Suatu malam, ada seorang pria yang pergi ke wihara. Setelah mendengar ceramah, ia berjalan pulang. Dalam perjalanan, ia melewati sebuah perkuburan. Di London, tempat saya dibesarkan, penerangan jalan selalu lebih gelap ketika melewati kuburan. Tidak banyak tiang lampu di sana, saya tidak tahu kenapa begitu jadi Anda berjalan ke tempat yang makin gelap, mendirikan bulu roma, lalu Anda jadi ketakutan.
Nah, pria ini mulai merasa takut ketika melewati pekuburan. Ia merasakan hawa negatif di sana. Tapi separuh jalan tidak terjadi apa-apa, jadi ia mulai berpikir perjalannya akan baik-baik saja. Ia terus melintasi jalan itu, baik-baik saja. Ia mulai berpikir ia tadi sekedar membayangkan yang terburuk. Tapi tepat sebelum ia berhasil melewati perkuburan itu, ia mendengar sesuatu mengikutinya dari belakang.
Jika itu terjadi kepada Anda, jelas Anda tidak mau melihat ke belakang, bukan? Anda akan mati-matian membayangkan bahwa yang mengejar itu tidak ada, melanjutkan berjalan, meski jantung kebat-kebit. Pria ini berjalan terus namun ia mendengar suara itu makin jelas, sebab ketakutan menajamkan indra-indranya.
Ia mulai berjalan lebih cepat. Sesuatu yang mengikutinya juga berjalan lebih cepat. Ia mendengarkan suaranya dan menyadari bahwa itu bukan manusia. Ia kenal jika itu suara langkah, tapi ini bukan suara langkah. Suaranya seperti bam... bam... bam... mengejarnya. Maka ia mulai berjalan lebih cepat lagi!
Bam-bam-bam-bam! Suara dari belakang itu menambah kecepatan seakan mengimbanginya.Saat itu, meskipun ia tidak mau menengok ke belakang. Ia terpaksa melakukannya. Jantungnya nyaris copot saat ia melihat yang mengejarnya bukan orang, bukan hantu, tapi sebuah coffin (peti mati)! Kotak vertikal berlumuran tanah, penuh sarang laba-laba, yang entah bagaimana bisa keluar dari liang kubur dan mengikutinya!
Ia kabur sekencang-kencangnya demi menyelamatkan hidupnya. Ketika ia berlari, bam-bam-bam-bam! Coffin itu makin cepat mengejarnya. Untung ia tidak jauh dari rumahnya, sebab saat ia mendekati rumahnya, coffin itu sudah nyaris menangkapnya.
Ia sampai ke pintu depan, hendak meraih kuncinya, tapi malah menjatuhkannya di lantai. Itulah yang terjadi kalau Anda panik. Jadi kapan pun hal seperti ini terjadi, ingat untuk rileks, santai, tarik napas masuk dan keluar, rileks, lepas. Omong-omong, dia berhasil memungut kuncinya, membuka pintu, dan masuk lalu menguncinya tepat ketika peti mati tadi sampai di pintu.
Ia tersengal-sengal, berusaha menenangkan napasnya. Ia bisa melihat melalui jendela bahwa coffin itu berdiri di depan pintu. Hanya terpisah enam inci darinya. Ketika baru berpikir ia aman.... bam! Coffin itu mulai menghantam pintu dengan begitu keras sampai pintu itu mulai goyah, serpihan kayu beterbangan dan engselnya mau copot.
Bam! Ketika coffin itu sudah hampir berhasil mendobrak, ia lari ke tangga, dan ketika ia sampai ke anak tangga pertama, coffin itu berhasil menembus pintu dan mengejarnya sambil menaiki tangga! Bam-bam-bam! Ia lari menaiki tangga dan satu-satunya kamar dengan kunci adalah toilet. Ia masuk ke sana dan menguncinya. Tapi itu tak menghentikan si coffin.
Coffin itu mulai mendobrak pintu kamar mandi, hanya tinggal masalah waktu sampai dia bisa menjebol masuk. Jadi pria ini secara harafiah sudah tersudut sampai ke tembok, saat....bam-bam-bam-bam! Coffin itu menjebol pintu! Ia tak bisa lari ke mana-mana lagi!
Ketika coffin itu nyaris mendatanginya, secara naluriah ia mengambil sesuatu di rak kamar mandi dan melemparkannya ke coffin itu. Yang dilempar rupanya sebuah botol yang pecah mengenau coffin itu...lalu coffin itu berhenti.
Botol itu ternyata adalah obat batuk cair. Obat batuk cair memang mampu menghentikan coughing atau batuk, alias ejaan buruk dari coffin. Ha-ha-ha :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya 3!
SpiritualBuku ini adalah sekuel terakhir dari trilogi "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya" yang telah menjadi best-seller di Indonesia selama tujuh tahun sejak sekuel perdananya diluncurkan. 108 cerita dalam buku ini menginspirasi kita untuk menjadi lebih p...