Bagian keempat

224 6 0
                                    

Kedekatanku dan Ain semakin dekat saja. Kami sudah tak canggung lagi untuk saling mengirim pesan. Ain sempat mengiraku cewek aneh yang gak sopan. Karena aku sering memanggil senior dengan panggilan 'gua elu' ya tapi sekarang udah berubah. Khusus ngobrol sama dia aja. Hehe

Sejujurnya aku masih kagum dengannya. Rasa ini masih sebatas kagum dan suka. Entah nantinya akan bagaimana. Aku tak ingin merasakan cinta. Tapi manusia tak mungkin tak butuh cinta. Karena aku percaya cinta akan merubah semuanya. Merubah sifat, sikap, gaya dan lainnya.

***

Yey, Pagi yang cerah kali ini. Waktunya untuk beraksi. Sayangnya kali ini alarm membangunkanku pukul 06.15. Telat lagi. 'Inii kan hari penting felinnn' gumunku sesambil memakai baju. Entah kenapa disetiap hari pentingku, aku selalu saja terlambat. Sepertinya Tuhan tidak mengijinkanku untuk datang pagi atau memang akunya yang terlalu kebo. Ahh, sudahlah! Ayo berangkat.
'Gak sarapan dulu?' tanya mama yang sedang menyiapkan makanan.
'Sarapan?' kataku berhenti
'Iya. Nasi goreng? Yakin gak sarapan? Kata mama.
'Bentar ma' lirik jam tangan. Pukul 06.45. 'Udah telat ma. Besok aja. Dahhh' ucapku langsung bergegas berangkat menuju sekolah.

Sejujurnya jarak dari rumah ke sekolah tidak jauh. Hanya membutuhkan waktu 20menit. Karena disini macet. Jadi bisa bisa sampe 30menit deh sampe sekolah.

Akhirnyaaa...
30menit berlalu. Aku sampai juga di sekolah. Ku parkirkan motorku dan berlari menuju ruang osis. Sialnya kali ini saat ingin menaiki tangga. Wajah tengil itu muncul. Tanpa memperdulikannya aku langsung menaiki tangga. Menaruh tasku di ruang OSIS yang sudah ramai dengan orang.
'Sory telat' ucapku terpenggeh penggeh
'Telat lagi lu lin' ledek evin
'Udah diem lu vin' sautku. Tak lama berselang datanglah manusia tertengil yang ada didunia ini. Aku langsung buru buru masuk. Tak mau dekat dengan manusia aneh macam itu.
'Hai kak' sapaku duduk disamping ain. Ain tersenyum. Manusia tengil itu duduk disampingku. Dengan wajah acuh tak acuh aku malas melihatnya.
'Hai lin' sapa syihab. Ku lirik ke arahnya lalu mengalihkan pandanganku lagi. Aelah. Kezel.

***

Teriknya cuaca dihari ke-2. Aku menjaga stand minuman kali ini. Meskipun pada nyatanya aku konsumsi tapi itu tidak masalah. Kamu(ain) datang menuju standku. Kamu tampak keren dengan seragam futsal itu. Warna merah cocok juga denganmu rupanya. Disampingku kamu duduk.
'Mau tanding kak?' tanyaku
'Iya nih' jawab Ain tersenyum
'Nih minum dulu pocarinya' kataku memberikan sebotol pocari.
'Makasih' ucapnya tersenyum sesambil memegang kepalaku dan mengelusnya. Aku hanya mampu diam. YaTuhan, untuk pertama kalinya ia memegang kepalaku. Kamu. Jantung ini berdetak kencang lagi.
'Yaudah. Nanti nonton ya. Makasih minumnya' kata Ain menuju ke lapangan.
Senangnya. Sebab karena kamu, aku bisa tersenyum lepas seperti ini lagi.

Tepat pukul 14.00. Ain cs bertanding. Andi juga termasuk didalamnya.  Sayangnya aku gak bisa liat ia bertanding karena tugasku. Doaku dalam hati. Semoga gol kemenangan menambah senyummu nanti.

'Woy' panggil syihab
'Ape?' sautku
'Jutek banget lu. Ayo nonton' kata syihab yang sedang asik menaiki sepedanya.
'Gua jaga ini. Lo gak liat?' ucapku
'Udah tinggal aja. Itu kan ada keamanan. Kaga bakal ada yang ilang. Gua jamin' kata syihab menghampiriku sesambil menggandeng tanganku.
'Ta tapii. Aduh' ucapku yang digeretnya. Manusia macam apa dia. Aneh, ngeselin, sok kenal. Tapi lucu juga sih.

Syihab namanya. 

kamu (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang