Five

72 6 0
                                    


Upacara pernikahanku di laksanakan di sebuah Gerejayang berlangsung dengan baik lalu di lanjutkan dengan pencatatan sipil dan sekarang aku resmi menjadi Nyonya Anisya Herdian.

Acara dilanjutkan dengan resepsi pernikahan malam hari di sebuah hotel yang hanya di hadiri oleh kedua pihak keluarga dan orang terdekat saja.

Aku menggunakan Ball Gown berwarna putih dengan atasannya tanpa lengan sedangkan bagian dada yang agak terbuka di permanis dengan Kalung berlian dan sebuah mahkota melekat di kepalaku karena tema untuk gaun resepsiku malam ini yakni putrid kerajaan.

Untuk Andrean sendri dia menggunakan Tuxedo yang senada warnanya dengan gaun yang kupakai dan dia terlihat seperti pangeran bagiku.

Pesta malam ini berlangsung dengan meriah, ku lihat semua yang ada di ruangan mala mini begitu bahagia dengan pernikahan kami. Namun saat ku lihat Andrean yang berdiri di sampingku tampak dari matanya yang terlihat bukanlah kebahagiaan namun kesedihan. Rasanya hatiku begitu sakit melihat orang yang ku sayangi tidak bahagia, aku tak menginginkan terjadi seperti ini semua berjalan tak sesuai harapanku.

Aku berharap Andrean akan bahagia saat pernikahan nanti namun ternyata hanya kesedihan yang nampak dari wajahnya. Entah apa yang harus ku lakukan sekarang.

"Selamat atas pernikahanmu My princess. Papa berharap kau akan bahagia dan untuk kamu Andrean, papa titip putrid papa padamu, semoga kau bisa membahagiakannya."

"Makasih Pa dan Nisya minta maaf kalau selama ini Nisya menyusahkan papa dan mama." Ucapku yang mulai menangis.

"Terimakasih Pa, tenang saja Andrean akan bahagiain Nisya." Ada sedikit bangga mendengar ucapan Andrean barusan namun aku tak mau berharap lebih padanya.

"Sayang jangan menangis dong, ini pasti gara-gara papa ni yang bikin Nisya nangis." Ucap mama sambil memelukku.

"Selamat yach sister semoga kamu bisa menjadi istri yang baik, kakak ikut senang denganmu." Ucap kak Elsya menciumku.

"Hey bro, aku titip adikku. Awas saja kalau kamu membuat dia menangis sedikit saja, aku bakalan ngehajar kamu." Ucap Kak Rasya.

"Rasya, kamu kok ngomong gitu sama adik iparmu."

"Hehehe... gak kok ma, rasya cuman bercanda ajach." Lalu kak Rasya beralih kepadaku. Ia menciumku lalu memelukku erat dan ku rasakan ada yang jatuh di punggungku. Kak Rasya menangis, aku tak percaya kakakku yang satu ini akan menangis di saat pernikahanku.

"Congrats Sweaty, I will always love you my little sister." Ucapnya padaku dan langsung saja air mataku menetes mendengarnya.

"Aduch kok aunty nangis sich hari bahagianya, nanti Chrison bakalan nangis juga tahu." Ucap kak James yang menggendong Chrison.

"Selamat yang sayang, kakak berdoa untuk kebahagianmu kedepan. Dan Andrean jangan lupa untuk segera memberikan teman main untuk keponakanmu Chrison." Aku membelalak mendengar ucapan kak James barusan.

"Hahaha... gak usah kaget begitu sayang..." Ucapnya sedangkan Andrean hanya tersenyum saja.



Tak berapa lama tamu undangan mulai beranjak pergi dan yang tinggal hanya kami sekeluarga. Kami pun segera memutuskan untuk segera pulang ke rumah karena begitu lelah dengan acara hari ini.





***


Besoknya aku dan Andrean berangkat ke Bali untuk bulan madu layaknya pengantin baru. Selama penerbangan tak sedikitpun kami berbicara, bahkan Andrean mulai dari hari pernikahan tak pernah berbicara padaku kecuali berada bersama keluarga namun itu pun hanya beberapa kata saja yang di ucapkannya.

Begitu tiba di bandara Internasional Ngurah Rai Bali, kami sudah di jemput oleh supir dari resort papa karena memang tempat tujuan kami yakni di Resort milik papa.

Setibanya di sana kami segera diantar ke kkamar kami, pemandangan dari kamar itu sangat indah dan aku menyukainya karena selama ini aku tak pernah mengunjungi resort papa yang ada di bali.

Aku menikmati suasana yang begitu tenang hingga akhirnya ku dengar dering HandPhoneku yang berbunyi. Tertera mama di layarnya, segera saja ku angkat telvon mama itu.

"Hallo ma."

"..."

"Iya ma kami baik-baik saja kok dan sekarang sudah sampai di resort papa."

"..."

"Tempatnya indah kok Nisya suka banget."

"..."

"Kak Andrean lagi mandi ma."

"..."

"Iya, mama tenang saja."

"..."

"Bye.."



Aku segera menutup telvonku dan tak lama kemudian Andrean muncul dan terlihat sangat tampan apa lagi ia baru saja selesai mandi dan sudah menggunakn pakaian santainya.

"Nisya, kita perlu bicara." Dia segera duduk di sofa sedangkan aku duduk di kasur.

"Iya Kak."

"Kamu tahu kan kalau aku setuju dengan pernikahan ini dari awal, apa lagi kita tak begitu saling mengenal satu sama lain."

"Iya Kak, Nisya tahu kok."

"Kalau begitu kamu baca ini." Ia menyerahkan sebuah kertas yang aku tak tahu apa maksudnya.

"Ini apa kak?"

"Itu surat perjanjian pernikahan kita."

Segera aku membaca isi dari surat perjanjian itu, rasa sakit kini timbul lagi dalam hatiku setelah mengetahui apa isinya.

"Pernikahan kita hanya sampai aku wisuda dan itu berarti satu tahun dari sekarang lalu setelah itu kita akan berpisah dengan baik-baik." Ucapnya meringkas isi dari surat perjanjian tersebut.

"Lalu bagaimana menjelaskannya pada kakek dan lainnya?"

"Kamu tak usah memikirkan hal itu, nanti aku akan mengurusnya. Kamu cukup tanda tangani saja surat itu. Tadi aku sudah menandatanginya terlebih dahulu."

"Baiklah kalau begitu." Aku pun segera menandatanganinya meskipun hatiku seperti teriris-iris saat ini.

"Meskipun kita menikah tapi kita tetap akan menjalani kehidupan masing-masing sama halnya sebelum kita menikah jadi tak ada yang boleh saling mencampuri urusan masing-masing." Aku hanya mengangguk saja mendengar perkataannya karena rasanya lidahku keluh untu berbicara.

"Satu lagi... Jangan sampai ada orang kampus yang tahu kalau kita sudah menikah. Rahasiakan hal ini dari mereka semua dan kalaupun kita bertemu di kampus berlakulah seperti orang lain yang tak saling mengenal."

"Kalau kamu sudah mengerti simpan salinan surat perjanjian ini untukmu dan aku akan menyimpan yang satunya. Nanti kamu tidur saja di kamar aku akan tidur di sofa." Ia memberikan salinan surat padaku lalu beranjak pergi.

Aku hanya bisa melihat punggungnya yang beranjak pergi. Ketika dia sudah menghilang dari pandanganku air mata yang dari tadi ku tahan segera keluar.

Entah akan seperti apa hari-hariku kedepan nanti, semuanya hanya aku pasrahkan kepada yang empunya kehidupan. Semoga aku bisa menjalaninya dengan tabah.



______________________________________

To be continue.....


Hellooo...
Masih setia menunggu kelanjutannya ???

Kalau masih makanya segera voment ceritaku yach....

Thanks....😊😊😊

Journey of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang