibesarkan selama ini. Kota dengan sejuta kenangan bahkan mungkin lebih. Seperti mimpi yang tidak pernah terduga aku akan segera hilang. Bagaimana dengan Nadin? Sahabat ku itu. Apakah dia mencari ku?

Aku mulai mengemas barang-barang pribadiku. Sesekali meneteskan air mata. Hanya barang-barang penting yang bisa aku bawa. Sisanya akan ku tinggal dan nanti dibawa saat seluruh keluargaku pindah. Saat sedang sibuk membereskan baju, suara langkah kaki perlahan terdengar mendekat.

*cekreekk* pintu kamar terbuka.
Mama rupanya.

"Apa udah siap?" Mama membantuk melipat pakaian. Dan meletakkan sebuah kotak yang sudah terbungkus berwarna merah muda.

'Itu apa ma?' Melirik ke arah kotak merah muda yang terlihat cukup besar itu.

'Tadi Evin kesini, dia ngasih ini. Katanya dari temen temen kelas kamu sama OSIS. Kenang kenangan terakhir katanya' jelas Mama.

Aku langsung mengambil kotak itu dan ingin segera membukanya.

Mama menahanku 'Jangan dibuka sekarang. Nanti aja. Mereka bilang setelah kamu sampe di sana baru boleh dibuka'.

'Iya ma' aku melanjutkan membereskan pakaianku.

Pada malam itu aku berharap, Ain menghubungiku. Aku ingin memberitahunya. Begitupun Nadin, dan Andi. Aku ingin sekali memeluk mereka untuk terakhir kalinya.

Pukul 22.00 wib. Ain mengirimkan pesan padaku. Pesan itu berisi :
"Kamu mau kemana? Berita disekolah kamu pergi? Pergi kemana? Kenapa gak ada kabar?"

Aku menunduk, tertegun. Aku harus balas seperti apa. Tanpa mempedulikan pesan yang Ain kirim. Ku tarik selimutku dan mulai memejamkan mataku.

***

Pukul 12.00 wib.

Waktu dimana aku akan mulai beranjak meninggalkan kota ini. bersama papa, aku mulai berpamitan dengan mama dan adik adikku.

"Eh krucil krucil. Jangan nakal ya" kataku mengusap-ngusap kepala mereka. "Mbak mau kemana?" Tanya seorang adikku.
Aku tersenyum, mataku berkaca kaca. "Nanti kalian juga pasti nyusul. Dahh.." sambil memeluk mereka.

"Hati hati ya sayang" ucap mama. "Iya ma. Nanti kalau udah sampai Felin kabarin" jelasku memeluk mama. Mama mencium pipiku. Rasanya sakit sekali. Tapi ini keputusan yang baik agar kondisi keluargaku membaik.

"Felin berangkat" pamitku melambaikan tanganku. Dan pergi bersama papa.

Entah apa yang aku fikirkan sepanjang jalan. Kosong. Sakit. Perih. Kecewa. Campur aduk. Aku bahkan tidak tau. Apa yang sebaiknya aku lakukan.

Pelan pelan aku sampai juga, pada terminal. Papa mulai memesan tiket. Ku duduk diruang tunggu. Sesekali aku membuka ponselku. Menunggu seseorang mengirimkan pesan padaku.

Kurang lebih 15 menit, ku lihat dari kejauhan Ain, Evin, dan Nadin sedang berlari ke arahku. "Mana mungkin?" Ucapku dalam hati. "Ini gak mungkin"

Mereka semakin dekat. Ternyata aku tak salah liat. Itu Ain, Evin, dan Nadin.

"Felinn" panggil Nadin langsung mendekap tubuhku. "Oh!Nadin" kataku

Ain dan Evin berada didepanku. Keringatnya bercucuran, nafasnya terdengar sangat lelah.

kamu (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang