Two

99 6 0
                                    


Travel yang ku tumpangi sudah sampai di surabaya dan berhenti sebentar di sebuah Rumah Makan untuk memberikan kesempatan para penumpang beristirahat.

Aku segera turun dengan membawa tasku yang tidak terlalu berat karena aku malas meninggalkannya di Travel.

Bbuughh...

Terdengar seperti ada yang jatuh, segera aku beranjak mencari asalnya. Ternyata seorang kakek yang menurut perkiraan ku berumur 70 an jatuh dari kursi rodanya. Aku berlari menghampiri kakek tersebut dan berusaha mengangkat nya ketika ku rasakan darah mengalir di tangan dan mengenai bajuku. Darah itu berasal dari kepala kakek yang sepertinya tadi kena batu waktu terjatuh. Rasa panik melandaku apa lagi aku memiliki phobia dengan darah. Aku segera menyuruh orang di sekitarku yang tadi mulai berkerumun untuk menelpon ambulance.

"Kakkeekk...." Terdengar teriakan seorang gadis yang berlari mendekati kakek. Ia menangis tersedu-sedu ketika melihat kondisi kakek nya.

"Kakek maafin Reva tadi ninggalin kakek sendirian." Melihatnya menangis aku jadi kasihan.

"Mbak yang sabar yach bentar lagi ambulance nya akan sampai."

Tak lama kemudian Mobil yang kami tunggu sudah datang, segera kakek di masukan kedalam mobil untuk dilarikan ke rumah sakit. Tak lupa aku pun ikut menemani gadis yang bernama Reva itu, tak tega aku meninggalkannya.

***

"Dokter bagaimana keadaan kakek saya?"

"Tenang dulu yach mbak, kami sedang berusaha menangani kakek anda sekarang."

"Dokter persedian darah rumah sakit untuk pasien atas nama Bapak Herdian sekarang kosong."

"Kalau begitu segera hubungi bagian Rumah sakit lain jika mereka masih ada persedian darah sust."

"Baik dokter."

"Dokter tolong selamat in kakek saya dok. Silahkan ambil darah saya saja."

"Memangnya darah mbak apa?"

"Darah saya B dokter."

"Maaf mbak tapi darah Kakek anda A."

"Sebentar dok, saya akan menanyakannya kepada keluarga saya dulu."

Segera saja gadis itu menelpon seseorang yang aku pun tak tahu siapa yang ditelpon olehnya namun ku pikir itu pasti keluarga nya.

"Hallo ma, dimana sekarang?"

"..."

"Ma, kakek butuh donor darah sekarang tapi pasokan darah dirumah sakit untuk kakek habis sedang darahku tidak cocok untuk kakek."

"..."

"Bagaimana dong ma? Tak mungkin menunggu Om Aris datang dari medankan, sedangkan kakek butuh nya sekarang."

"..."

"Ma, aku takut terjadi sesuatu dengan kakek."

"..."

"Iya ma, cepatlah kesini."

Ku lihat dia segera menutup telpon.

"Hey kamu yang tabah dong, aku yakin pasti kakekmu bisa melewati semua ini."

"Tapi mbak kakek membutuhkan darah sekarang untuk operasi nya, sedangkan di keluarga ku hanya om Aris yang darahnya sama dengan kakek tapi Om Aris sedang di medan sekarang."

"Memangnya darah kakekmu apa?"

"Kata dokter sich A."

"Benarkah? Kalau begitu ambil darah ku saja. Kebetulan aku pun A."

"Syukurlah kalau begitu ayo kita segera ke perawat tadi untuk mengambil darahmu."

Kami berdua pun segera menuju ketempat perawat untuk mendonorkan darahku guna membantu proses operasi kakek.

"Reva bagaimana keadaan kakekmu?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja tiba bersama beberapa orang yang ku yakini sebagai keluarga mereka.

" Kakek sudah melewati masa kritisnya ma dan sekarang sedang di pindahkan ke ruang rawat."

"Lalu bagaimana dengan darahnya?"

"Tenang saja Pa, tadi Nisya yang udah donorin darahnya buat kakek. Dia juga yang nemuin kakek pas jatuh tadi."

"Terimakasih yach Nak Nisya, om benar-benar berhutang budi padamu." ucap Om yang adalah papa dari Reva.

"Iya sayang tante bersama keluarga sangat berterima kasih atas pertolonganmu." ucap Wanita itu sambil memelukku.

"Iya sama-sama tante, aku juga senang kok bisa nolongin kakek."

"Oh iya kenalin tante Renita dan dia suami tante om Renaldi. Kami orang tuanya Reva."

"Aku Nisya om tante."

"Kakak bagaimana kondisi papa?" Muncul seorang pria lain yang sepertinya adik Ipar dari tante Renita dan anak kakek Herdian. Juga seorang wanita yang menggendong seorang anak gadis juga anak lelaki kecil yang berjalan disamping wanita itu.

"Tenang dulu Jendri, sekarang papa sedang dipindahkan ke ruang rawat dan dia sudah melewati masa kritisnya."

"Syukur dech, aku shock mendengar berita dari mu dan tadi Yuli juga sempat pingsan."

"Maafin Reva, seharusnya reva gak ninggalin kakek."

"Sayang kamu gak usah menyalahkan dirimu." ucap wanita yang bernama Yuli.

"Ini siapa kak?" tanya pria yang bernama Jendri menunjuk padaku.

"Dia yang sudah nyelamatin dan donorin darahnya untuk papa jend."

"Hallo, aku jendri adiknya dan anak dari orang yang kau tolong."

"Aku Yuli istrinya dan mereka berdua anak ku Sheril dan stenly.

"Aku Nisya."

"Terimakasih banyak Nisya udah tolong keluarga kami. Tak tahu bagaimana cara untk membalas budimu itu."

"Aku ikhlas kok bantuin kakek."

"Sekali lagi terimakasih Nisya, kamu memang orang baik."





To be continue.....

Sorry yeah kale ini pendek dulu alnya gi gak ada mood.

Journey of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang