Penguatan Positif

898 26 2
                                    

Saya membaca kisah ini dalam majalah psikologi. Ada seorang perempuan yang mengambil gelar doktoral dalam psikologis, dan tema tesisnya adalah cara melatih lumba-lumba di taman wisata laut untuk bermain polo air dan melompati gelang atraksi. Ia menemukan bahwa cara mereka melatih lumba-lumba adalah: jika lumba-lumba itu melompat seinci lebih tinggi, mereka akan menghadiahi lumba-lumba itu seekor ikan. Ini disebut penguatan positif.

Jika lumba-lumba itu tidak melompat, mereka tidak menghukumnya. Mereka tidak marah kepada lumba-lumba itu. Mereka menunggu sampai dia melompat dua inci lebih tinggi, lalu memberinya ikan lagi. Jadi setiap kali dia melakukan sesuatu yang sedikit lebih mendekati yang mereka inginkan, mereka memberinya ikan. Inilah penguatan positif setahap demi setahap.

Perempuan ini bijaksana. Ia menemui dosen pembimbing nya di kampus dan mendapatkan izin mengubah tesisnya, sebab ia menyadari dan mendapatkan izin mengubah tesisnya, sebab ia menyadari dan mendapatkan wawasan luar biasa bahwa teknik yang sama untuk melatih lumba-lumba juga bisa digunakan pada suaminya. Jadi alih-alih melatih lumba-lumba, ia mendapatkan izin meneliti mengenai bagaimana cara melatih suami. Penelitiannya menghasilkan nasihat yang brilian dan praktis.

Begitu pula dengan melatih pasangan atau pacar, ataupun orang-orang di kantor. Bagaimana kita melakukan hal ini? Kapan pun mereka melakukan sesuatu yang membuat Anda jengkel, jangan pedulikan, jangan lakukan apa pun. Namun ketika mereka melakukan sesuatu yang Anda sukai, yang tidak membuat Anda jengkel, itulah saatnya Anda melempar seekor ikan kepada mereka--secara kiasan, tentu saja. Itu berarti Anda memberikan tanggapan balik yang positif, dan itu sungguh efektif.

Salah satu bagian dari artikel itu mengulas bahwa salah satu bagian yang paling menjengkelkan dari hubungannya dengan suaminya adalah ketika pada pagi hari, saat mereka berdua bersiap pergi kerja, suaminya tak pernah bisa menemukan dasi nya. Ia sendiri harus bergegas pula untuk pergi kerja, dan ia harus berdandan lebih lama daripada laki-laki, namun suaminya terus-menurus berkata, "Sayang, bisakah kamu carikan dasi ku?" ini hanya masalah kecil, namun tiap pagi hal itu membuatnya jengkel. Lagi pula laki-laki bodoh jika tak bisa menemukan barangnya sendiri. Maka ia selalu marah dan jengkel kepadanya, lalu menerapkan metode lempar ikan ini.

Pada saat suaminya tak bisa menemukan dasi nya, "Di mana dasi ku, sayang? Bisakah kamu membantu ku menemukan dasi ku?" Istrinya akan men-cuek-kan nya. Ia tak akan jadi jengkel. Tidak akan mengeluh. Ia hanya terus bersiap. Tentu saja, pada akhirnya, suaminya berhasil menemukan dasi nya sendiri. Saat itulah istrinya menghentikan apa yang tengah dikerjakannya, lalu memberikan rangkulan mesra dan ciuman, "Bagus sekali, Sayang."

Itulah yang disebut menghadiahi dengan ikan.

Anda mungkin tertawa, namun cara ini sangat efektif. Dalam waktu beberapa bulan, suaminya tak pernah lagi memintanya mencarikan sesuatu dan bisa menemukan sendiri benda-benda miliknya. Kini ia bebas bersiap pergi kerja pada pagi hari. Itulah salah satu dari banyak contoh bagaimana cara melatih orang menggunakan penguatan positif yang merupakan psikologi Buddhis dasar. Jangan kesal, bersikaplah tenang, jangan memikirkan apa yang terjadi, akan tetapi pada saat yang sama lakukan sesuatu yang positif berkenaan dengan hal itu.

Si Cacing Dan Kotoran Kesayangannya 3!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang