Bagian Kedelapan

143 5 0
                                    

Tak terasa waktu terus berlalu. Perasaan ini semakin jelas rasanya. Bagaimana bisa, aku dengan mudah jatuh hati dengan seseorang. Rasanya aneh. Tapi ini nyata. Ain, cinta pertama didalam hidupku. Rasa yang menggebu gebu ini tak dapat ku ingkari. Tetapi tak mungkin bila jujur. Karena aku takut semua berubah setelah aku jujur. Aku takut. Dan aku, tak mau hal itu terjadi.

Kini Ain duduk di kelas 12.  Tak banyak waktuku dengannya. Aku tau. Disatu tahun terakhirnya aku berharap perasaannya sama denganku. Iya. Aku harap begitu.

'felin' panggil Nadin mengagetkan ku. Aku sedang di perpus. Seperti biasa. Ada banyak novel yang bisa ku baca.

Aku terkejut. Langsung meliriknya.

'cuek banget. mikirin siapa sih?' tanya Nadin duduk didepan mejaku.

'gua gak apa apa kali. lo gak liat gua baca?' jawabku melirik tajam ke arahnya.

'iya gua liat. galak banget. kantin yukkk' ajak Nadin dengan wajah sok manisnya itu.

'Males gua' kataku tak memperdulikan ajakannya.

Nadin bangkit dari tempat duduknya dan langsung menarikku ke luar perpustakaan. Begitulah tingkah lakunya.

Setelah makan dikantin. Kami menuju kelas. Karena waktu masuk akan segera tiba. Nadin menceritakan kedekatannya dengan Andi. Ia bercerita kalau Andi itu cuek dengannya. Tapi meski begitu Nadin tetap menyukainya. Aneh sih. Karena Andi selalu perhatian denganku.

'Stop stop' ucap Nadin memotong obrolan kami

'Ada apa? Ayo udah mau masuk' kataku.

Nadin melihat ke arah sebrang kelas. Ada Andi disana. Bersama Ain. Aku yang ikut melihat ke arah Andi dan Ain, seketika langsun tersenyum. Andi melambaikan tangannya. Si Nadin yang ke GRan itu langsung senang seketika. Ia kegirangan. Meloncat loncat, jungkir balik, sampe mau terbang dia. Haha boong loh ini

***

Ketemu minggu juga, aku janjian sama Andi. Katanya sih dia mau ngajak aku nonton gitu. Sejujurnya bingung. Gak enak sama Nadin. Tapi dia meminta. Yaaudah mau deh.

Andi menjemputku pukul 9 pagi. Dengan pakaian serba hitamnya dia. Keren juga sih. Ya walaupun buncitnya masih keliatan. Haha itu lucu kok tapi.

Kita berdua langsung nonton film horror. Aku penakut. Sedangkan si Andi pemberani banget. Aku sesekali menutup mataku. Dan dia selalu meledekku penakut. Cowok itu sok berani ya. Nyebelin. Sesekali aku nyubitin dia. Karena keisengannya. Tapi hal ini menyenangkan.

Selesai nonton, kami makan bakmi di Mall tersebut. Saat sedang makan dan ngobrol seru seruan sama Andi. Ku lihat Ain bersama Kak caca. Terdiam aku melihatnya. Mengalihkan wajahku. Jantung ini berdetak kencang. Rasanya ada yang tergores dihati ini. Sakit sekali. Perasaan yang tak bisa kujelaskan. Perasaan ku hancur.

Andi yang melihatku diam tiba tiba merasa aneh.
'Lo kenapa cil' tanya Andi. Ia memanggilku Acil. Singkatan dari anak kecil.

'Ha' gak apa apa kok' jawabku tersenyum.

Sepulang dari kejadian tadi. Aku mengurung di kamar. Sakit rasanya. Pesan Ain yang menceritakan tentang jalan pertamanya membuatku semakin hancur. Aku tetap membalas pesannya dengan selalu mendukungnya mendapatkan Kak caca. Tanpa ia tau. Hatiku tergores.

kamu (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang