Mimpi bukan sih?

68 3 0
                                    

"Ayo Ra ke laboratorium bahasa!".
Hadeuh Dilan, ngomongnya gausah pas kuping juga keleus. Aku terbangun lalu melihat arloji hijauku.
Dengan mata masih setengah sadar, aku mengambil semua alat tulis yang kubutuhkan sewaktu ke laboratorium bahasa. Pulpen, buku tulis, buku paket, handphone, dan terpaksa headset dibawa jika aku masih mengantuk.
Setelah itu, aku menuju Dilan yang setia menungguku di pintu kelas.
"Hahaha ya kamunya sih ganggu aja".
Aku mendengar suara si pemilik cowok dingin lagi. Benar-benar sudah tak asing ditelingaku.
Dilan merangkulku dan membantuku untuk jalan menuju laboratorium bahasa karena aku masih terlihat mengantuk.
Tiba-tiba, Dilan menghentikan langkahnya, "Awas coba Alvin tuh!". Alvin lagi, Alvin lagi.
"Eh ada Rara sih?".
Aku tak menghiraukannya kali ini. Namun aku tak melihat Guntur ada disampingnya. Tumben.
Alvin menghalangi langkahku, "Tinggal aja udah biarin!"
Kini Aku tak bisa tinggal diam, "Alvin minggir!", dan mendorong sekuat tenaga supaya bisa menembus makhluk menyebalkan ini. Dilan hanya melihatku dari kejauhan karena ia juga tak ingin berurusan dengan Alvin.
"Alvin minggir enggak!".
Alvin menggeleng santai. Dia masih menghalang-halangiku.
Tiba-tiba ada yang menarik Alvin, "Alvin udahlah! Kayak anak kecil tau enggak!".
Pupilku membesar. Guntur? Dia membelaku? Ini mimpi bukan sih?

...

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang