LAST CHAPTER

2.5K 130 16
                                    

Tak selamanya kisah sebuah cerita berakhir bahagia. Terkadang menyisakan luka dan tanda tanya. Namun, bukan berarti tak akan ada kebahagiaan jika kita tetap bersabar menantinya. Karena tak semua kisah sebuah cerita berakhir tragis juga.

*****

POV Dahlia

"Benar. Siapkan penerbangannya malam ini."kataku pada seseorang diseberang sana

"Tapi, kenapa mendadak, nona Dahlia?"

Aku memejamkan erat mataku dan mengigit kuat bibirku, "Andai bisa kukatakan alasannya. Namun sayangnya tidak ada alasan untuk itu. Bagiku, yang penting adalah kesembuhan Kevin, Theo."

"Baiklah, nona. Jika itu maumu."

Setelah telponku dan co-pilot jet pribadi Kevin berakhir, aku menyimpan telponku kedalam saku mantelku

Tubuhku kini bahkan sudah tak lagi mampu menopang agar aku tetap berdiri kuat. Kakiku terlalu lemas hingga rasanya tubuhku akan segera terkulai jika saja aku tak segera menemukan tempat duduk dan mengistirahatkan tubuhku sejenak

Akhirnya aku menemukan sebuah bangku panjang didekatku dan aku menghempaskan tubuhku disana. Menyandarkan tubuh dan kepalaku pada dinding dibelakangnya. Kembali memejamkan erat mataku seraya memijat pangkal hidungku perlahan

Andai kalian melihatnya. Andai kalian melihat apa yang aku lihat tadi. Mungkin kalian akan sama denganku, tak akan sanggup menahan tangismu agar tak pecah. Pria berwajah tampan, pria yang selalu bertingkah aneh dan terkadang bersikap kekanak-kanakkan dan overprotective, pria yang selalu tersenyum menggodamu, pria yang selalu dapat membuat hatimu bergetar untuknya, pria yang selalu memperhatikanmu setiap saat, kini justru tertidur tak berdaya didalam sana.

Jantungnya masih berdetak, sarafnya juga mungkin masih bekerja, namun, matanya telah tertutup sangat lama dan juga tubuhnya sangat dingin. Tubuhnya seperti membeku, membuat setiap orang yang melihatnya, menjadi teriris pilu

Andai aku bisa menggantikannya. Andai aku yang merasakan semua sakit yang dirasakannya. Aku lebih rela jika aku yang merasakan rasa sakit itu daripada dirinya. Aku tak sanggup melihat ini semua. Hatiku sangat terluka. Ia bahkan tak mengukir senyum menawannya untuk menyambut kedatanganku kali ini

"Aku benci padamu. Aku marah padamu, pria bodoh."lirihku dengan suara tertahan isak tangisku

Air mataku terasa mengalir turun, melewati mataku yang masih terpejam, membasahi kedua pipiku. Aku mencoba menahan agar suara isak tangisku tak pecah mengingat aku berada di rumah sakit

Bayangan senyuman tulusnya selalu berjalan dibenakku ketika aku memejamkan mataku. Membuatku semakin merindukan sosoknya. 'Tuhan, jangan ambil dia dariku.'kata batinku

"Non Dahlia."
Seseorang menyentuh pundakku, membuatku perlahan membuka kembali kedua mataku. Sosok Gio langsung terlihat duduk disampingku. Ia menatapku dengan tatapan cemasnya

"Ak-aku takut, Gio. Sa-sangat takut bahwa aku mungkin akan kehilangan dia untuk selamanya."lirihku

Gio menggeleng, memegang kuat pundakku, mencoba menyakinkanku dengan tatapan matanya, "Tidak akan terjadi apapun. Kita akan menyembuhkannya di Paris. Penerbangan kita malam ini, kan?"

Aku mengangguk pelan, "Aku sudah meminta Theo menyiapkan semuanya."

"Baguslah."katanya singkat

Gio pun memilih duduk disebelahku dan hanya bungkam. Sekali-kali hanya terdengar suara desahannya. "Andai hari itu aku tak memberitahukannya, mungkin semua akan baik-baik saja."gumamnya pelan

FALLING IN LOVE WITH YOU THE SERIES #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang