Aku Tersenyum, Lagi.

69 4 0
                                        

Kuberhentikan sepedaku disebuah rumah. Kuberanikan diri maju dua langkah. Lalu seseorang keluar dari balik pintu. Guntur? Duh. Lalu kemudian ku berbalik. Akan tetapi, "Ra!". berbalik gak ya?.
"Hey!".
Nyahut aja kali ya, gak salah kan?
Aku tersenyum kaku, "Eh hey Guntur".
"Mampir sini!", sambil menyuruhku untuk masuk ke dalam rumahnya.
Aku mengeryitkan dahiku, "Hmm?".
Guntur mengulang perkataannya, "Mampir lah sekali-sekali".
Aku terdiam sejenak. Kemudian ku langkahkan kakiku untuk mendekatinya. "Duduk", lanjut Guntur.
Aku mengangguk malu-malu.
"Tadi lagi ngapain emang?".
"Tadi itu ...", aku bingung harus jawab apa, "Lagi jalan-jalan sore aja".
"Sendirian?"
Aku mengangguk, "Yup".

Kemudian hening. Aku mencoba menghilangkan situasi ini. "Wali kelas kamu siapa?".
"Ibu Indri".
Aku ingat perkataan teman-teman sekelasku yang dulu pernah sekelas dengannya satu tahun yang lalu kalau Guntur sering telat ketika pelajarannya. Ah, aku pakai alasan itu aja, hihi.
"Bukannya, kamu sering telat ya pas pelajarannya Ibu Indri?", disertai ketawa kecil. Semoga tak menyakitkan hatinya.
"Ohaha iya, duh sekarangnya malah jadi wali kelas". Dia ketawa? Berarti aku berhasil ya? Hehe.
"Kamu sih wali kelasnya siapa?", tanya Guntur balik.
"Mrs. Lastri".
"Oh iya ya, tau aja yang kelas inggris mah ehehe".
Waktu pun berlalu. Sekarang, aku dan Guntur saling tertawa. Sangat bahagia perasaanku jika begini.
Aku melihat arlojiku, "Eh udah mau maghrib. Aku pulang ya?".
"Oh iya, cewek itu harus ada dirumah kalau hari sudah gelap tuh".
Aku tersenyum mendengarnya. "Yaudah kalau gitu, aku balik dulu ya", kemudian aku menuju sepedaku dan menaikinya.
"Hati-hati ya Ra!".
Aku tersenyum, lagi.

...

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang