Pasrah

48 2 1
                                    

"Ra, ini gimana sih caranya? Bingung gitu ngerjainnya".
"Ini tuh diginiin dulu...", aku menunjukkan catatan sebelumnya pada Reina. Kimia memang sulit, huft.

Treeeng!!!
"Dijadiin PR aja semuanya!".
Dan anak - anak serentak menjawab, "Yaaah bu!", begitu juga denganku.
Dilan mendekatiku, "Rara, balik kan?".
"Yakali aku nginep". Dilan hanya nyengir kuda setelah mendengar jawabanku.
"Rara! Dicari Guntur tuh!".
"Ciyeee...".
Etdah, ngapain coba si Theo ngomong gitu, pake volume besar gitu lagi.
Refleks aku ngejer Theo sampai depan pintu kelas...teras kelas...lalu hampir melewati kelas sebelah, Alvin menghampiri. "Guntur? Ada murid SD nih didepan!". Lalah.
"Ih Alvin apaan si!".
"Apaan apaan. Balik sana! Nyengger aja kek benalu!".
"Yakali benalu, gak ganggu juga".
"Ye ganggu kali. Kamu kelas mana?".
Aku menunjuk kelasku, pasrah, "Situ".
"Yaudah ngapain sini-sini!"
Tega amat si Alvin ngusir, "Yaudah iya. Jangan ngusir gitu dong, yakali emangnya maling apa!".
"Emang! Maling pencuri hatinya Guntur, eaa".
Refleks aku terkekeh sendiri. Dan tersipu, duh.
"Najis baperan.".
"Enggalah!".
"Yaudah sana pulang!"
Aku menjawab pasrah, "Iya-iya".
Dan akhirnya pulang juga, sendiri lagi.

Aku berjalan lemas mendekati pintu gerbang sekolah. Dan motor tepat berhenti di depanku, "Mau bareng engga?".

---

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang