Bagian Ketujuh

154 6 0
                                    

Selesai kegiatan futsal disekolahku. 1 bulan lebih kegiatan itu dirancang dan sudah terlaksana seminggu kemarin. Kegiatan yang lainnya menunggu. Ku harap masih banyak waktu.

***

Kegiatan selesai. Tapi tetap belum ada liburan. Huh, menyebalkan memang tapi itu bukan masalah. Aku punya semangat baru kini. Berkali kali kujelaskan mengenai senyumnya. Energi positif itu.

Sekolah lagiiii..
Ketemu de'e lagi. Hehe. Kali ini aku gak bisa melihat dari dekat.
Hanya pada jam istirahat. Hujan mengguyur sekolahku. Kulihat Ain didepan kelasnya. Walau samarsamar terlihat tapi sepertinya ia tampak murung. Kuambil ponselku. Kulirik ia dari jauh. Dan ku mulai kirim pesan untuknya. Kutanya 'kamu kenapa'. Ia hanya membalas bahwa ia baik baik aja. Aku tau ia bohong. Terus kudesak. Akhirnya aku tau alasannya. Ia menyukai seseorang. Dan orang itu bukan aku. Melainkan seniorku bernama Caca. Kalian tau? Untuk pertama kalinya hatiku sakit. Ada rasa menusuk dihatiku, yang tak dapat kumengerti. Tapi tak cukup kekuatan untuk melarangnya menyukai seseorang. Hanya mampu tersenyum dan mulai mendengarkan ceritanya. Ibarat kan Pena dan kertas. Aku adalah kertas yang siap menerima setiap goresan pena. Tanpa ia tau. Terkadang goresan yang ia buat itu sakit. Teramat sakit.

***

Tiada yang berubah dari hariku. Dengan perasaan ini aku bertahan. Hampir setiap harinya, kudengar curahannya mengenai kak Caca. Ain suka sifatnya. Kuakui kak Caca orang yang baik. Pipinya tembem dan ia seorang penyanyi yang handal. Suaranya merdu. Dibandingkan aku? kalah jauh.
'de' panggil Ain. Aku sedang berjalan menuju kelas. Sehabis dari perpustakaan.
'iya kak' sautku berhenti.
'nanti rapat osis kan? salam buat caca ya' ucapnya yang terlihat sangat bahagia sekali.
'iya kak. nanti aku sampaein' kataku tersenyum. Ia mengelus kepalaku lalu pergi.

Aku gak bisa apa apa. Untuk bilang 'gua gak suka lo deket sama cewek lain' saja, aku gak punya hak. Ya Tuhan, semoga ia bahagia dengan pilihannya. Aku hanya bisa diam selalu begitu. Bagiku, mendengarkan curahan hatinya setiap hari saja aku sudah beruntung. Memperhatikannya dari jauh. Selalu nemenin dia kalau sendirian. Banyak waktuku bersama itu sudah jauh lebih cukup.

***

'selamat pagi. sahabatku yang gak pernah jatuh cintaa' ledek Nadin yang baru datang. Aku sudah datang dari tadi. Hari ini aku gak telat. Tumben kan. hehe
'apa sih Nadinn' sautku memainkan hape
'lo kenapa? galau?' tanya Nadin . Mendengar pertanyaan itu aku hanya diam. Aku gak bisa kasih tau siapapun dengan hatiku. Untuk apa mereka tau, aku yakin mereka tak akan mau mengerti. Biar kusimpan. Sampai batas waktu yang tak kutentukan.

kamu (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang