Bagian keenam

177 5 0
                                    

Tak terasa sudah. Hampir seminggu lamanya. Acara kami hampir selesai. Besok final. Tim Syihab ataupun ain kalah dibabak penyisihan. Tak apa apa. Kalah atau menang sama saja bukan? Sama sama sudah berusaha.

***

Disudut jendela, aku melihat ke arah luar. Rumahku tak cukup besar untuk punya taman. Jendela dirumah langsung menghubungkanku pada jalan luar rumah. Dibatasi tembok memang, tapi tetap terlihat kok.
Kendaraan sesekali melewati depan . Meski malam sekalipun. Kota ini tak pernah sepi. Masih ramai sejak dulu.

Toktoktok. Suara ketukan pintu dari luar.
'Iya? Masuk aja' kataku. Ternyata itu mama. Aku fikir siapa.
' ada apa ma?' tanyaku
'Kamu tau kan permasalahan keluarga kita?' ucap mama mendekatiku
'Iya. Papakan? Kenapa?' tanyaku heran.
'Kita pindah ke solo yuk. Kamu yang akan pindah duluan' jawab mama yang terlihat ragu berbicara padaku
'Aku? Aku kan sekolah. Aku gak mau!' kataku sedikit kesal
'Tapi sayang. Papa kamu sudah bangkrut disini. Kamu harus pindah' mama coba menjelaskan kondisi yang ada.
'Gak! Aku gak mau. Titik. Dan jangan paksa aku' kataku sedikit keras.
Mama coba terus menjelaskan padaku tentang kondisi yang sedang keluargu alami. Setahun ini, papa bangkrut dari bisnisnya. Ia ditipu habis habisan. Rumah, mobil, motor. Semua terpaksa dijual. Entah pada siapa aku harus marah.

***

Final futsal hari ini. Masih dalam kondisi malas aku tetap terlihat baik baik saja. Tak perlu ku ceritakan. Rasanya percuma juga.

'Feliinn' panggil orang dari belakang yang memelukku dari belakang.
' Aduhh siapa sih' kataku menengok kebelakang. Rupanya itu Nadin. Sahabat bodohku ini menyebalkan.
'Lu kenapa sayang? Ini minumannya gua beli deh' kata Nadin dengan gayanya yang super duber alay.
'Gak apa apa kok' Jawabku tersenyum.
'Lo mah rahasia"an terus' kata Nadin
'Gua gak apa apa nadin. Bete aj gua hari ini' jelasku
'Eh eh itu siapa sih? Keren banget' kata nadin melirik si andi buncit
'Andi. Kenapa? Lu suka dia?' tanyaku dengan raut wajah kepo
'Iyaa. Dari kemarin gua perhatiin dia terus. Namanya Andi? Yaudah gua cabut dulu ya. Byee' kata Nadin yang seketika meninggalkanku. Biarkan lah dia pergi. Berisik kalau dia di sini.

Selesai sudah pertandingannya. Semua lancar, aman, terkendali. Aku yang sedang duduk di meja stand. Menunggu semua panitia datang. Ain datang duluan rupanya.
'Hai' sapa Ain duduk disampingku
'Iya' sapaku balik dengan senyum kudaku.
'Kayaknya hari ini gak semangat banget' kata Ain
'Biasa aja kok' jawabku menggoyang goyangkan kakiku
'Jangan sedih dong nanti kakak ikutan sedih' ucap Ain. Menenangkanku. Aku hanya tersenyum. Ain mengelus kepalaku sesambil tersenyum. Selalu. Ada energi positif setiap ia datang lalu tersenyum. Energi positif yang membuat jantungku berdetak. Fix. Aku sayang sama dia. Sayangnya aku gak tau, apa yang ia rasakan. Apa harus kuberitahu dia? Enggak gak bisa. Biarkan waktu berjalan apa adanya. Nantinya juga ia tau.

Tak lama berselang, seluruh panitia berkumpul. Evaluasi terakhir. Senang rasanya bisa bekerja sama dengan kalian. Dapat seseorang baru yang masuk dalam kehidupanku. Aku jatuh hati pada seorang Ain. Ia Ain. Bukan yang lain.

kamu (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang