Ah, nyesel kan!

58 3 0
                                    

Dilan mendekatiku dengan tiba-tiba, "Ra, sumpah kamu kemarin pulbar sama dia?"
Aku membalasnya dengan senyuman. Entah senyuman apa.
"Jangan terbang tinggi dulu deh kalau belum cukup menguasai. Nanti kalau jatuh, sakit loh", Reina, teman obrolanku selain dengan Dilan.
"Iya loh, Ra. Kamu harus bisa menguasai dulu, baru deh kamu bisa terbang kesana kemari", begitu juga dengan Acelle.
"Ya tanyain aja ke dia. Serius apa engga sama kamu, gampang kan?", dan Mischa.
Aku menghela nafas, "Iya juga sih, aku juga masih belum tahu siapa yang ada dihatinya".
Sekarang aku benar-benar penasaran.

Aku melihatnya berdiri tepat didepan kelas nya. Entah apa yang ada difikiranku sekarang. Disisi lain aku ingin menyapanya. Menyapa sosok yang sangat aku kenal. Namun disisi lain juga, aku tak ingin mendekatinya dalam ramai. Entah kenapa, aku jadi merasa 'asing.' Apakah kata itu pantas aku fikirkan?

Langkahku 30 cm lebih ke depan. Lalu 30 cm lagi, lagi, dan lagi. Hampir aku mendekatinya, "Rara!", seseorang memanggilku dari dalam kelasku. "Apa, Dil?", It's not timming, hunny!. "Buku paket Bahasa Indonesia mana? Ada tugas nih dari ibunya". Memang bukan saatnya aku bisa melihatnya sekarang, "Ada di tas aku, Dil. Ambil aja di tempat buku-buku, gapapa", jawabku.

Aku kembali pada tempatku sebelum Dilan memanggilku, depan pintu. Tiba-tiba seseorang menggandeng tanganku, "Ra, anter ke WC yuk, please", dengan sedikit merayu, "Tapi WC yang dibawah tangga aja ya, soalnya lebih bersih", lanjut Acelle. Aku fikir Guntur sudah masuk kelas. Huft, aku mengangguk.

Baru saja dua langkah ke depan, Guntur? Kok malah duduk di depan sih? Duh. Aku tahan kakiku untuk melangkah lagi. "Ayo Ra! Udah kebelet nih", dorong Acelle. Aku terpaksa melanjutkan kakiku yang sebenarnya tak ingin kulanjutkan lagi. Calm down Ra, calm down please!

"Hai, Guntur!"

Guntur menyahut, "Oh, hai Acelle!", lalu melihatku.

Aku harus gimana ini? Nyapa gak usah ya? Sapa aja kali ya, biar kek Acelle. Tapi kalau dia nya gak nyahut, gimana dong?

Guntur tersenyum melihatku sambil berkata, "Ra!", dengan agak pelan.

Aku hanya balas senyum padanya. Lalu kejadian itu pun hanya 5 detik. Ah harusnya aku menyapanya. Masa aku kalah dengan yang lainnya. Bukankah kita sudah saling mengenal satu sama lain? Ah, nyesel kan!.

---

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang