Faktanya

56 3 0
                                    


"Rara kan kamu?".

Aku menoleh, "Hm?".

"Kenal sama Fina?".

Ini orang siapa sih, kenal juga kagak. "Iya, kenal. Tapi...".

"Yaudah nitip salam aja ya", lalu pergi gitu aja.

"Eh?", aku kan belum tahu namanya, kalau mba Fina tanya dari siapa, aku jawab apa dong?.


Guntur berhenti tepat di depanku, "Ayo, Ra! Naik!". Aku masih memikirkan kejadian barusan. "Kenapa Ra? Sakit?".

Aku tersadar, "Oh? Enggak kok", apa aku tanya aja kali ya ke Guntur, barangkali aja kenal, aku membatalkan niatku untuk naik, "Guntur?".

Guntur menyahut, "Hm?", sambil memandangiku. Deg-degan gini jadinya, hehe.

"Lihat enggak tadi yang melewati gerbang sebelum kamu datang?"

"Lihat, ada apa emang?".

"Tau gak siapa?".

"Kayaknya Alan deh, ada apa emang sama dia?".

Oh, jadi namanya Alan. "Oh enggak, soalnya tadi dia tiba-tiba nitip salam gitu buat temen aku. Dan aku gak kenal sama dia, gitu".

"Oh gitu. Kirain kamu suka sama dia".

"Eh, yakali. Enggaklah! Orang baru kenal juga masaiya langsung suka gitu aja!". Guntur terlihat tertawa. "Lagian, orang-orang juga udah pada tau kali aku lagi suka sama siapa", lanjutku.

"Sama siapa emang?", kini Guntur menatapku serius. Aku terdiam sejenak. Oh lord!

"Kepo ah!", sambil menjulurkan lidahku sedikit ke arah Guntur.

Guntur terlihat sedikit kecewa, "Jih! Pelit lah!". Aku tertawa kecil melihat ekpresi Guntur saat ini. "Yaudah, tapi kalau ada apa-apa cerita!", lanjutnya. Cara pengucapannya sih gak ada harum-harum romantisnya, tapi kok berbekas gini.

Aku tersenyum sambil menaiki motor Guntur, "Iya deh iya".


Aku menyukaimu dan itu fakta. Aku lebih suka saat kau tak menatapku, karena itu akan membuatku menatapmu lebih lama.


---

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang