Terakhir

62 3 2
                                    

Namanya Mahir Alan Abelard. Dia sekelas dengan Guntur. Dia baik, perhatian, lucu, dan... aku ngerasa nyaman kalau lagi sama dia.
Semenjak dia ngajak pulang bareng, aku jadi lebih sering bersamanya ketimbang sama Guntur. Awalnya, aku ngerasa jengkel kalau ada dia. Tapi lama kelamaan, dia yang buat aku tertawa.
Rasanya mustahil jika aku bisa bersama dengan keduanya. Dan pada akhirnya, aku harus memilih walaupun aku tidak ingin. Karena seseorang juga tidak akan memilih selagi masih membuatnya nyaman.

"Wuy Ra! Bengong aja".
Irene mendekatiku yang sedang berdiri dengan tangan merangkul pagar alumunium untuk pembatas lantai 1 dengan lantai 2, "Eh, Irene. Hehe engga kok".
"Jadi, gimana sama Guntur nya? Baik-baik aja atau ... ?".
Aku tersenyum kecil. Aku mencoba menjawabnya dengan santai, "Ya baik-baik aja lah. Gak ada masalah apa-apa kok".
"Kalau... Alan?".

Alan?
"Maksudnya?".
"Jadi pilih Guntur atau Alan?".
Lah kok jadi pilih-pilihan gini?. Aku terdiam memikirkan berjuta-juta alasan kenapa bisa ada pilihan yang harus aku pilih. "Yang jelas aku nyaman sama Alan". Duh! Kok itu sih yang keluar? Kira-kira ada yang denger gak ya? Semoga enggak.

Irene hanya ngangguk pelan, "Oh gitu.", lalu pergi.

+++

Setelah pulang sekolah dan sampai dikasur, aku masih memikirkan kalimat yang secara tiba-tiba keluar dari mulutku ini. Kalau aku ngomong gitu, bukan berarti aku gak milih Guntur kan?

KRING!!!
Guntur? Buru-buru aku mengangkat telfon.
Rara : Iya?
Guntur : Denger-denger ...
Pasti Alvin ngomong yang enggak-enggak deh ke Guntur.
Rara : Kamu kan pernah bilang ke aku, jangan percaya omongan orang gitu aja.
Guntur : Yaudahlah kamu sama Alan aja. Aku gak bakal ganggu kamu lagi.
Apa ini? Kok tiba-tiba dia ngomong gitu?
Rara : Guntur kamu ngomong apa sih kok tiba-tiba gitu?
NUTTT!
What the hell, baru aja aku ngerasa semuanya baik-baik aja. Aku kerumah nya aja kali ya?

+++

Aku melihatnya tepat di teras rumah.
"Guntur!", tapi dia gak nyahut sama sekali. Dia pura-pura budeg atau gimana sih ya ampun, "Guntur nyahut sih". Etdah, dia malah mau masuk rumah. Aku terpaksa memegang lengan kanannya.
Guntur setengah buang muka, "Apaan?".
Aku melepaskan tanganku dari lengan nya, "Jangan ambek gini sih".
"Orang kamu nyamannya cuma sama dia!".
"Oke, aku emang ngerasa nyaman sama dia. Tapi gak ada hal yang lebih nyaman ketimbang sama kamu. Dia baik banget, dan aku gak mau ngejahatin dia,".
Guntur tak berbicara satu huruf pun. Situasi macam apa ini?
Dan tiba-tiba, Guntur pergi gitu aja ninggalin aku sendiri dengan perasaan yang campur aduk. Aku gak mau dia pergi, sungguh.
"Sekarang aku udah tau jawabannya!", Guntur masih berjalan menjauhiku, "Psikolog bilang, naksir itu hanya berkisar 4 sampai 5 bulan. Kalau lebih dari itu, berarti dia benar-benar menyukainya!", Guntur berhenti.
Aku menarik nafasku dalam-dalam, "Seorang penulis akan selalu mengubah tokoh-tokoh nya dalam cerita. Tapi dia sangat jarang mengubah tokoh yang sangat ia sukai. Terserah kamu mau percaya atau engga. Dan aku, juga gak bakal ganggu kamu lagi,". Lenyap sudah.

Aku berjalan perlahan menuju rumahku kembali.

.
.
.
.
"Ra, besok aku jemput ya!".
.
.
.
Guntur? Dia ... aku berbalik dan dia tersenyum padaku.
.
.
.
.
.
.
.
.
THE END.

TERIMAKASIH BAGI YANG SUDAH BACA DAN VOTE 😊.
YANG MAU DITANYAKAN SOAL PARA TOKOH NYA, SILAHKAN 😁 :
-RARA -GUNTUR -RAIN -DILAN -ALVIN -ALAN -THEO -REINA -MISCHA -ACELLE -PAK NANDES -IBU INDRI -IRENE -MRS.LASTRI -FINA
.
.
.
.
.
.
.
Guntur? Apa dia menyukaiku?

---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang