Bagian itu benar hilang

103 3 0
                                    

Kumenangis semalaman. Air mataku menetes membasahi pipiku. Sebisa mungkin ku tahan, tapi ada daya. Semua tak mampu kutahan. Rasanya sakit sekali. Kakak terbaikku, akan berubah setelah kejadian dimalam itu. Mataku mulai lelah, sama seperti otakku. Kuterpejam seketika. Kuharap esok semua akan baik-baik saja. Semua yang terjadi hari ini, hanyalah mimpi belaka yang akan hilang setelah aku terbangun esok hari. Iya, aku harap begitu.

***

Keesokannya, tepat dimana sebulan lagi menuju UN kelas 3. Berarti waktuku tak kan lama lagi. Haruskah aku jujur? Pantaskah hal itu dilakukan seorang perempuan? Bagiku kini itu rasanya tidak.

Dengan rambut diikat kuda. Aku berangkat menuju sekolah. Dengan mata bengep sehabis nangis semalam. Ku kuatkan hatiku, aku yakin Andi akan baik baik saja nanti. Karena Andi hanya untuk Nadin sahabat terbaikku. Iya, Nadin.

'Ma, aku berangkat ya' kataku sesambil memakai sepatu diteras rumah

'Bentar sayang' ucap Mama menghampiriku

'Sayang, kelas 3 kamu pindah ya. Mama mohon nak' mama memegang pundakku dengan mata berkaca-kaca.

Saat itu aku terdiam. Berfikir sejenak. Melihat mata mama yang penuh dengan harapan padaku.

'Iya ma. Nanti ya kelas 3' jawabku tersenyum.

Mama perlahan tersenyum. Mengelus-ngelus pundakku. Terlihat jelas bahwa ia bahagia. Meski kutahu ini semua terpaksa ia lakukan.

'Yaudah. Felin berangkat ya' pamit ku. Dengan motor kesayanganku, aku berangkat menuju kesekolah.

Sesampainya disana, aku segera menuju kelas. Telat 5 menit. Tapi itu gak apa apa. Hehe. Udah biasa soalnya. Lariku ngebut sengebut ngebutnya.

Guuubrakkkk.......

'Aduhhh' ucapku yang tersungkur dilantai. Aku menabrak seseorang. Ku angkat kepalaku dan melihat siapa yang kutabrak. Rupanya dia Ain.

'Ain? Aduhh bantuin gua berdiri dong' mintaku pada Ain yang hanya diam saja. Ain menjulurkan tangannya.

'Kamu telat lagi? Kemarin kemana? Matanya kenapa bengep gitu?' Tanya Ain panjang lebar. Huh menyebalkan.

'Nanti gua jawab. Awas! Gua udah telat' kataku yang langsung pergi meninggalkan Ain.

Sudah kuduga sampai dikelas pasti aku dihukum. Alhasil aku dihukum dengan satu paket tugas yang buanyakkk banget. Evin yang melihatku diomelin guru hanya diam menahan tawa. Murid kelas yang lain juga.

Sepulang sekolah Evin menghampiriku yang sedang membereskan buku buku pelajaran. Eh enggak deh, kebanyakan novel. Haha

'Eh pe'a' sapa Evin duduk diatas meja sesambil memegang buku-buku bacaan yang kubawa

'Apaan?' Sautku dengan wajah judes sesambil memonyongkan bibirku karena pasti dia akan mengomeliku

'Sekolah itu bawa buku pelajaran, bukan novel. Mata lo kenapa bengep?' Oceh Evin panjang lebar yang membuat kupingku panas. Aku yang mendengarkan hanya diam sesekali meliriknya.

'Eh kalau orang tanya tuh jawab' ucap Evin kesal

'Udahlah vin. Gua bakal pindah dari sekolah ini. Tapi jangan kasih tau Nadin. Gua gak mau dia tau dulu. Udah ya gua cabut. Nanti gua ceritain di bbm. Oke! Bye' Kataku menepuk pundak Evin lalu pergi menuju parkiran. Evin saat itu terkejut dan mencoba mengikuti dari belakang.

'Lin, jelasin sama gua' Evin berdiri didepanku. Aku tersenyum dan meninggalkannya. Rasanya tidak siap kalau kuberitahu waktuku di sini sudah tidak lama lagi. Nadin juga masih diam seribu bahasa. Sudah tidak ada lagi yang perlu kupertahankan selain orang itu. Kalian pasti tau.

Saat sedang memakai masker dan jaket. Kulihat Andi yang juga sedang bersiap pulang. Tanpa basa basi dan berpikir panjang aku langsung berlari menuju Andi berada yaitu didekat motornya.

'Andii' panggilku berlari secepat tenaga. Karena Andi akan segera pergi. Terlihat bahwa Andi yang melihatku mencoba cepat-cepat pergi. Aku langsung berlari lebih cepat dan menghadangnya.

'Tunggu' hadangku . Andi memberhentikan motornya yang berjalan perlahan. Andi membuka helm

'Lo mau apa? Minggir!' Tegas Andi

'Gua gak mau lo berubah kayak gini. Plis jangan kayak gini ndi. Lokan kakak terbaik guaa. Ndi? Ucapku terbata-bata. Nafasku ngos-ngosan.

'Semua nya udah mati. Pergi lo, atau gak gua tabrak' ucap Andi menutup helmnya langsung pergi melewatiku. Mataku memerah menahan air mataku agar tidak menetes. Hancur sekali Tuhan. Semuanya benar benar hilang. Selesai sudah.

kamu (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang