Bagian kesebelas

128 4 0
                                    

Rasanya tak berhenti tersenyum kali ini. Sejak Ain menjauhi dari Kak caca ia mulai sangat dekat denganku. Semakin sering pesan singkat yang kami saling balas. Rasanya retakan yang kemarin mulai sembuh. Meskipun tak seluruhnya sembuh. Aku jadi lebih semangat pergi kesekolah dan mengikuti berbagai kegiatan sekolah.

Ain selalu melihat ke arahku sekarang. Dia mulai menggandeng tanganku. Menatapku dengan senyumnya yang sangat ku suka. Selalu begitu. Apa ini tandanya ia menyukaiku? Mencintaiku? Seperti perasaan yang tak mampu ku ungkapkan padanya.

'Felinn' panggil mama. Suaranya keras terdengar sampai kamarku.

Aku yang mendengarnya langsung berlari menuju luar. Menghampiri mama di ruang keluarga.

'Kenapa ma?' Tanyaku

'Sini duduk' ajak mama duduk disampingnya

Perlahan aku berjalan menuju sofa tempat mama dan papa duduk. Sepertinya aku tau apa yang akan diperbincangkan. Dengan raut wajah ragu aku duduk di dekat mama. Sesekali menarik nafas. Mama mulai mengelus kepalaku. Papa mulai menggenggam tanganku. Aku hanya diam.

'Ada apa ma? Pa?' Tanyaku melihat ke mereka berdua

'Kelas 3 awal nanti. Kamu harus pindah. Papa minta maaf' jawab papa. Aku tau papa menahan airmatanya.

'Iya sayang. Nanti kami menyusul. Kami janji' tambah mama yang sama sama menahan air mata.

'Ta tapi kenapa?kok aku?' Tanyaku heran

'Karena kamu yang kami percaya. Mau ya? Demi kebaikan keluarga kita sayang' jelas mama

Aku terdiam. Amarahku tak tertahan lagi. Aku sangat kesal. Mendengar jawaban mama, aku langsung berlari menuju kamar. Melepas genggaman papa dan mama. Mana bisa kebahagiaanku satusatunya akan diambil. Aku hanya menangis dikamar. Bersama boneka mario bross disisiku. Pesan dari ain, andi, bahkan syihab tak ku balas. Rasanya akan ada mimpi buruk nantinya.

***

Setelah percakapan malam itu, aku tetap masuk sekolah seperti biasa. Bertemu Ain, Evin, Syihab dan lainnya. Nadin masih marah padaku. Sesekali aku menyapanya tapi ia mengacuhkanku. Kalian pasti tau rasanya dimusuhin sama sahabat sendiri. Itu lebih sakit dari sekedar di marahin guru gara gara gak ngerjain pr.

Oiya, aku udah jarang telat loh. Aku selalu berusaha ON TIME. Tapi kadang suka terlalu pagi datangnya. Yaa, yasudahlah. Saat sedang menunggu papa di warung Buk kentang. Evin tiba tiba datang.

'Eh lin' panggil Evin melepas helmnya

'Heh? Ngapain lu vin' tanyaku

'Lu deket sama Ain?' Tanya Evin dengan wajah khawatir

'Iya. Deket sih. Kenapa?' Kataku heran

'Lo harus jauhin dia. Gua liat, dia jalan sama cewek' jelas Evin

'Ya ya udah. Gua kan bukan pacarnya juga vin. Jadi gak ada hak apa a apa' ucapku terbata bata.

Evin terus meyakinkan apa yang tadi ia lihat. Jantungku berdebuk kencang. Seperti ada gempa didalamnya. Aku menahan air mataku didepan Evin. Mencoba terlihat kuat didepannya. Hingga selang beberapa menit papa datang. Aku langsung pulang. Rasanya tak percaya. Enggak, Evin pasti salah liat.

Aku yang selama ini nemenin kamu

Aku yang selama ini buat kamu bahagia

Aku yang dalam diamku, mencintai kamu tanpa punya niat untuk menyakiti kamu

Aku yang dateng, lalu megang tangan kamu dan bilang 'kamu gak boleh sedih'

Aku yang setiap harinya nunggu senyuman itu datang

Aku yang berubah jadi perempuan yang jauh lebih rajin demi kamu

Apa kamu gak liat itu?

kamu (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang