Kelimabelas

105 6 0
                                    

Berhari hari semuanya masih tetap sama. Andi diam, Nadin diam. Dijalan setapak taman kota. Kuberjalan sendirian,cukup ramai memang. Tapi semua nampak sepi. Ain juga pergi bersama yang lain tanpa aku tau kabarnya. Duniaku kini kosong. Tak ada yang mampu mengisi hari-hariku. Aku benci suasana seperti ini. Tak adakah seseorang yang Tuhan kirim untukku? Aku terus berjalan memikirkan semuanya

*handphone berbunyi*
Saatku lihat dari siapa. Rupanya Ain, kutarik nafas dalam dalam lalu membuangnya sebelum kuangkat.

'Haloo' kataku mengangkat telfon

'Kamu dimana?' Tanya Ain

'Ditaman kota' jawanku

'Tunggu ya. Aku kesana' ucap Ain

'Iya, deket air mancur ya' kataku

'Oke' jawab Ain mematikan telfonnya.

Tuhan, bolehkah aku bertanya? Jika dia tidak diciptakan untuk kita. Kenapa dia selalu hadir dan ada. Tak bisakah Engkau menghapusnya. Semua tampak menyakitkan bilaku melanjutkannya. Akankah ini adil untuk hatiku? Aku rasa tidak. Cinta sendirian menyakitkan. Aku tidak suka.

Tak lama berselang Ain datang membawa balon berwarna biru yang jumlahnya 3. Aku yang melihatnya dari kejauhan bahkan bingung apa yang akan ia lakukan. Ia melambaikan tangan kananya dari kejauhan bersama dengan senyuman yang selaluku lihat. Meski tidak terlalu jelas. Setidaknya aku masih bisa melihatnya.

'Haii' sapa Ain dengan senyumnya yang membuatnya semakin tampan

'Kenapa bawa balon? Ada yang ulang tahun?' Tanyaku melihat kearah balon itu sesambil memberikan sedikit garis lengkung dibibirku

'Yeee, bukan. Nih' memberikan kertas kosong dan pulpen padaku

'Buat apa?' Kataku dengan raut wajah bingung

'Aku gak tau, kamu lagi ada masalah apa. Tapi yang aku tau. Senyum dibibir kamu itu berubah menjadi cemberut yang membuat orang yang melihatnya merasa aneh. Luapin semuanya. Inii' ungkap Ain menatapku dengan senyum itu.

'Jadi aku harus nulis dikertas ini?' Tanyaku mengambil kertas yang Ain berikan

'Iyes. Ayo tulis. Biar aku foto' jawab Ain yang mulai mengikat balon-balon itu di kursi dan bersiap memotretku

'Kenapa harus di foto' tanyaku

'Karena..... aku... sayang kamu' jawabnya sesambil tertawa

'Ha ha ha. Lucu :p. Oke aku tulis' kataku

Aku mulai menulis sesuatu disecarik kertaa itu. Ain dengan serius memotretku dengan kamera miliknya. Kata demi kata kususun dengan baik. Isi dalam secarik kertas itu

Tuhan manusia yang sedang sibuk memotretku ini adalah cinta pertamaku. Entah kenapa hal yang ia berikan sangatlah sederhana namun membekas dihatiku. Ia mampu membuka hatiku yang tergembok.
Tuhan waktuku tak lama lagi. Bisakah dia bersamaku? Bolehkah hal itu terjadi? Jika tidak. Bisakah Engkau buang jauh perasaan ini. Aku tidak suka bila harus jatuh cinta sendirian

Ukirku disecarik kertas itu. Kata hatiku terdalam yang tak mampu ku katakan.

'Udah' ucapku

'Oke kalau udah. Sini aku lipet' jelas Ain yang mulai melipat kertas. Setelah melipatnya ia mengikatnya pada ketiga balon biru itu.

'Ayo sekarang kamu berdiri' Ain menarikku agar berdiri

'Pegang balonnya' suruh Ain. Perlahan tanganku mulai menggenggam balon. Diikuti tangan Ain yang memegang balon yang sedang kupegang dengan tangan. Ia menatapku. Bisakah tidak menatapku begitu. Jantungku mau lepas rasanya. Dengan rasa canggung dan degdegkan. Ain tibatiba memberikan senyumnya

'Semoga katakata yang ada didalam balon ini. Akan melegakan hati kamu. Meskipun hanya sedikir. Ayo kita lepas' jelas Ain padaku.

Yang bisaku jawab hanya menganggukan kepala. Dan mulai hitung mundur

3...2...1...
Lepass....

Ucapku melepaskan balon itu dari genggaman. Balon itu terbang tinggi. Semoga nanti ia jatuh ditempat yang tepat. Iya. Aku harap begitu :)

kamu (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang