2 : m a t e

14.1K 1K 16
                                    

Hari ini, hari dimulai nya perburuan pertama Summer. matahari bahkan belum merangkak dari peraduan, namun kedua gadis itu sudah siap untuk berangkat menyusuri hutan.

Akibat posisi rumah mereka yang berada di pinggiran hutan, Emily terpaksa menarik Summer dari mimpi indah nya agar mereka berdua lebih cepat sampai ke tengah hutan sebelum fajar tiba.

Summer mengikat tali sepatunya asal - asalan, ia menguap kemudian menggelengkan kepala nya agar tetap terjaga.

"Menyebalkan, aku bahkan baru tidur tiga jam" Summer merengut kesal menelusupkan kedua tangan kedalam saku mantel coklat.

Emily tersenyum saat menyaksikan ekspresi kesal Summer, gadis itu menarik pelan pipi sang gadis hingga terdengar suara rintihan.

"Sudah kubilang, menjadi werewolfhunter bukanlah hal yang menyenangakan. kau tahu? bahkan saat kau tengah tertidur lelap, aku harus berangkat sepagi ini dan kembali lagi tiga jam kemudian"

Emily melempar busur dan anak panah ke arah Summer, lekas saja ia menangkap nya dengan sigap.

Summer mengamati busur itu, ada ukiran bunga mawar melintang panjang dari sisi satu ke sisi lain nya.

Busur mendiang ibu

Klak.

Mata Summer beralih memandang Emily, sang kakak tengah sibuk mengisi peluru pada pistol yang akan di gunakan.

"Tidak adil, kenapa aku tidak boleh memakai pistol?" rengek Summer.

"Kau bahkan belum lancar menggunakan busur, bagaimana mungkin menggunakan pistol?" ejek Emily.

Summer mendelik, sembari mengikuti langkah sang kakak di depan nya.

"Apa hubungan nya? menurut ku lebih asik menembak dari pada memanah"

Emily tidak menggubris perkataan Summer, tangan lentik itu tengah sibuk menyingkirkan semak belukar yang menghalangi jalan.

Sepuluh menit

Dua puluh menit

"Berapa lama lagi? sudah sejam kita berjalan, ah melelahkan sekali. aku perlu kasur empuk ku dan juga bantal kesayangan ku"

Summer meracau tanpa memperhatikan Emily yang berhenti mendadak, alhasil gadis mungil itu membentur punggung sang kakak

"Itu dia"

Untuk pertama kalinya Summer melihat seekor werewolf raksasa di depan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk pertama kalinya Summer melihat seekor werewolf raksasa di depan mata. Serigala itu memiliki corak emas yang sangat indah, mata nya berwarna semerah darah sangat kontras dengan bulu - bulu nya yang terkesan elegan.

Sang serigala memicing menatap Summer, saat sang gadis tengah menarik sesuatu dari belakang punggung nya.

"Emily, s-serigala itu.. d-dia menatap ku"

Summer melangkah mundur, namun tertahan akibat teriakan Emily dari kejauhan.

"Cepat bunuh dia! bukankah hal ini sudah kau tunggu sejak dulu?"

Summer menggeleng namun tetap melanjutkan aktivitas nya, tangan menarik anak panah sekuat mungkin. ia berusaha membidik sang werewolf dengan tepat sasaran.

Anak panah berlapis perak terlepas kencang membelah angin, namun sial nya sama sekali tidak menggores si werewolf sedikit pun.

Werewolf emas itu menggeram, ia berlari secepat kilat kearah Summer.

Summer terbelalak kaget, lidah nya seakan kelu untuk mengucapkan kata tolong. dan kedua kaki nya seakan tertanam dalam lumpur hisap, tak berniat bergeser barang sejengkal pun.

Mati

Tidak ada hal yang pantas di gambar kan selain kematian, Summer menutup mata serapat mungkin. menulikan telinga nya ketika Emily mengucapkan sumpah serapah.

Detik - detik itu adalah hal - hal paling tidak ingin Summer ingat. suara teriakan, gemuruh angin, erangan dan bunyi peluru yang dilepaskan dari tempat nya.

Hening

Summer membuka mata perlahan, gadis itu memekik kaget saat melihat pemandangan di hadapan nya saat ini.

Seekor serigala raksasa telah tumbang, diikuti rembesan darah dari tempat dimana sebuah peluru bersarang.

PLAK

"Apa kau gila? kemana otak mu? kau bertekad ingin membinasakan seluruh werewolf ? lihat, bahkan untuk hal ini saja kau tidak bisa"

Emily membentak, wajah nya memerah menahan amarah yang kian menggebu.

"Maaf"

Bulir - bulir bening menetes dari kelopak mata Summer, air mata itu mengalir melewati pipi dan mendarat di atas tanah kering.

"Maaf. Maaf. Maaf"

Summer berulang kali bergumam, memukul dada sekeras mungkin serasa ada sesuatu yang mengganjal saat melihat satu - satu nya keluarga yang ia miliki tengah kecewa padanya.

Bukan sekali, namun berulang kali [].

MATE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang